Tjakraatmadja, Jann Hidajat
School of Business and Management, Institut Teknologi Bandung

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Uji Empirik Kualitas Jalur Transformasi Pengetahuan Tim/Organisasi Belajar Tjakraatmadja, Jann Hidajat
Jurnal Manajemen Teknologi Vol 1, Juni 2002
Publisher : SBM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Studio Manajemen TI, Institut Teknologi Bandung Pada paper ini, organisasi belajar didefinisikan sebagai organisasi yang mampu melakukan proses transformasi pengetahuan secara siklikal-berkelanjutan, dari individu belajar menjadi organisasi belajar untuk menghasilkan modal maya organisasi. Tjakraatmadja (2001) menyatakan bahwa organisasi belajar membutuhkan 3 pilar belajar, yaitu (1) Pilar proses belajar mandiri, (2) Pilar jalur transformasi pengetahuan, dan (3) Pilar proses belajar tim/organisasi. Paper ini akan membahas syarat kedua, yaitu konsep dan kajian empiric dari kualitas jalur transformasi pengetahuan, yang berfungsi untuk mentranformasikan pengetahuan, dari proses belajar mandiri menjadi proses belajar tim/organisasi. Tanpa jalur transformasi pengetahuan (media belajar tim/organisasional), kerja keras dan komitmen individu tidak akan menghasilkan nilai tambah signifikan pada organisasi (Kofman & Senge, 1993). Studi empiric dilakukan untuk menguji kualitas jalur transformasi di Sembilan (group) perusahaan nasional, serta menguji pengaruh factor rasa saling percaya terhadap perbaikan kualitas jalur transformasi pengetahuan tersebut. Studi empirik membuktikan bahwa rasa saling percaya dapat memperbaiki kualitas jalur transformasi pengetahuan, sebagai media belajar tim/organisasional.Katakunci: manusia dewasa, jalur transformasi pengetahuan, individu belajar dan organisasi belajar
Community of Practice (COP) on Waste Management Learning Activities: Case Study on Kawasan Bebas Sampah (KBS) Bandung Sunarti, Sunarti; Tjakraatmadja, Jann Hidajat; Ghazali, Achmad; Rahardyan, Benno
Jurnal Manajemen Teknologi Vol 19, No 1 (2020)
Publisher : SBM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12695/jmt.2020.19.1.3

Abstract

Abstract. In order to handle municipal waste problems, Bandung City government launched a program called KBS (Kawasan Bebas Sampah), an area where decentralized waste management through residents' active participation be encouraged. Because residents' willingness to participate and proper skill to manage waste are pivotal, KBS has a number of social learning activities through direct interactions to intensively share knowledge and skill, such as why they should manage waste and how they can manage it properly. The program contains official cadres concerning to their environment, local leaders and residents in the area, guided with a mentor as the expert. They conduct learning activities through various interactions for the members to get educated. As learning activities are important to support KBS program successfulness, it is crucial to evaluate the learning activities system using a suitable concept. We hypothesized that Community of Practice (CoP) concept fits the learning activities system in KBS program since collective learning concerning shared problem for better practice is the core activity in the program. Using interview technique for data collection, we concluded that learning system in KBS program we chose as case study can be considered as a CoP with some problems identified. Some suggestions are given for improvements.Keywords: KBS Program, kawasan bebas sampah, community of practice (cop), waste management, collective learning activitiesAbstrak. Untuk menangani masalah sampah kota, Pemerintah kota bandung meluncurkan sebuah program yang disebut KBS (Kawasan Bebas Sampah), sebuah wilayah yang dipilih untuk menerapkan sistem desentralisasi pengelolaan sampah dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Karena pentingnya kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi secara sukarela dan memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk pengelolaan sampah, KBS memiliki berbagai aktivitas belajar masyarakat melalui interaksi langsung yang ditujukan untuk membagi pengetahuan dan keterampilan intensif, terkait pengetahuan yang dibutuhkan, seperti misalnya alasan mengapa harus melakukan pengelolaan sampah dan bagaimana pengelolaan dilakukan. Program tersebut terdiri dari kader-kader lokal yang peduli lingkungan, pimpinan wilayah, warga, dan seorang mentor yang berperan sebagai ahli. Terdapat berbagai aktivitas belajar yang diadakan melalui bermacam interaksi yang ditujukan untuk para anggotanya. Karena aktivitas belajar penting untuk mendukung kesuksesan program KBS, perlu dilakukan evaluasi pada sistem aktivitas pembelajaran menggunakan konsep yang sesuai. Dalam penelitian ini digunakan hipotesis bahwa konsep komunitas praktis (CoP) sesuai dengan sistem aktivitas pembelajaran yang dilakukan karena aktivitas kunci didalamnya adalah pembelajaran bersama yang berfokus pada permasalahan yang sama bagi anggota untuk peningkatan praktik. Menggunakan teknik wawancara dalam pengumpulan data, disimpulkan bahwa sistem pembelajaran dalam program KBS yang dipilih sebagai studi kasus dapat dianggap CoP dengan beberapa permasalahan teridentifikasi. Terdapat beberapa saran yang diberikan untuk perbaikan.Keywords: Program KBS, kawasan bebas sampah, komunitas praktik (cop), pengelolaan sampah, aktivitas pembelajaran bersama
Integrated Strategy to Curtail Illegal Gold Mining: A Case Study in Central Kalimantan, Indonesia Hasibuan, Ongku Parmonangan; Tjakraatmadja, Jann Hidajat; Sunitiyoso, Yos
The Asian Journal of Technology Management (AJTM) Vol 14, No 1 (2021)
Publisher : School of Business and Management Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12695/ajtm.2021.14.1.1

Abstract

Abstract. Illegal gold mining has disturbed the operation of a mining company (Indo Muro Kencana) in Central Kalimantan since the early 1990s. Several disputes have happened, including two serious conflicts, causing financial losses, damage to facilities, and fatalities, forcing the company to stop operations in 2002 and 2013. Eventually, the original investors abandoned the site. Various countermeasures were taken, including harsh law enforcement involving police and military forces’ deployment, yet the illegal mining activities continued. Since 2015, the new management has implemented new approaches; within five years, the number of illegal miners has decreased considerably. This study aims to identify the reasons behind the disputes and how the new management reduces illegal mining within its concession without triggering further conflict. This research is a case study using in-depth interviews, complemented by a study of corporate and media documents. Five factors were identified behind the previous conflicts. The new management’s integrated strategy to manage social issues, including illegal mining, started with social mapping, then an integrated team to deal with social issues was established, and finally, an integrated plan was introduced with four agendas: engagement, presence, respect and inclusiveness, and cohesiveness. This study contributes to company-community model building in similar circumstances and, in practice, offers a solution to curtail illegal gold mining, particularly in Indonesia. Keywords: Conflict, illegal gold mining, illegal miners, integrated, Kalimantan.