This Author published in this journals
All Journal JURNAL ILMIAH PLATAX
Manginsela, Fransine B
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Otolith Morphometrics of Selar Crumenophthalmus From Kema Strait Taliawo, Rofino; Manginsela, Fransine B; Bataragoa, Nego E.
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol 6, No 1 (2018): ISSUE JANUARY-JUNE 2018
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.6.1.2018.18905

Abstract

Otolith or ear stone of fish,  known as a result of biomineralization which takes place in the body of the fish. In some studies, otolith used to estimate age and stock structure of the fish.  The otolith  was categorized into three  types called sagitta, lagena and utrikulus and  the most widely studied. This study was designed to describe the characteristics  of the otolith of S. crumenophthalmus  by implementing  six index form descriptors.Tthe  study also dimed at determinition the relationship of fish length and otolith length as well as otolith width .  Linear regression approch was used to analyse the relationship of fish length and whole characteristics otolith . Those parameters were analysed using Excel and application R program  ( the package the FSA ). The results  show that otolith S.crumenophthalmus  sagitta has 6 descriptor indicees thatt are as follow: 1) the irregular surface (from factor < 1), 2) comparison against a full round (roundness ≠ 1), no 3) (full circle-shaped circularity: 21), 4) do not form a perfect square (R ≠ 1) and 5 axis) changes of 28-29 and 6) form a somewhat elongated (aspect ratio > 1). The value index  otolith form is showed ellipse.Based on the results of the analysis, the otolith left and right (length, width, perimeter, and area) otolith males S. crumenophthalmus has no different. Same alsois found on the case of males otolith, left and on right (long) females otolith S. crumenophthalmus does not differ except the width of the otolith, the area and perimeter size of a different otolith real. The relationship between  the length size and width dimensions of otolith with the total length of the fish has a linear relationship. The second parameter of the linear relationship is marked by the determination coefficient values on otolith length varies between 0,56-0,62 and its width ranged from 0.49 to 0.69. For female fish, otolith lenght detemination coefficient varies between 0.27 and 0.25 to its width ranges from 0.15 to 0.19.Key words: S.crumenophthalmus, otolith Morfometrik, Gulf of Kema AbstrakOtolit atau batu telinga ikan dikenal sebagai hasil dari biomineralisasi yang berlangsung dalam  tubuh  ikan. Pada beberapa studi, otolit digunakan  untuk mengestimasi umur ikan serta struktur stok. Dari tiga (3) organ otolit (sagitta, utrikulus dan lagena), yang paling banyak diteliti adalah otolit sagitta.Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan karakter otolit ikan Selar crumenophthalmus (yang  mengunakan   6 deskriptor indeks bentuk) dan menentukan hubungan panjang tubuh ikan dengan panjang otolit serta lebarnya.Hubungan ukuran otolit terhadap panjang total ikan dianalis mengunakan persamaan regresi linier sederhana. Alat yang digunakan untuk menganalisis bentuk serta hubungan otolit menggunakan aplikasi Excel serta program R package FSA.Dari hasil analisis, otolit sagitta ikan Selar crumenophthalmus memiliki 6 deskriptor indeks yang hasilnya adalah : 1) permukaan yang tidak teratur (from factor < 1), 2) perbandingan terhadap bulat penuh (roundness ≠1), 3) tidak berbentuk  lingkaran penuh (circularity: 21), 4) tidak membentuk persegi sempurna (R≠1) dan 5) perubahan sumbu sebesar 28-29 serta 6) bentuk agak memanjang (aspect ratio >1). Dari nilai indeks bentuk tersebut, otolit Selar crumenophthalmus menunjukan bentuk yang elips.Berdasarkan hasil analisis, otolit kiri dan kanan (panjang, lebar, , perimeter area /luas) otolit jantan Selar crumenophthalmus tidak berbeda nyata. Sama halnya dengan otolit jantan, kiri dan kanan (panjang) otolit betina Selar crumenophthalmus tidak berbeda nyata, namun lebar otolit, area serta perimeter otolit berbeda nyata.Hubungan antara dimensi ukuran panjang dan lebar otolit dengan  panjang total  ikan memiliki hubungan linier. Hubungan linear kedua parameter tersebut ditandai dengan nilai koefisien determinasi pada panjang otolit ikan jantan  bervariasi antara 0, 56- 0, 62 dan lebarnya berkisar antara 0,49 sampai 0,69. Untuk ikan betina, koefisien deteminasi panjang otolit bervariasi antara 0,25 sampai 0,27 dan lebarnya berkisar antara 0,15 sampai 0,19.Kata kunci: Selar crumenophthalmus,  Morfometrik otolit, Teluk Kema
Morphometric Aspects of Scad Decapterus macrosoma Bleeker, 1851 in Cape of Salonggar Regency Panaha, Mediyanto Samuel; Manginsela, Fransine B; Salaki, Meiske S.
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol 6, No 1 (2018): ISSUE JANUARY-JUNE 2018
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.6.1.2018.18901

