Integrasi beberapa model pembelajaran digunakan pada proyek ini, pendekatan community language sangat diutamakan, pada model ini pelajar dianggap sebagai 'manusia seutuhnya' atau utuh (individual), artinya dosen dan guru tidak hanya memperhatikan perasaan dan kecerdasan mereka tetapi juga hubungan dengan sesama pembelajar dan keinginan mereka untuk belajar. Para pakar bahasa dalam pengamatanya sering menemukan pelajar merasa tidak nyaman dalam situasi baru.Dengan memahami perasaan takut dan sensitif pembelajar, Instruktur berupaya dapat menghilangkan perasaan negatif pelajar menjadi energi positif untuk belajar. Selain itu, Mereka pelajar juga terkadang takut terlihat bodoh di depan kelas sehingga cenderung pasif dalam kegiatan kelas. Oleh karena itu, seorang guru harus memposisikan dirinya sebagai seorang konselor yang akan memahami perasaan dan permasalahan yang dihadapi oleh warga belajarnya. Keberadaaninstruktur/ dosen tidak dilihat sebagai ancaman yang menunjukkan kesalahan dan keterbatasan para pembelajar, melainkan sebagai konselor yang berfokus pada mereka dan kebutuhannya. Tujuan menggunakan model Community learning (CL) pada program ini adalah untuk (1) membangun hubungan komunikasi dan menghilangkan rasa takut pada pelajar ketika dia belajar bahasa kedua/asing. (2) Pelajar dapat belajar bagaimana menggunakan bahasa target (bahasa yang dipelajari) secara komunikatif. (3) Menghilangkan kecemasan atau ketakutan pembelar untuk berbicara dan berkomunikasi dengan peserta lainya. Edukasi mendalam berlansung pada program ini, peserta pelatihan memperoleh capaian yang sangat mereka. Pada proses pembelajaran Seluru peserta mendapat dan merasakan ketenangan, keterlibatan secara aktif, perhatian, refleksi.Kata Kunci : Kompetensi Bahasa Inggris, Generasi Muda, Objek Wisata Menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN