Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Liberating People; Critical Pedagogy on the Revolutionary Thought of Hassan Hanafi Khasri, M. Rodinal Khair
Nadwa Vol 13, No 1 (2019): Islamic Education and Liberation
Publisher : FITK UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/nw.2019.1.1.3914

Abstract

The researcher observed the dimension of critical pedagogy in the context of Hassan Hanafi revolutionary thought. He was very good founding the fundamental thought in theology of liberation named Left Islam. This research used a literature study and historical-factual method to analyze the dimension of critical pedagogy on Hassan Hanafi revolutionary thought. The result of this research was new understanding about critical pedagogy dimension on Hassan Hanafi thought. First. Dehumanization in the context of education is inseparable from the influence of Western cultural imperialism. Second, The critical pedagogy found in Hassan Hanafi's thoughts is a pedagogy that aims to eliminate the destructive nature caused by the one-dimensional view that results in educational disorientation from the true educational goal of liberating people. AbstrakArtikel ini mempresentasikan hasil penelitian terhadap pemikiran revolusioner Hassan Hanafi sehingga ditemukan dimensi pedagogi kritisnya. Hassan Hanafi merupakan sosok pemikir Islam yang sangat baik di dalam membangun pemikiran-pemikiran fundamental di dalam konteks teologi pembebasan, serta yang paling terkenal ia sebut dengan istilah “Kiri Islam”. Penelitian ini termasuk dalam klasifikasi studi literatur dengan metode historis-faktual di dalam menganalisis dimensi pedagogi kritis di dalam pemikiran Hassan Hanafi. Hasil penelitian ini adalah pemahaman baru tentang dimensi pedagogi kritis di dalam pemikiran Hassan Hanafi. Pertama, dehumanisasi dalam konteks pendidikan adalah akibat dari pengaruh imperialisme budaya Barat. Kedua, pedagogi kritis Hasan Hanafi fokus pada upaya membangkitkan kesadaran eksistensial di tengah beragam permasalahan yang terjadi di masyarakat. Pedagogi kritis yang ditemukan di dalam pemikiran Hassan Hanafi merupakan pedagogi yang bertujuan untuk menghilangkan hal yang bersifat destruktif yang disebabkan oleh pandangan berdimensi-satu yang mengakibatkan disorientasi pendidikan dari tujuan pendidikan yang sesungguhnya yaitu memerdekakan manusia. 
Liberating People; Critical Pedagogy on the Revolutionary Thought of Hassan Hanafi Khasri, M. Rodinal Khair
Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam Vol 13, No 1 (2019): Islamic Education and Liberation
Publisher : FITK UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/nw.2019.1.1.3914

Abstract

The researcher observed the dimension of critical pedagogy in the context of Hassan Hanafi revolutionary thought. He was very good founding the fundamental thought in theology of liberation named Left Islam. This research used a literature study and historical-factual method to analyze the dimension of critical pedagogy on Hassan Hanafi revolutionary thought. The result of this research was new understanding about critical pedagogy dimension on Hassan Hanafi thought. First. Dehumanization in the context of education is inseparable from the influence of Western cultural imperialism. Second, The critical pedagogy found in Hassan Hanafi's thoughts is a pedagogy that aims to eliminate the destructive nature caused by the one-dimensional view that results in educational disorientation from the true educational goal of liberating people. AbstrakArtikel ini mempresentasikan hasil penelitian terhadap pemikiran revolusioner Hassan Hanafi sehingga ditemukan dimensi pedagogi kritisnya. Hassan Hanafi merupakan sosok pemikir Islam yang sangat baik di dalam membangun pemikiran-pemikiran fundamental di dalam konteks teologi pembebasan, serta yang paling terkenal ia sebut dengan istilah “Kiri Islam”. Penelitian ini termasuk dalam klasifikasi studi literatur dengan metode historis-faktual di dalam menganalisis dimensi pedagogi kritis di dalam pemikiran Hassan Hanafi. Hasil penelitian ini adalah pemahaman baru tentang dimensi pedagogi kritis di dalam pemikiran Hassan Hanafi. Pertama, dehumanisasi dalam konteks pendidikan adalah akibat dari pengaruh imperialisme budaya Barat. Kedua, pedagogi kritis Hasan Hanafi fokus pada upaya membangkitkan kesadaran eksistensial di tengah beragam permasalahan yang terjadi di masyarakat. Pedagogi kritis yang ditemukan di dalam pemikiran Hassan Hanafi merupakan pedagogi yang bertujuan untuk menghilangkan hal yang bersifat destruktif yang disebabkan oleh pandangan berdimensi-satu yang mengakibatkan disorientasi pendidikan dari tujuan pendidikan yang sesungguhnya yaitu memerdekakan manusia. 
Sarong and Peci in Santri Tradition: Frithjof Schuon's Perennial Philosophy Perspective Farid; Savira, Annisa Ghina; Nurani, Shinta; Khasri, M. Rodinal Khair
Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman Vol. 36 No. 1 (2025): Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman
Publisher : Universitas Islam Tribakti (UIT) Lirboyo Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33367/tribakti.v36i1.6383