Abstract

This study aims to determine the biological appearance of globe fish that includes size distribution, growth pattern, sex ratio and maturity level of gonad (TKG) in Tanjung Salonggar Melonguane waters of Talaud Islands Regency. Sampling was conducted from May to July 2017. Decapterus macrosoma has found during the study were 268 with total size of 150 - 244 mm and the weight ranged from 34 to 142 grams. Kite fish caught in Tanjung Salonggar has a negative allometric growth type that is the length increase faster than weight gain (b <3). The sex ratio of male fish and female fish is equal to 1: 1, with maturity level of Gonad (TKG) I up to TKG V. The highest gonadal maturity level is found in June and July, both male and female fish, while in May fish which is caught predominantly by an immature fish gonad. Keywords: Biological appearance, Decapterus macrosoma, growth pattern.AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui tampilan biologis ikan layang yang meliputi sebaran ukuran, pola pertumbuhan, rasio kelamin dan tingkat kematangan gonad (TKG) di Perairan Tanjung Salonggar Melonguane Kabupaten Kepulauan Talaud. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Mei sampai bulan Juli 2017. Ikan layang Decapterus macrosoma yang diperoleh selama penelitian sebanyak 268 ekor dengan Sebaran ukuran panjang total 150 – 244 mm dan berat berkisar 34 – 142 gram. Ikan layang yang tertangkap di Tanjung Salonggar memiliki tipe pertumbuhan allometrik negatif yaitu pertambahan panjang lebih cepat dari pertambahan berat (b < 3). Rasio kelamin ikan jantan dan ikan betina adalah seimbang  yaitu 1 : 1, dengan Tingkat Kematangan Gonad  (TKG ) I sampai dengan TKG V. Tingkat kematangan gonad tertinggi ditemukan pada bulan Juni dan Juli, baik ikan jantan maupun ikan betina, sementara pada bulan Mei ikan yang tertangkap didominasi oleh ikan yang belum matang gonad.Kata kunci : Tampilan biologis, Decapterus macrosoma, Pola pertumbuhan.
Status of Seagrass Beds in the Waters around Bahowo, Tongkaina Village, Manado City North Sulawesi Province Togolo, Festy; Menajang, Febry S. I; Manginsela, Fransine B; Kondoy, Khristin I. F; Lasabuda, Ridwan; Schaduw, Joshian N
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 11 No. 1 (2023): ISSUE JANUARY-JUNE 2023
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v11i1.41816

Abstract

This research was conducted in November 2021 in the waters around Bahowo, Tongkaina Village, Manado City, North Sulawesi Province. Seagrass sampling was carried out using a random sampling method (randomly) with a quadratic transect drawn perpendicular to the shoreline. Thus, 6 species of seagrass were obtained, namely Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Thalassodendron ciliatum, Thalassia hemprichii, Syringodium isoetifolium and Halodule pinifolia, with various aquatic environmental conditions. The results of the analysis of the status of the seagrass beds obtained that the seagrass cover value was 50.20% which was included in the "moderate" category, while the seagrass cover per species was Thalassia hemprichii species with the highest cover found was 30.08%, Enhalus acoroides was 21.49% , Halophila ovalis was 6.84%, Thalassodendron ciliatum was 17.39%, Syringodium isoetifolium was 12.31% and Halodule pinifolia was the least common type was 2.35%. The density value of Enhalus acoroides seagrass is 48.375 ind/m2, Halophila ovalis is 14.5 ind/m2, Thalassodendron ciliatum is 35,475 ind/m2, Thalassia hemprichii species with the highest density is 67.25 ind/m2, Syringodium isoetifolium is 27.875 ind/m2 and Halodule pinifolia species density is at least 5.25 ind/m2. The status of the seagrass beds was categorized as "unhealthy" with an average seagrass cover value of 50.20%.Keywords: Seagrass Status, Cover, Seagrass, Bahowo ABSTRAKPenelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2021 di Perairan Sekitar Bahowo, Kelurahan Tongkaina, Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara. Pengambilan sampel lamun dilakukan menggunakan metode random sampling (secara acak) dengan transek kuadrat yang ditarik tegak lurus garis pantai. sehingga diperoleh 6 jenis lamun yaitu Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Thalassodendron ciliatum, Thalassia hemprichii, Syringodium isoetifolium dan Halodule pinifolia, dengan kondisi lingkungan perairan yang beragam. Hasil dari analisis status padang lamun diperoleh nilai tutupan lamun adalah 50,20% termasuk ke dalam kategori “sedang”, sedangkan tutupan lamun per jenis yaitu Thalassia hemprichii jenis dengan tutupan yang tertinggi dijumpai adalah 30,08%, Enhalus acoroides adalah 21,49%, Halophila ovalis adalah 6,84%, Thalassodendron ciliatum adalah 17,39%, Syringodium isoetifolium adalah 12,31% dan Halodule pinifolia jenis yang paling sedikit ditemukan adalah 2,35%. Nilai kerapatan lamun Enhalus acoroides adalah 48,375 ind/m2, Halophila ovalis adalah 14,5 ind/m2, Thalassodendron ciliatum adalah 35,475 ind/m2, Thalassia hemprichii jenis kerapatannya paling tinggi adalah 67,25 ind/m2, Syringodium isoetifolium adalah 27,875 ind/m2 dan Halodule pinifolia jenis kerapatannya paling sedikit adalah 5,25 ind/m2. Status padang lamun dikategorikan dalam kondisi “kurang sehat” dengan nilai rata-rata penutupan lamun adalah 50,20%.  Kata kunci: Status Padang Lamun, Tutupan, Lamun, Bahowo