Hayari, H.
Unknown Affiliation

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

SEJARAH PEMERINTAHAN KABUPATEN MUNA TAHUN 1960-2015 Alif Utama, Muhammad Zulfian; Hayari, H.
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 4, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (216.474 KB) | DOI: 10.36709/jpps.v4i2.9833

Abstract

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan latar belakang terbentuknya pemerintahan Kabupaten Muna dan mendeskripsikan pemerintahan Kabupaten Muna tahun 1960 sampai 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah menurut Helius Sjamsudin, dimana tata kerja metode ini adalah: (1) Pengumpulan sumber (Heuristik), (2) Kritik sumber (Verifikasi), (3) Penulisan sejarah (Historiografi).            Hasil penelitian menunjukkan bahwa:  (1) Latar belakang terbentuknya Pemerintahan Kabupaten Muna menjadi jelas setelah diadakan musyawarah antar daerah se-Sulawesi Tenggara di Kendari yang dihadiri utusan dari Kewedanan Buton, Muna, Kendari dan Kolaka. Melalui musyawarah ini disepakati bahwa Kabupaten Sulawesi Tenggara harus diperjuangkan pemekarannya sebagai provinsi dengan didukung empat daerah tingkat II yaitu Daerah Tingkat II Buton, Muna, Kendari dan Kolaka. Kabupaten Muna terbentuk pada tahun 1959 melalui Undang-Undang No. 29 tahun 1959. Berdasarkan ketetapan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah menetapkan Kepala Daerah Tingkat II Muna yaitu Drs. La Ode Abdul Kudus sebagai Bupati Muna yang pertama. (2) Pemerintahan Kabupaten Muna dalam perjalanannya selama 56 tahun (1960-2015) telah mengalami 11 kali pergantian Kepala Daerah Tingkat II sampai tahun 2015. Kepala Daerah Tingkat II yang menjabat secara berturut-turut yaitu Drs. La Ode Abdul Kudus (1959-1960), Lettu Inf. M. Thalib (1961-1965), Drs. La Ode Rasyid (1965-1970), Drs. La Ute (1971-1973), Drs. La Ode Kaimuddin (1976-1980), Drs. La Ode Saafi Amane (1981-1985), Drs. Maola Daud (1986-1994), Kol. Saleh Lasata (1995-1997), Kol. Inf. H. Djamaluddin Bedu (1998-1999), Ridwan. BAE (2000-2010), dan dr. H. L. M. Baharuddin. M.Kes (2011-2015). Pada masa pemerintahan Bupati Muna Ridwan, BAE terjadi pemekaran wilayah yaitu mekarnya Buton Utara dari Kabupaten Muna. Pada masa pemerintahan dr. H. L.M. Baharuddin. M.Kes juga terjadi pemekaran yaitu mekarnya Muna Barat dari Kabupaten Muna. Kata Kunci: Sejarah, Pemerintahan, Kabupaten Muna
KONFLIK TAPAL BATAS KELURAHAN LEMO DENGAN DESA MALALANDA KECAMATAN KULISUSU KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2011 kendari, pendidikan Sejarah UHO; Hayari, H.
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 4, No 1 (2019): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (289.716 KB) | DOI: 10.36709/jpps.v4i1.7348

