Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

Determination of Intrinsic Permeability for Packed Waste of Indonesian Solid Waste Rahardyan, Benno; Dwirestiani, Retno; Padmi, Tri
Journal of Engineering and Technological Sciences Vol 42, No 2 (2010)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (429.771 KB) | DOI: 10.5614/itbj.eng.sci.2010.42.2.3

Abstract

Gas permeability and intrinsic permeability are the major parameters to promote aeration for packed waste. The objectives of this research are to identify physical parameters of gas transfer from a various type of packed wastes and examine ventilation design theory for landfill to enhance waste stabilization. Method to determine value of gas permeability and intrinsic permeability for packed waste is by flushing the packed column containing various type and physical characteristics of wastes with an air pump. Permeability was calculated by measuring pressure gradient on sampling points of the column using inclined manometer at distance 10 cm, 23 cm, 46 cm, 69 cm, 92 cm and 115 cm from origin. Gas permeability is specifically relied on physical parameters of wastes as follows, density, moisture content, particle size and gas velocity on the surface of compacted waste layer. Compost has finer pore structure and smaller pore size than leaves as well as mixed organic (65%) and inorganic wastes (35%). The experiment found the intrinsic permeability of leaves waste are in the order of 10-11 to 10-8 m2, 10-11 to 10-9 m2 for compost and 10-9 m2 for mixed organic (65%) and inorganic wastes (35%).
Analysis of Waste Retribution Income of Waste Management Service Improvement in East Part of Bandung City Susanto, Iwan; Rahardyan, Benno
Journal of Regional and City Planning Vol 27, No 3 (2016)
Publisher : The ITB Journal Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (542.404 KB) | DOI: 10.5614/jrcp.2016.27.3.4

