Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

TINGKAT KENYAMANAN PEJALAN KAKI DI TROTOAR JALAN JOLOTUNDO KOTA SEMARANG Yunita, Reni; Yulianti, Eppy; Puspitasari, Ardiana Yuli
Jurnal Ilmiah Penelitian Mahasiswa Vol 4, No 1 (2025): MARET 2025
Publisher : Jurnal Ilmiah Sultan Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jalan Jolotundo sudah menjadi salah satu pusat aktivitas masyarakat di Kelurahan Sambirejo sejak lama. Seiring pertumbuhan Kota Semarang, kebutuhan untuk memperbaiki serta meningkatkan fasilitas bagi pejalan kaki di sepanjang jalan ini semakin mendesak. Persoalan ini terutama dipengaruhi oleh semakin padatnya lalu lintas serta meningkatnya aktivitas komersial di sepanjang jalan, yang membutuhkan penataan ulang area trotoar serta fasilitas publik yang memadai. Trotoar di Jalan Jolotundo dirancang untuk pejalan kaki, namun masih banyak dipergunakan untuk parkir liar serta aktivitas pedagang kaki lima, sehingga mengganggu kelancaran pergerakan pejalan kaki. Kajian ini berfokus pada tingkat kenyamanan pejalan kaki di koridor Jalan Jolotundo. Tujuan dari pada kajian ini ialah untuk menganalisis tingkat kenyamanan lintasan pejalan kaki dalam pemanfaatan trotoar di daerah tersebut. Pendekatan yang dipergunakan dalam kajian ini ialah metode deduktif-kuantitatif-rasionalistik. Hasil dari kajian memperlihatkan jika tingkat kenyamanan pejalan kaki di Jalan Jolotundo tergolong dalam kategori Tidak Nyaman.Kata kunci: tingkat, kenyamana, jalur, pejalan kaki
Development Goals 2030: Teknologi Mudah Guna dalam Bimbingan dan Konseling Kushendar, Kushendar; Lacksana, Indra; Permana, Nurul Enggar; Yunita, Reni
Bulletin of Counseling and Psychotherapy Vol. 1 No. 1 (2019): Bulletin of Counseling and Psychotherapy
Publisher : Kuras Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (606.211 KB) | DOI: 10.51214/bocp.v1i1.14

Abstract

The world development demands all aspect to develop particularly on education. In this era, the technology is needed especially for guidance and counseling in order to improve the services quality but did not substitute the core of guidance and counseling. The negative effect of technology used to be the jumping stone to do positive things. Therefore, the counselors should have the competence to improve technology, creative, innovative, and keep improving. Thus, the counselors will able to follow the world technology development.
PERUNDUNGAN MAYA (CYBER BULLYING) PADA REMAJA AWAL Yunita, Reni
MUHAFADZAH: Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling Islam Vol 1 No 2 (2021): Mei 2021, Muhafadzah: Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling Islam
Publisher : Program Studi Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53888/muhafadzah.v1i2.430

Abstract

Cyber ​​harassment is a behavior or act of intimidation that is used through modern communication technology media aimed at humiliating, insulting, playing with, even threatening or intimidating individuals to control and regulate the individual. The most widely used online media are Facebook, SMS and Instagram. The forms of cyber harassment experienced by victims are ridicule, slander, threats, and are the object of gossip. The perpetrator of the harassment aims to joke, revenge, and because it can hide the identity. Virtual harassment causes the victim to feel angry, ashamed, unable to concentrate on learning, and afraid. Victims of virtual abuse claim that the mental impact they experience is more serious than abuse in the real world. Social media is usually used to upload content or show someone's aspirations as a way to express and communicate. The sophisticated development of media technology is the reason that all things can be well communicated. But humans today use it the other way around, one of which is currently rife is cyberbullying. Bullying behavior is still quite high in Indonesia, especially during adolescence, therefore bullying victims need special attention not to cause long trauma until they are mentally affected so as to cause harm to themselves by injuring, confined and even thinking about suicide. Perundungan maya (cyber bullying) merupakan suatu perilaku atau tindakan intimidasi yang digunakan melalui media teknologi komunikasi modern yang ditujukan untuk mempermalukan, menghina, mempermainkan, bahkan mengancam atau mengintimidasi individu untuk menguasai dan mengatur individu tersebut. Adapun media online yang paling banyak digunakan adalah Facebook, SMS, dan Instagram. Bentuk perundungan maya yang dialami korban adalah ejekan, fitnah, ancaman, dan menjadi objek gosip. Pelaku melakukan perundungan bertujuan untuk bercanda, balas dendam, dan karena dapat menyembunyikan identitas. Perundungan maya menyebabkan korban merasa marah, malu, tidak bisa konsentrasi belajar, dan takut. Korban perundungan maya mengaku bahwa dampak mental yang dialami lebih serius dibanding dengan perundungan di dunia nyata. Media sosial biasanya digunakan untuk mengunggah sebuah konten atau menunjukkan aspirasi seseorang sering dipakai sebagai cara untuk berekspresi dan berkomunikasi. Canggihnya perkembangan teknologi media menjadi alasan bahwa semua hal dapat dikomunikasikan dengan baik. Namun manusia zaman ini menggunakannya dengan sebaliknya, salah satu yang kini tengah marak terjadi ialah cyberbullying. Perilaku bullying masih cukup tinggi di Indonesia terutama pada masa remaja, maka dari itu korban bullying sangat membutuhkan perhatian khusus jangan sampai menyebabkan trauma yang panjang sampai terkena mentalnya sehingga menyebabkan yang merugikan dirinya sendiri dengan cara melukai, terkekang bahkan sampai berpikir untuk bunuh diri.
PENYELESAIAN PERMASALAHAN SANTRI MELALUI PEER HELPING INDIGENOUS Yunita, Reni
MUHAFADZAH: Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling Islam Vol 2 No 1 (2021): November 2021, Muhafadzah: Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling Islam
Publisher : Program Studi Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53888/muhafadzah.v2i1.547