Abstract

ABSTRAK            Permasalahan penelitian ini adalah: (1) Bagaimana proses terjadinya konflik tapal batas Kelurahan Lemo dengan Desa Malalanda? (2) Apa faktor penyebab  terjadinya konflik tapal batas Kelurahan Lemo dengan Desa Malalanda? (3) Bagaimana dampak terjadinya konflik tapal batas Kelurahan Lemo dengan Desa Malalanda? (4) Apa Upaya penyelesaian konflik tapal batas Kelurahan Lemo dengan Desa Malalanda? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah menurut Helius Sjamsudin, yaitu: (a) Heuristik (pengumpulan sumber), yang dilakukan dengan teknik pengamatan, wawancara dan studi dokumen, (b) Kritik, yang dilakukan melalui kritik eksternal dan kritik internal, (c) Historiografi, yang dilakukan secara sistematis melalui tahap interpretasi, eksplanasi, dan ekspose. Dalam tinjauan pustaka penulis menggunakan teori sejarah, teori konflik, konsep pemekaran wilayah, konsep tapal batas.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Proses terjadinya konflik tapal batas Kelurahan Lemo dengan Desa Malalanda berawal karena adanya keinginan Desa Malalanda untuk memekarkan atau memisahkan diri menjadi desa yang mandiri dan mengurus masyarakatnya sendiri, (2) Faktor penyebab terjadinya konflik tapal batas Kelurahan Lemo dengan Desa Malalanda adalah: a) Faktor intern, yaitu: 1) Status kepemilikan tanah, 2) tempat wisata. Faktor ekstern, yaitu: 1) keputusan pemerintah daerah dianggap tidak adil (2) Keputusan penjajah, (3) Tidak ada tapal batas permanen dari pemerintah daerah, (3) Dampak terjadinya konflik tapal batas Kelurahan Lemo dengan Desa Malalanda, yaitu: (a) Bertambahnya solidaritas, (b) Berkurangnya wilayah, (c) Pelaksanaan pelayanan administrasi pertanahan terhambat, (4) Upaya penyelesaian konflik tapal batas Kelurahan Lemo dengan Desa Malalanda, yaitu dengan mediasi dan penandatanganan surat persetujuan kedua belah pihak. Kata Kunci: Proses, Faktor, Dampak, Konflik
PERKEMBANGAN KEHIDUPAN MASYARAKAT TRANSMIGRAN ASAL JAWA DAN BALI DI DESA MARGA JAYA KECAMATAN RAROWATU UTARA KABUPATEN BOMBANA (1982-2015) Bintarum, Tri Rahayu; Hadara, Ali; Hayari, H.
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 1, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (269.041 KB) | DOI: 10.36709/jpps.v1i1.7360

Abstract

ABSTRAKFokus dan sasaran penelitian ini mengacu pada beberapa permasalahan yaitu; (1) Latar belakang kedatangan transmigran asal Jawa dan Bali di Desa Marga Jaya (2) Kondisi awal kedatangan transmigran asal Jawa dan Bali di Desa Marga Jaya (3) Perkembangan kehidupan transmigran asal Jawa dan Bali di Desa Marga Jaya 4) Akibat kedatangan transmigran asal Jawa dan Bali terhadap penduduk di Desa Marga Jaya.Penelitian ini dilaksanakan di Desa Marga Jaya Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana. Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti yang ditulis oleh Helius Sjamsudin (2007: 85), bahwa tata kerja penelitian sejarah terdiri dari tiga tahapan, yaitu: 1) Heuristik (Pengumpulan sumber), 2) Kritik Sumber, dan 3) Historiografi.Hasil penelitin menunjukkan bahwa: 1) Latar belakang kedatangan para transmigran asal Jawa dan Bali di Desa Marga Jaya Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana dapat dilihat dari beberapa faktor, baik faktor pendorong dari daerah asal  (faktor geografis dan ekonomi) maupun faktor penarik dari daerah tujuan (faktor geografis dan ekonomi). 2) Kondisi awal kedatangan transmigran asal  Jawa dan Bali dalam bidang sosial budaya dan ekonomi pada periode 1982-1990 yaitu hubungan sosial antara masyarakat transmigran dengan penduduk lokal pada awalnya kurang harmonis. Masyarakat belum bisa beradaptasi dengan cuaca di Desa Marga Jaya, menyebabkan mereka tidak dapat bercocok tanam apapun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 3) Perkembangan kehidupan masyarakat transmigran asal Jawa dan Bali dapat dilihat dari dua periode yaitu periode 1982-1990 hingga periode 1990-2015 dalam bidang sosial budaya dan ekonomi yaitu hubungan sosial antara masyarakat transmigran dengan penduduk lokal yang awalnya kurang harmonis dan tidak terjalin keakraban semakin lama mereka saling mengenal dan mulai terjalin keakraban sehingga tercipta keharmonisan dalam masyarakat di Desa Marga Jaya. Perkembangan dalam bidang ekonomi dapat dilihat dari dua sektor mata pencaharian mereka yang sangat mendominasi yaitu sektor pertanian dan peternakan mengalami perkembangan. 4) Akibat kedatangan transmigran asal Jawa dan Bali di Desa Marga Jaya Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana yaitu meningkatnya kesejahteraan hidup masyarakat baik bagi masyarakat transmigran maupun masyarakat setempat. Kata Kunci: Perkembangan Kehidupan dan Masyarakat Transmigran
FUNGSI SELAT LATOA DALAM PERKEMBANAGAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT PESISIR DI KECAMATAN TIWORO UTARA KABUPATEN MUNA BARAT (1950-2015) Rama, Rama; Hayari, H.
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 1, No 2 (2016): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpps.v1i2.6099