Abstract

Analisis Penerimaan Retribusi Sampah oleh Masyarakat dalam Upaya Peningkatan Pelayanan Pengelolaan Persampahan di Kota Bandung Bagian Timur Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2014-2018 merupakan dasar pada perencanaan pembangunan dalam rangka mewujudkan Kota Bandung yang Bersih Makmur Taat dan Bersahabat, atau yang disingkat Bermartabat. Berdasarkan slogan “Bermartabat” tersebut, maka kebersihan dan sistem pengelolaan persampahan adalah hal yang harus dikelola dengan baik sehingga pembangunan Kota Bandung yang akan dicapai adalah pembangunan yang berwawasan lingkungan. Salah satu hal yang menjadi kendala dalam pengelolaan persampahan di Kota Bandung adalah partisipasi masyarakat yang rendah dalam aspek pembiayaan. Hal tersebut dibuktikan dengan masih besarnya beban subsidi dari Anggaran Pendapatan dan Biaya Daerah (APBD) Kota Bandung yang mencapai 80% dari total biaya yang dibutuhkan, sementara penerimaan iuran sampah dari masyarakat Kota Bandung hanya mencapai 20% dari total biaya pengelolaan sampah. Besarnya beban subsidi APBD untuk pengelolaan sampah tersebut dapat mengganggu jalannya pelaksanaan pembangunan. Di sisi lain, rendahnya penerimaan iuran sampah dari masyarakat membuat PD Kebersihan selaku lembaga pengelola persampahan di Kota Bandung tidak dapat memberikan pelayanan optimal dan selalu bergantung kepada subsidi yang diberikan oleh Pemerintah Kota Bandung. Untuk itu perlu dilakukan analisis terhadap hal-hal yang menyebabkan rendahnya penerimaan iuran sampah tingkat kota tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi nilai kesediaan membayar (willingness to pay = WTP) dan tingkat kemampuan membayar (ability to pay = ATP). Penelitian ini menggunakan metode contingent valuation methode (CVM) dengan sistem bidding game (tawar menawar) dan analisis crosstab untuk mengetahui ketergantungan nilai kesediaan membayar masyarakat. Analisis cluster dan analisis diskriminan dilakukan untuk mengetahui pembagian responden ke dalam kelompok berdasarkan kedekatan variabel serta mengetahui perbedaan antar kelompok yang terbentuk. Untuk mengetahui karakteristik masyarakat, 400 kuesioner dibagikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata WTP responden berada di bawah nilai rata-rata ATP. Hal ini berarti bahwa masyarakat Kota Bandung Bagian Timur mampu untuk membayar iuran sampah kota. Pelayanan pengelolaan persampahan yang tidak memuaskan menjadi penyebab utama rendahnya penerimaan iuran sampah.Kata kunci. ATP, bidding game, cluster, CVM, WTP. The Regional Medium Term Development Plan of Bandung Municipality 2014 - 2018 is a basis for development planning in an effort to create Bandung Municipality: Clean, Prosperous, Obedient, and Friendly, which becomes the Bandung Municipality slogan “Bermartabat (Bersih Makmur Taat dan Bersahabat)”. Based on the slogan "Bermartabat", the cleanliness and solid waste management system is something that must be managed properly so that the development of Bandung to be achieved is environmentally sound. One of the obstacles in the management of solid waste in the city of Bandung is the low public participation in the financing aspects. This is evident from the large subsidy from the APBD of Bandung Municipality, which reached 80% of the total cost required, while the reception solid waste fees from people in Bandung only reached 20% of the total cost of solid waste management. The amount of the subsidy budget for solid waste management could disrupt its implementation. On the other hand, due to the low amount of solid waste fees from the PD Kebersihan as the waste management company of Bandung Municipality cannot provide optimal service and always depends on the subsidies to be granted by the Government. Therefore, it is needed to analyze what causes the city’s low solid waste fees collection. The purpose of this study was to determine the variables that influence the value of willingness to pay (WTP = willingness to pay) and the level of ability to pay (ability to pay = ATP). This study uses a contingent valuation method (CVM) with a bidding games system and crosstab analysis to determine the dependence of the value of the publics willingness to pay. Cluster analysis and discriminant analysis were conducted to determine the division of respondents into groups based on the proximity of variables and to know the differences between groups. To know the characteristics of the community, 400 questionnaires were distributed for data retrieval. The research showed that the average value of WTP from the respondents was below the average ATP value. This means that people in Eastern Bandung Municipality are able to pay solid waste fees. Low solid waste fees collection is primarily caused by unsatisfactory solid waste management service.Keywords. ATP, bidding game, cluster, CVM, WTP.
APLIKASI METODE VALUASI KONTINGEN DALAM UPAYA PENINGKATAN KEBERSIHAN SUNGAI CIKAPUNDUNG KOTA BANDUNG Jatnika, Luthfan; Rahardyan, Benno
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 17, No 1 (2015)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (591.988 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2015.17-1.219

Abstract

Saat ini Sub-DAS Cikapundung mengalami pencemaran sampah yang sangat tinggi. Untuk memperbaiki keadaan tersebut harus dengan melibatkan keinginan masyarakat untuk menjaga lingkungannya agar tetap bersih. Keinginan masyarakat ini dapat diketahui dengan metode valuasi kontingen (CVM). Penelitian ini dilakukan di bulan September 2012 sampai dengan November 2012 di Kota Bandung. Sub-DAS Cikapundung menghasilkan 3.018,4 m3 sampah setiap minggu, sementara TPS yang mengakomodir daerah di Sub-DAS Cikapundung hanya ada 22 TPS dengan total daya tampung sebesar 2.768,4 m3/minggu sehingga masih tersisa 8,5% atau 250 m3/minggu (1.000 m3/bulan) sampah yang tidak masuk TPS yang berpotensi masuk mencemari Sungai Cikapundung. Hasil penelitian menyebutkan 56,7% masyarakat (208 responden) masih membuang sampah ke sungai, berarti ada 1.500 m3/minggu sampah yang masuk sungai. Hal itu disebabkan oleh beberapa variabel yang berpengaruh terhadap pola hidup masyarakat dan secara tidak langsung berdampak pada pencemaran sungai oleh sampah. Setidaknya terdapat empat variabel yang berpengaruh, yaitu penghasilan, sampah bikin banjir, lama tinggal, orang lain yang membuang sampah ke sungai, dengan sampah bikin banjir dan lama tinggal menjadi variabel yang paling berpengaruh.Kata kunci: polusi sampah, keinginan masyarakat, metode kontingen valuasiABSTRACTCurrently, Cikapundung sub-watershed is highly polluted by waste. Involvement of the community willingness to take care of their environment is needed in order to remedy this situation. This research measured the willingness value using Contingent Valuation Method (CVM). This research was conducted in September 2012 to November 2012 at Bandung City. Every week Cikapundung sub-watershed produce 3018.4 m3 waste, while there are only 22 polling stations which accommodate the Cikapundung sub-watershed with a total capacity of 2768.4 m3/week. Thus, there are 8.5% or 250 m3/week (1000 m3/month) of the remaining garbage which is potentially polluting the Cikapundung River. The result showed that 56.7% of citizens (208 respondents) still throw garbage into the river, so that there are 1500 m3/week of the garbage have been drowning into the stream. It is caused by several variables that correlated to the lifestyle of the citizens and indirectly impact to garbage pollution at river. There are at least four significant variables, namely Income, Waste Make Flood, Length of Stay, and People who Throw Garbage into the river, with the Waste Make Floods and Length of Stay is the most influential variable.Keywords: waste pollution, community willingness, contingent valuation meth
ANALISA PENGELOLAAN SAMPAH MAKANAN DI KOTA BANDUNG Brigita, Gladys; Rahardyan, Benno
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 19, No 1 (2013)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (718.92 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2013.19.1.4