Abstract

Peer helping is the behavior of providing interpersonal assistance carried out by non-professional people who carry out a role of assistance to others. In this phase, adolescents still show a childish nature, but on the other hand, they are required to be mature by their environment. In line with their social development, they are more conforming to the group, begin to break away from the bonds and dependence on their parents and often show an attitude of challenging the authority of more mature people. Mental health guidance efforts are very important among teenagers, in the form of special programs, such as increasing awareness of mental health, and so on. This santri mental health program can be carried out through formal youth institutions, such as schools, Islamic boarding schools and can also be carried out through other interventions in the form of programs made specifically for peer groups of students. The purpose of the study was to identify problems that are often faced by students in participating in activities at Islamic boarding schools including problems related to personal life, social life, learning, and self-adaptability to the pattern of Islamic boarding school life. Each of these problems has different characteristics and patterns so that different patterns of settlement are needed according to their respective characteristics. The method applied in this study is a qualitative method to explain a phenomenon as deeply as possible by collecting the deepest data, which shows the importance of depth and detail of the data being studied. The results of the application in solving a problem through peer helping (peer helpers) indigenous counseling which presents an approach with context (family, social, cultural, and ecological) its contents (meanings, values, and beliefs) in other words so that counseling provides space for values. Local cultural values ​​so that through peer helping can be realized properly then they can be trusted with each other among their peers, this can be applied if you meet clients who can indeed be more open with their peers. Peer helping (penolong sebaya) adalah perilaku pemberian bantuan interpersonal yang dilakukan oleh orang-orang non profesional yang menjalankan suatu peranan bantuan kepada orang lain. Pada fase ini remaja masih menunjukkan sifat kekanak-kanakan, namun di sisi lain dituntut untuk bersikap dewasa oleh lingkungannya. Sejalan dengan perkembangan sosialnya, mereka lebih konformitas pada kelompoknya, mulai melepaskan diri dari ikatan dan kebergantungan kepada orang tuanya juga sering menunjukkan sikap menantang otoritas orang yang lebih dewasa. Usaha bimbingan kesehatan mental sangat penting dilakukan di kalangan remaja, dalam bentuk program-program khusus, seperti peningkatan kesadaran terhadap kesehatan mental, dan lain sebagainya. Program kesehatan mental santri ini dapat dilakukan melalui institusi-institusi formal remaja, seperti sekolah, pesantren dan dapat pula melalui intervensi-intervensi lain dalam bentuk program yang dibuat khusus untuk kelompok santri sebaya. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi permasalahan yang sering dihadapi para santri dalam mengikuti kegiatan di pondok pesantren meliputi masalah yang terkait dengan kehidupan pribadi, sosial, pembelajaran, dan kemampuan diri dalam adaptabilitas terhadap pola kehidupan pesantren. Masing-masing permasalahan tersebut memiliki ciri dan pola yang berbeda sehingga diperlukan pola penyelesaian yang berbeda pula sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Metode yang di terapkan dalam penelitian ini metode kualitatif menjelaskan suatu fenomena dengan sedalam-dalamnya dengan cara pengumpulan data yang sedalam-dalamnya pula, yang menunjukkan pentingnya kedalaman dan detail suatu data yang diteliti. Hasil penerapan dalam menyelesaikan suatu permasalahan melalui Peer helping (penolong sebaya) konseling indigenous yang mempresentasikan sebuah pendekatan dengan konteks (keluarga, sosial, kultur, dan ekologis) isinya (makna, nilai, dan keyakinan) dengan kata lain agar konseling memberikan ruang kepada nilai-nilai budaya lokal sehingga melalui Peer helping (penolong sebaya) dapat terealisasikan dengan baik maka bisa saling di percaya satu sama lainnya antar teman sebayanya, hal ini bisa di terapkan apabila di temui klien yang memang dapat lebih terbuka dengan teman sebayanya.