Abstract

ABSTRAKFokus penelitian ini mengacu pada tiga masalah utama yaitu (a) Bagaimana deskripsi Selat Latoa? (b) Bagaimana latar belakang pemanfaatan Selat Latoa oleh masyarakat pesisir di Kecamatan Tiworo Utara? (c) Bagaimana fungsi Selat Latoa dalam perkembangan perekonomian masyarakat pesisir di Kecamatan Tiworo Utara pada tahun 1950-2015?. Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada metode sejarah yang ditulis dan disusun oleh Helius Sjamsudin (2007: 67), bahwa tata kerja penelitian sejarah terdiri tiga tahapan, yaitu: (1) Heuristik (Pengumpulan Data), (2) Verifikasi (Kritik Sejarah terhadap Otentitas dan Kredibilitas), (3) Historiografi. Sedangkan kajian pustaka terdiri dari (1) Konsep Fungsi (2) Konsep Selat (3) Konsep Perkembangan Perekonomian (4) Konsep Masyarakat Pesisir, dan (5) Penelitian Relevan. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa (1) Deskripsi Selat Latoa secara umum, yaitu Selat Latoa adalah sebuah wilayah perairan yang berada diantara Pulau Latoa dan Pulau Sanggaleang dengan luas sekitar 1600 hektar. (2) Latar belakang pemanfaatan Selat Latoa oleh masyarakat pesisir di Kecamatan Tiworo utara yaitu dimulai sejak awal kedatangan masyarakat pesisir sejak tahun 1950. (3) Fungsi Selat Latoa ada tiga, yaitu: (a) Fungsi ekonomi yaitu masyarakt pesisir di Kecamatan Tiworo Utara sangat dipengaruhi oleh fungsi dan peranan Selat Latoa sebagai lokasi tempat para masyarakat dalam mencari hasil laut.  (b) Fungsi Transportasi, fungsi transportasi yakni Selat Latoa sebagai jalur transportasi. (c) Fungsi Sosial Budaya, Selat Latoa juga berperan penting dalam hubungan sosial budaya masyarakat pesisir di Kecamatan Tiworo Utara yaitu melalui program Kelompok Pengawas Masyarakat (Pokmaswas) “Paddakauang. Kata Kunci : Fungsi, Selat Latoa,  Perekonomian,  Kepulauan Tiworo
SEJARAH KECAMATAN KATOBU KABUPATEN MUNA (1960-2014) Arifin, Yandi; Baenawi, La Ode; Hayari, H.
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 1, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.789 KB) | DOI: 10.36709/jpps.v1i1.7361

Abstract

ABSTRAK            Fokus penelitian ini mengacu pada tiga permasalahan utama yaitu (1) Apa yang melatarbelakangi terbentuknya Kecamaan Katobu Kabupaten Muna? (2) Bagaimana perkembangan Kecamatan Katobu Kabupaten Muna? (3) Faktor-faktor apa  yang mendukung perkembangan Kecamatan Katobu Kabupaten Muna?. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah menurut Helius Sjamsuddin, yang menempuh tiga tahapan yaitu : (1) Heuristik, yakni pengumpulan data melalui penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan, (2) Verifikasi, yakni penilaian terhadap keautentikan dan keabsahan data, dan  (3) Historiografi, yakni mencakup penafsiran (interpretasi), penjelasan (eksplanasi), dan penyajian (ekspose). Sedangkan kajian pustaka yang digunakan dalam penelitian ini adalahkonsep sejarah, konsep pembangunan daerah, konsep kecamatan, konsep pemerintahan daerah serta konsep otonomi daerah.Hasil penelitian di lapangan menunjukan bahwa: (1)Latar belakang terbentuknya Kecamatan Katobu Kabupaten Muna yaitu merupakan salah satu pelengkap dari syarat pembentukan Kabupaten Muna. Hal ini diketahui bahwa ketika proses pembentukan Kabupaten Muna, Distrik Katobu disertakan sebagai salah satu dari empat kecamatan yang mendukung dari syarat administrasi terbentuknya Kabupten Muna. (2) Perkembangan Kecamatan Katobu Kabupaten Muna dari tahun 1960-2014 yaitu terlaksana dari sektor pertanian dan perkebunan, kelautan dan perikanan, pendidikan, kesehatan, kepemerintahan kecamatan dan lingkup desa/kelurahan serta sosial budaya. Hal ini menunjukan dengan meningkatnya sektor-sektor tersebut dari tahun ke tahun yang dilihat dari pemerintahan masing-masing Camat Katobu sejak terbentuknya (1960) sampai dengan masa pemerintahan sekarang (2014). (3) Faktor-faktor yang mendukung perkembangan Kecamatan Katobu Kabupaten Muna yaitu (a) faktor wilayah, yang terdiri dari sub faktorperekonomian dan daerah sentral/pusat kota kabupaten. (b) Faktor pemerintahan dalam hal ini peningkatan kualitas dan kuantitas kerja aparat pemerintah kecamatan hingga para kepala desa dan kelurahan. (c) Faktor sosial budaya ditandai dengan terlaksananya hubungan antar  sesama masyarakat serta hubungan masyarakat dengan pemerintah Kecamatan Katobu dalam mendukung pembangunan pemerintah baik pemerintah Kecamatan Katobu maupun pemerintah Kabupaten Muna.Kata Kunci: Sejarah, Perkembangan, Kecamatan Katobu
SEJARAH BANTI-BANTI PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN MANDATI 1 KECAMATAN WANGI-WANGI SELATAN KABUPATEN WAKATOBI Bini, Bini; Anwar, H.; Hayari, H.
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 3, No 1 (2018): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpps.v3i1.11982