Abstract

Abstrak : Komposisi sampah di Indonesia didominasi oleh sampah organik yang berasal dari sampah sisa makanan, sementara pengelolaan sampah jenis  ini  telah  mendapatkan perhatian khusus di  beberapa negara  lain  seperti Amerika Serikat, Singapura, dan Inggris, di Indonesia pengelolaan sampah organic masih dititikberatkan pada metode landfilling. Dengan mengambil kota Bandung sebagai lokasi penelitian, penelitian mengenai sampah makanan ini dilakukan dengan menggunakan metode pengukuran timbulan dan komposisi sampah sebagai data primer serta pengumpulan data sekunder dengan tujuan untuk melakukan kajian dan analisa pengelolaan sampah makanan di Kota Bandung. Dengan mengambil titik sampel dalam 7 kategori (food court, RM padang, RM Sunda, hotel, PKL, RM siap saji, kafe), penelitian dilakukan sejak bulan april ? juni 2013. Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah timbulan sampah sisa makanan sebesar 0,23 ? 2 liter/orang/hari dengan komposisi sebanyak 73% merupakan sampah organik. Permasalahan teknis yang dihadapi dalam pengelolaan sampah sisa makanan adalah kurangnya kesadaran pemerintah dalam menyediakan fasilitas pengolahan sampah makanan secara khusus dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pemilahan.
IDENTIFIKASI PERILAKU KONSUMEN TERHADAP POTENSI LIMBAH ELEKTRONIK GAWAI DI KOTA BANDUNG Pramudita, Allan Darma Putra; Rahardyan, Benno
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25, No 1 (2019)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Kemajuan teknologi membuat masyarakat semakin tergantung pada alat elektronik. Perkembangan alat elektronik sangat pesat khususnya gawai memiliki potensi menghasilkan limbah elektronik. Pengolahan limbah elektronik di Kota Bandung belum memiliki sistem yang memadai. Oleh karena itu perlu diketahui bagaimana perilaku masyarakat sebagai konsumen terhadap potensi limbah elektronik di Kota Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prilaku masyarakat dalam mengeluarkan gawai dan potensi limbah elektronik hingga 8 tahun yang akan datang. Identifikasi prilaku masyarakat menggunakan tabulasi silang. Untuk memprediksi pontensi limbah gawai di masa yang akan datang menggunakan model pertumbuhan logistik. Pada penelitian ini jumlah alat elektronik yang dikeluarkan konsumen paling dominan adalah telepon genggam, charget dan headset. Dari tabulasi silang diketahui bahwa prilaku umum konsumen adalah menyimpan setelah gawai tidak terpakai. Sedangkan untuk aksesoris gawai konsumen lebih memilih untuk dibuang karena dinilai tidak memiliki nilai ekonomis. Model logistik menunjukan pertumbuhan aksesoris elektonik seperti headset dan charger lebih pesat dibandingkan gawai dalam 8 tahun kedepan. Hasil dari pendekatan weilbull jenis gawai kamera digital memiliki kemungkinan paling besar untuk mendapat perlakuan konsumen..      Kata kunci: gawai, tabulasi silang, model logistik, prilaku konsumen Abstract: Technology development makes people become more dependent on electronic devices. Electronic devices are developing very rapid, especially gadgets that have the potential to produce electronic waste. Electronic waste processing in Bandung does not yet have an adequate system. Therefore need to know what is the behaviour of consumers in the city of Bandung. This study aims to determine the behavior of people in removing unused gadgets and predicts potential electronic waste up to 8 years to come. Identify community behavior using cross tabulation method. Predict future gadgets consumer released using the logistic growth model. At this time, the best known number of electronic devices includes its accecories are mobile phones,tabulate, music player, laptop, digital wacth, digital camera, charger and headsets. From the cross tabulation, you can find information about unused gadgets. As for gadgets consumers prefer to keep and discard accecories because its economic value. Logistic model show gadgets accecories like headset and charger growth more faster than gadgets itself in the next 8 years. The result of weilbull distribution approach of digital camera gawai type has the highest value to get consumer treatmentKeywords: gawai, crossing tabulation, logistic models, consumer behaviour
PENGARUH INTEGRASI SEKTOR FORMAL DAN SEKTOR INFORMAL TERHADAP PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN SAMPAH DI TEMPAT PENAMPUNGAN SEMENTARA Febrino, Althariq; Rahardyan, Benno
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 21, No 1 (2015)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1185.351 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2015.21.1.4