Abstract

In the context of Indonesia and several regions in Asia, including Africa, the sarung and peci play a significant role as cultural artifacts with both material and non-material value. This research explores the correlation between the sarung and peci with forming individual and collective identities, particularly within religious communities, such as the santri. Through a perennial philosophy approach, we analyze the role of religion in the cultural acculturation process among the santri. The study results indicate that the sarung and peci are symbols of religious expression and shape a collective identity that encompasses both esoteric and exoteric aspects. Additionally, there is a dualism in the symbolic structure built through the cultural acculturation of the santri, where the sarung and peci become symbolic representations of moral transcendence that distinguish them from the general populace
Sarong and Peci in Santri Tradition: Frithjof Schuon's Perennial Philosophy Perspective Farid; Savira, Annisa Ghina; Nurani, Shinta; Khasri, M. Rodinal Khair
Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman Vol. 36 No. 1 (2025): Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman
Publisher : Universitas Islam Tribakti (UIT) Lirboyo Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33367/tribakti.v36i1.6383

Abstract

In the context of Indonesia and several regions in Asia, including Africa, the sarung and peci play a significant role as cultural artifacts with both material and non-material value. This research explores the correlation between the sarung and peci with forming individual and collective identities, particularly within religious communities, such as the santri. Through a perennial philosophy approach, we analyze the role of religion in the cultural acculturation process among the santri. The study results indicate that the sarung and peci are symbols of religious expression and shape a collective identity that encompasses both esoteric and exoteric aspects. Additionally, there is a dualism in the symbolic structure built through the cultural acculturation of the santri, where the sarung and peci become symbolic representations of moral transcendence that distinguish them from the general populace
PANCASILA DALAM PRAKSIS SOSIAL: “MANUSIA PANCASILA” MENJAWAB PERMASALAHAN MASYARAKAT DIGITAL Khasri, M. Rodinal Khair
Pancasila: Jurnal Keindonesiaan Vol. 1 No. 1 (2021): VOLUME 1 ISSUE 1, APRIL 2021
Publisher : Badan Pembinaan Ideologi Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52738/pjk.v1i1.5

Abstract

Artikel ini berangkat dari permasalahan masyarakat digital yang diindikasikan oleh fenomenahoax yang merupakan permasalahan epistemik dan etis. Kedua permasalahan tersebut sangatjarang dikaji dalam penelitian maupun tulisan ilmiah tentang hoax. Dengan demikian artikel inimenawarkan konsep “Manusia Pancasila” sebagai nomenklatur nilai-nilai Pancasila yangmerepresentasikan ideal manusia di dalam mengolah pengetahuan dan mempertimbangkankonsekuensi dari pengetahuan pada ranah sosial sebagai perkara etis. Konstruksi “ManusiaPancasila” berpijak pada ontologi monodualis, sosio-epistemologi, pengetahuan lokal, morallokal, moral Pancasila, dan moral agama. Pada akhirnya, implementasi “Manusia Pancasila”diarahkan pada formulasi dan evaluasi kebijakan pada sektor pemerintah dan sekolah. Melaluiimplementasi ini, diharapkan ada kesinambungan antara nilai acuan yang bersifat fundamental,formulasi dan evaluasi kebijakan, dan penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar pada sektorformal maupun informal.
Bahasa dan kebenaran dalam diskursus digital: Perspektif validity claim Habermas Triyoga, Anwar Ibrahim; Hanum, Irma Surayya; Khasri, M. Rodinal Khair; Putra, Surya Adinata
CaLLs (Journal of Culture, Arts, Literature, and Linguistics) Special Issue "SESANTI 2025"
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/calls.v11i0.22724

Abstract

Penyebaran hoaks yang cepat melalui platform digital telah menjadi tantangan signifikan terhadap validitas kebenaran dalam diskursus daring. Data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat 1.923 konten hoaks sepanjang tahun 2024, dengan peningkatan yang menonjol selama periode pemilu. Survei nasional oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan bahwa 24,7% hoaks tersebut bersifat politis, yang menegaskan dominasi misinformasi politik di ranah digital. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana bahasa dalam ruang digital memengaruhi konstruksi kebenaran dan validitas intersubjektif dengan merujuk pada teori klaim validitas Jürgen Habermas. Penelitian ini menggunakan metode perbandingan artikel, yaitu dengan menelaah dan membandingkan sejumlah studi terdahulu mengenai komunikasi digital, hoaks, dan demokrasi deliberatif, sehingga diperoleh gambaran persamaan, perbedaan, serta kecenderungan temuan yang relevan. Analisis difokuskan pada bagaimana setiap artikel mengidentifikasi klaim kebenaran, validitas normatif, serta relevansi informasi dalam diskursus digital. Temuan menunjukkan bahwa meskipun ada variasi dalam pendekatan penelitian, mayoritas artikel menegaskan bahwa diskursus digital sering kali gagal memenuhi kondisi ideal komunikasi rasional Habermas akibat bias algoritmik dan keterbatasan keterbukaan. Hal ini berimplikasi pada melemahnya konsensus dan rasionalitas. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penguatan literasi digital kritis sangat penting untuk memungkinkan individu menilai klaim kebenaran secara lebih efektif, mengurangi penyebaran hoaks, serta meningkatkan validitas diskursus digital.