Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PEMIKIRAN HADIS MISOGINIS FATIMA MERNISSI: Tawaran Pemahaman Feminisme dalam Hadis di Media Kontemporer Hanafi, Abdullah
RIWAYAH Vol 4, No 2 (2018): Riwayah : Jurnal Studi Hadis
Publisher : ilmu hadis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/riwayah.v4i2.4624

Abstract

Tidak dipungkiri bahwa tradisi pemikiran hadis yang selama ini menjadi fokus perbincangan di dunia akademik baik formal maupun non-formal ternyata tidak mengalami stagnasi hanya pada kajian teks saja. Tentunya penawaran diskursus pemikiran yang pariatif akan selalu memunculkan dinamika untuk menghadirkan eksistensi hadis sesuai dengan konteksnya. Hal ini wajar karena kajian ini tidak hanya menawarkan kajian teks saja namun juga kontekstualisasi pemaknaan hadis yang bisa saja sangat subyektif dari para interpreter dengan dalih agar realitas teks bisa hidup dalam problematika manusia yang juga berjalan beriringan.Tulisan ini salah satunya bertujuan melakukan kajian pemikiran tokoh terhadap hadis yaitu Fatima Mernissi, mengenai konsep dan metode pemikirannya dalam hadis. 
THE IMPLEMENTATION OF THE AL-JAM’U METHOD ON MUKHTALIF AL-HADITS AND ITS LEGAL ISTIDLAL: Hadith Study on the Limits of Male Awrah Saerozi, Ahmad; Mujab, Muhammad Saiful; Hanafi, Abdullah
RIWAYAH Vol 10, No 1 (2024): Riwayah : Jurnal Studi Hadis
Publisher : ilmu hadis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/riwayah.v10i1.25657

Abstract

Scholars offer three methods to resolve the mukhtalif al-hadits: al-jam’u (reconciliation), al-naskh (abolishing the ruling of the hadith that first appears), and al-tarjih (favoring one of the traditions). Among the examples of traditions that fall under the category of mukhtalif are the traditions about the limits of the awrah of men. The researcher in this article will discuss the implementation of the al-jam’u method on the hadith about the limits of male genitalia. This research is a type of qualitative research with a library research model through a philosophical approach, and data processing techniques using descriptive-analytical methods and then analyzed using content analysis techniques.  The results of this study are that there are two hadiths about the limits of male awrah that are outwardly contradictory. The first hadith comes from Jarhad who says that the male thigh is awrah. While the second tradition which comes from Anas bin Malik says that the Prophet’s thigh is not awrah. The implementation of the al-jam’u (reconciliation) method related to this issue is that although in terms of sanad quality the first tradition is stronger which says, the madzahib arba’ah agree that the thigh is a male awrah which should not be shown to others. Only Dawud Zhahiri and Ustukhri say that the thigh is not awrah. The madzahib arba’ah’s interpretation of the hadith about the opening of the Prophet’s thighs explains his inadvertence because his clothes were uncovered and in a critical situation. In addition, after his thighs were exposed, he immediately covered them.[Untuk menyelesaikan mukhtalif al-hadis, para ulama menawarkan tiga metode, yaitu: al-jam’ (rekonsiliasi), al-naskh (menghapus hukum hadis yang pertama kali muncul), dan al-tarjih (mengunggulkan salah satu hadis). Di antara contoh hadis yang termasuk kategori mukhtalif adalah hadis seputar batasan aurat laki-laki. Artikel ini akan mengulas seputar implementasi metode al-jam’u terhadap hadis seputar batasan aurat laki-laki dan istidlal hukumnya. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan model kepustakaan (library research) melalui pendekatan filosofis, serta teknik pengolahan data menggunakan metode deskriptif-analitik kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis isi (content analysis).  Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat dua hadis tentang batasan aurat laki-laki yang secara lahiriahnya bertentangan. Hadis pertama bersumber dari Jarhad yang mengatakan paha laki-laki adalah aurat. Hal ini dibuktikan dengan perintah Nabi kepada Jarhad untuk menutup pahanya. Sementara hadis kedua yang bersumber dari Anas bin Malik mengatakan paha Nabi bukanlah aurat. Hal ini berdasarkan pada hadis yang menjelaskan bahwa paha nabi terlihat saat menuju ke perang Khaibar. Implementasi dari metode al-jam’u (rekonsiliasi) terkait masalah ini yaitu meskipun dari segi kualitas sanad lebih kuat hadis pertama, tapi madzahib arba’ah sepakat mengatakan paha merupakan aurat laki-laki yang tidak boleh diperlihatkan kepada orang lain. Hanya Dawud Zhahiri dan Ustukhri yang mengatakan paha bukan aurat. Keduanya mengatakan aurat laki-laki hanya kemaluan depan dan belakang.  Istidlal madzahib arba’ah dari hadis tentang terbukanya paha Nabi menjelaskan ketidaksengajaan beliau karena pakaiannya tersingkap dan dalam keadaan genting (perjalanan perang Khaibar). Di samping itu setelah pahanya terlihat, beliau langsung menutupnya.]
Pemberdayaan UMKM Melalui Pelatihan Manajemen dan Keuangan Syariah di Tanjung Gusta Hanafi, Abdullah; Ginting, Nurman
Jurnal Pengabdian Masyarakat Mentari Vol. 1 No. 3 (2024): Oktober
Publisher : Amirul Bangun Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59837/jpmm.v1i3.17

Abstract

Kegiatan ini bertujuan untuk menganalisis dampak pelatihan manajemen dan keuangan syariah terhadap pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Tanjung Gusta. Pelatihan ini difokuskan pada peningkatan pemahaman manajemen usaha dan pengelolaan keuangan berbasis prinsip syariah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei terhadap pelaku UMKM yang telah mengikuti pelatihan  Pendekatan survei merupakan salah satu metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data dari sejumlah besar responden dengan tujuan memahami pandangan, pendapat, atau perilaku mereka terkait suatu fenomena atau isu tertentu. Survei yang dilakukan dengan menggunakan  wawancara terstruktur, di mana responden menjawab serangkaian pertanyaan yang telah dirancang sebelumnya Data yang dikumpulkan dari survei  dianalisis menggunakan teknik deskriptif , tergantung pada tujuan penelitian. Teknik deskriptif memberikan gambaran umum mengenai data, seperti frekuensi, rata-rata, atau persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan ini secara signifikan meningkatkan kemampuan pelaku UMKM dalam menyusun rencana bisnis, mengelola sumber daya secara efisien, serta memisahkan keuangan pribadi dan usaha. Pelaku usaha juga menunjukkan peningkatan akses terhadap pembiayaan berbasis syariah, yang membantu mereka memperluas usaha dan meningkatkan pendapatan. Namun, tantangan masih ada, terutama dalam adopsi teknologi dan keterbatasan modal. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pelatihan manajemen dan keuangan syariah berkontribusi positif terhadap pemberdayaan UMKM, namun diperlukan dukungan berkelanjutan dari pemerintah dan lembaga keuangan untuk memastikan keberlanjutannya.