Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Konsumsi susu formula sebagai faktor risiko kegemukan pada balita di Kota Semarang Utami, Citra Tristi; Wijayanti, Hartanti Sandi
Journal of Nutrition College Vol 6, No 1 (2017): Januari
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (570.047 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v6i1.16898

Abstract

Latar belakang: Saat ini kegemukan telah banyak ditemukan pada umur dini, yakni mulai dari umur 0-5 tahun. Pemberian susu formula dengan kandungan energi dan protein yang tinggi pada awal pertumbuhan dapat meningkatkan risiko terjadinya kegemukan pada balita. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara konsumsi susu formula dengan kegemukan pada balita di Kota Semarang.Metode: Desain penelitian ini adalah kasus-kontrol. Subjek penelitian terdiri dari 27 subjek pada kelompok kasus dan 27 subjek pada kelompok kontrol dengan umur 2-5 tahun. Kriteria kegemukan menggunakan indikator z-score BB/TB. Waktu pertama pemberian susu formula dan berat rata-rata konsumsi susu formula diperoleh melalui kuisioner. Asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak dihitung dengan formulir semi quantitative-food frequency questionaire (SQ-FFQ). Analisis bivariat menggunakan uji Chi-square. Analisis Multivariat menggunakan Regresi Logistik Ganda.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan 85.2% subjek pada kelompok kasus pertama kali mengonsumsi susu formula sebelum umur 6 bulan, sedangkan pada kelompok kontrol hanya 48.1%. Pada kelompok kasus, 77.8% subjek mengonsumsi susu formula >100 g/hari dibandingkan dengan kelompok kontrol hanya 33.3% dari subjek. Terdapat perbedaan pada waktu pertama pemberian susu formula (p= 0.004) dan konsumsi susu formula >100 g/hari (p= 0.001) antara kelompok kasus dan kelompok kontrol. Konsumsi susu formula >100 g/hari berhubungan secara signifikan dengan kegemukan pada balita setelah dikontrol dengan asupan energi, protein, karbohidrat dan lemak (p = 0.009). Balita yang mengonsumsi susu formula >100 g/hari berisiko 7 kali lipat mengalami kegemukan dibandingkan dengan balita yang mengonsumsi < 100 g/hari.Simpulan: Balita yang mengonsumsi berat rata-rata susu formula >100 g/hari berisiko 7.0 kali mengalami kegemukan.
PENGOLAHAN PANGAN MENGGUNAKAN TEKNIK AIR FRYING : STUDI PUSTAKA Habibi, Nur Ahmad; Utami, Citra Tristi
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol 7, No 4 (2022): Jurnal Sains dan Teknologi Pangan
Publisher : JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN, UNIVERSITAS HALU OLEO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (736.147 KB) | DOI: 10.33772/jstp.v7i4.27490

Abstract

ABSTRACTRecently society wanted the healthier products, namely frying products that are low in fat and do not contain harmful chemicals such as acrylamide, free fatty acids, and PAHs. This study using systematic review method. Currently, a new frying technique has been developed, namely the air frying technique, which is a frying technique using hot air and oil droplets that are spread evenly on the surface of the product. The temperature given to the product is 150-200oC with a time of 5-25 minutes depending on the product being fried. This technique can produce a product that is more palatable sensoryly, which is observed from the taste, aroma, color, and texture. The resulting product is crispier on the outside and softer on the inside. From the chemical characteristics, the air frying technique has a lower content of harmful substances than deep frying products. The content of acrylamide, free fatty acids and PAHs is safer in air frying products. Furthermore, on the physical characteristics, this technique can produce the physical structure of the product with the characteristics of being soft on the inside, crunchy on the outside and fluffy. The high temperature in the frying pan is considered to produce a microbiologically safe product.Keywords: Air Frying, Food Processing, Healty Food.ABSTRAKMasyarakat saat ini menginginkan produk yang lebih sehat, yaitu produk hasil penggorengan yang rendah lemak dan tidak mengandung zat kimia berbahaya seperti akrilamida, asam lemak bebas dan PAH (Polisiklik Aromatik Hidrokarbon). Metode yang digunakan dalam studi ini adalah Studi Sistematik Review. Saat ini telah dikembangkan teknik penggorengan baru yaitu teknik air frying. Teknik penggorengan ini dilakukan dengan menggunakan udara panas dan tetesan minyak yang dipaparkan secara merata pada permukaan produk sehingga secara perlahan produk matang merata. Suhu yang diberikan pada produk pada skala 150-200oC dengan waktu 5-25 menit tergantung produk yang digoreng. Teknik ini dapat menghasilkan produk yang lebih enak secara sensorik, baik dari rasa, aroma, warna dan tekstur. Produk yang dihasilkan lebih renyah di bagian luar dan lembut di bagian dalam. Dari karakteristik kimia, teknik air frying lebih rendah kandungan zat berbahaya nya dibandingkan produk deep frying. Kandungan akrilamida, asam lemak bebas dan PAH lebih aman pada produk yang digoreng dengan teknik produk air frying. Selanjutnya pada karakteristik fisik, teknik ini dapat menghasilkan struktur fisik produk dengan karakteristik lembut di bagian dalam, renyah di bagian luar dan mengembang. Suhu yang tinggi dalam penggorengan dinilai dapat menghasilkan produk yang aman secara mikrobiologi.Kata kunci: Air Frying, Pengolahan Pangan, Pangan Sehat.
Pengembangan Usaha Tepung Ikan Bilih Sebagai Fortifikan Zat Gizi Sumber Besi Dan Zinc untuk Pencegahan Stunting Habibi, Nur Ahmad; Yuniritha, Eva; Zulkifli, Zulkifli; Darwel, Darwel; Utami, Citra Tristi
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Universitas Al Azhar Indonesia Vol 7, No 2 (2025): April 2025
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36722/jpm.v7i2.4178

Abstract

Abstrak Nagari Paninggahan memiliki potensi sumber daya alam berupa ikan bilih (Mystacoleucus padangensis), yang merupakan ikan endemik di sekitar Danau Singkarak dengan kandungan zat besi dan zinc yang tinggi. Namun, pemanfaatan ikan bilih sebagai bahan pangan bergizi masih terbatas. Program pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk mengembangkan usaha pembuatan tepung ikan bilih sebagai fortifikan sumber zat gizi mikro. Kegiatan yang dilakukan meliputi forum diskusi kelompok (FGD) untuk pengembangan usaha, pelatihan pengolahan ikan bilih menjadi tepung, penerapan cara pengolahan pangan yang baik, serta pengembangan usaha. Jumlah peserta dalam kegiatan ini adalah 11 orang, terdiri dari 5 pengusaha ikan bilih di nagari, 1 kader nagari, dan 5 perangkat desa. Metode evaluasi yang digunakan meliputi pre-test dan post-test untuk mengukur peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta. Hasil kegiatan menunjukkan terdapat peningkatan pengetahuan dan keterampilan terkait proses pengolahan produk setelah dilakukan pendampingan. 100% peserta mengetahui nilai gizi Seng dan Fe pada ikan bilih, 80% peserta berminat untuk memproduksi produk, dan 1 peserta sudah mulai memproduksi untuk dikirim ke industri obat tradisional. Terjadi peningkatan nilai jual ikan bilih dari Rp.80.000 dalam kondisi mentah menjadi Rp.600.000/kg. Pengembangan ini meningkatkan nilai tambah ikan bilih, membuka peluang ekonomi lokal, serta mendukung program pencegahan stunting bagi masyarakat.Kata kunci: Fortifikan, Ikan Bilih, Masalah Gizi, Pengembangan Usaha.