Abstract

ABSTRAK: Penelitian ini berutujuan untuk mendeskripsikan dan menguraikan sejarah, proses dan nilai-nilai yang terkandung dalam banti-banti pada masyarakat di Kelurahan Mandati I Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari (1) heuristik yakni mencari sumber melalui wawancara, studi kepustakaan, dan penelitian lapangan, (2) kritik sumber terdiri atas kritik eksternal dan kritik internal guna mendapat data yang akurat, dan (3) historiografi yang dimaksudkan dalam bentuk tulisan secara sistematis dan kronologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: latar belakang pelaksanaan banti-banti pada masyarakat di Kelurahan Mandati I Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi, tidak diketahui secara pasti, namun dapat di perkirakan banti-banti dan Pobanti lahir sebelum masuknya Islam di Pulau Wangi-Wangi yakni sebelum abad ke-13. Sedangkan proses pelaksanaan banti-banti tersebut masuk dalam aktivitas masyarakat masyarakat Mandati seperti hembula?a gandu (penanaman jagung), kegiatan gotong royong, serta digunakan sebagai pengantar tidur. Disamping itu, banti-banti juga digunakan sebagai nyanyian yang mengiringi tari-tarian tradisional seperti, tari Lariangi, tari Badenda dan tari Pajogi. Nilai-nilai yang terkandung dalam banti-banti yakni nilai agama, kejujuran, tanggung jawab, serta nilai bersahabat/komunikatif yang akan tampak dalam sikap dan perilaku masyarakat di Kelurahan Mandati I Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi. Kata Kunci:Latarbelakang, proses, dan nilai-nilai, banti-banti Description Alternative: ABSTRACT: This study aims to describe and describe the history, process and values contained in banti-banti in the community in Mandati I Village, Wangi-Wangi Selatan District, Wakatobi Regency. This research uses a historical method consisting of (1) heuristics that is looking for sources through interviews, library research, and field research, (2) source criticism consists of external criticism and internal criticism in order to obtain accurate data, and (3) historiography intended in writing systematically and chronologically. The results of the study show that: the background of the implementation of the bantis to the community in Mandati I Village, Wangi-Wangi Selatan District Wakatobi Regency is not known, but it can be predicted that Banti and Pobanti were born before the entry of Islam on Wangi-Wangi Island before 13th century. While the implementation of the banti-banti included in the Mandati community activities such as hembula'a gandu (planting corn), mutual cooperation activities, and used as a lullaby. Besides that, banti-banti is also used as a song that accompanies traditional dances such as Lariangi dance, Badenda dance and Pajogi dance. The values contained in the banti-banti namely religious values, honesty, responsibility, and friendly / communicative values that will appear in the attitudes and behavior of the people in Mandati I Village, Wangi-Wangi Selatan District, Wakatobi District. Keywords: Background, process, and values, banti-banti 
SEJARAH DESA MADAMPI KECAMATAN LAWA KABUPATEN MUNA BARAT (1999-2017) Selfi, Wa Ode; Hayari, H.
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpps.v3i2.12059

Abstract

ABSTRAK: Permasalahan utama dalam penelitian ini ialah: 1) Bagaimana asal usul pemberian nama Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat? 2) Apa latar belakang terbentuknya Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat? 3) Bagaimana proses terbentuknya Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat? 4) Bagaimana perkembangan Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat (1999-2017)? Metode penelitian menggunakan metode penelitian sejarah dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Pengumpulan sumber (heuristik) yaitu kegiatan peneliti untuk memperioleh data, 2) Kritik sumber (verifikasi) yaitu untuk mengetahui otentitas (keaslian) dan kredibilitas (kebenaran) data yang berhasil dikumpulkan, 3) Penulisan sejarah (historiografi) yaitu, menyampaikan sintesa dalam bentuk kisah sejarah. Dalam kajian pustaka penelitian ini menggunakan konsep dan teori sejarah, konsep desa dan syarat terbentuknya desa, konsep pemerintahan desa, dan konsep perkembangan desa, serta penelitian yang relevan dengan judul penelitian ini. Penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Asal usul pemberian nama Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat di ambil berdasarkan hasil kesepakatan dari seluruh lapisan masyarakat, dan juga diilhami dari sebuah peristiwa sejarah pada zaman dulu. 2) Latar belakang terbentuknya Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat merupakan keinginan masyarakat setempat untuk membentuk desa tersendiri. Hal ini dilakukan karena untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik dalam bidang pemerintahan terutama dalam pelayanan pengurusan administrasi, yang memperkasai terbentuknya Desa Madampi yakni para tokoh adat dan para tokoh masyarakat. 3) Proses terbentuknya Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat merupakan keinginan masyarakat untuk memimpin daerahnya sendiri, yang diprakarsai oleh masyarakat yang tergabung dalam organisasi Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), sekarang disebut Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), mengadakan suatu musyawarah untuk membahas bahwa Dusun Madampi layak untuk melakukan satu pemekaran wilayah. 4) Perkembangan Desa Madampi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat (1999-2017) yaitu dapat dilihat dari beberapa bidang seperti: a) Perkembangan bidang politik, b) Perkembangan pelayanan umum, c) perkembangan ekonomi, d) Perkembangan bidang pendidikan, dan e) Perkembangan sarana dan prasarana.Kata Kunci: Asal usul, latar belakang, proses, perkembangan Desa Madapi ABSTRACT: The main problems in this study are: 1) What is the origin of giving the name of Madampi Village, Lawa District, West Muna Regency? 2) What is the background of the formation of Madampi Village, Lawa District, West Muna Regency? 3) What is the process for the formation of Madampi Village, Lawa District, West Muna Regency? 4) How is the development of Madampi Village, Lawa District, West Muna Regency (1999-2017)? The research method uses historical research methods with the following steps: 1) Collection of sources (heuristics), namely the activities of researchers to obtain data, 2) Criticism of sources (verification), namely to determine the authenticity and authenticity of the data collected , 3) Writing history (historiography) that is, conveying synthesis in the form of historical stories. In the literature review, this research uses historical concepts and theories, village concepts and conditions for village formation, village governance concepts, and village development concepts, as well as research relevant to the title of this research. This study shows that: 1) The origin of giving the name of Madampi Village, Lawa Subdistrict, West Muna Regency was taken based on the agreement of all levels of society, and was also inspired by a historical event in the past. 2) The background of the formation of Madampi Village, Lawa Subdistrict, West Muna Regency is the desire of the local community to form their own village. This was done because to get better services in the field of government, especially in administrative management services, which strengthened the formation of Madampi Village, namely traditional leaders and community leaders. 3) The process of the formation of Madampi Village, Lawa Subdistrict, West Muna Regency was the desire of the community to lead their own area, initiated by the people who were members of the Village Community Resilience Institute (LKMD), now called the Community Empowerment Institute (LPM), held a meeting to discuss that Madampi Hamlet is eligible to undertake a regional division. 4) Development of Madampi Village, Lawa Subdistrict, West Muna Regency (1999-2017), which can be seen from several fields such as: a) Development of the political field, b) Development of public services, c) economic development, d) Development of education, and e) Development facilities and infrastructure. Keywords: Origins, background, process, development of Madapi Village