Abstract

Abstrak: Proses pengelolaan persampahan Kota Bandung masih bersifat parsial, dimana sektor formal belum mengoptimalkan peran serta sektor informal. Di satu sisi, sektor informal berpotensi sebagai kontributor dalam mereduksi timbulan sampah di tempat penampungan sementara (TPS/TPS 3R/SPA) melalui pemanfaatan sampah bernilai ekonomis (material recovery). Di sisi lain, PD Kebersihan belum menunjukkan kinerja yang optimal selaku sektor formal dalam konteks pengolahan dan pemanfaatan sampah di TPS/TPS 3R/SPA. Kondisi ini menjadi peluang bagi pengintegrasian kedua sektor tersebut untuk mengoptimalkan pengolahan dan pemanfaatan sampah, sehingga berimplikasi positif terhadap aspek teknis, aspek ekonomi, aspek kelembagaan, dan aspek sosial pengelolaan persampahan baik secara spesifik di TPS/TPS 3R/SPA maupun secara general di level kota. Material recovery rate sektor informal ditelusuri dengan menggunakan pendekatan material flow method, sedangkan kinerja PD Kebersihan ditelaah melalui penggunaan teori kegagalan pasar dan kegagalan pemerintah yang diaplikasikan sebagai konsep identifikasi persoalan kebijakan dalam kajian kelembagaan. Diskenariokan empat alternatif pengintegrasian untuk disimulasikan pada setiap lokasi studi, yang berimplikasi terhadap aspek teknis berupa reduksi sampah mencapai 1,35% - 8,05%; aspek ekonomi berupa peningkatan pendapatan sektor informal (pemulung) antara 2,41% - 106,63% dan sektor formal (PD Kebersihan) sebesar Rp 771.145,50 ? Rp 74.250.000 per bulan; aspek kelembagaan berupa aktivitas pengolahan dan pemanfaatan sampah yang terorganisir; dan aspek sosial berupa berkurangnya stigma negatif terhadap keberadaan sektor informal. Benefit Cost Ratio (BCR) diterapkan sebagai analisis pendukung dalam memilih alternatif pengintegrasian yang layak (nilai BCR >1) untuk diaplikasikan secara spesifik per lokasi studi. Kata kunci: sektor formal, sektor informal, integrasi, teori kegagalan pasar dan kegagalan pemerintah Abstract: Solid waste management in Bandung is partially managed, which the formal sector has not optimized the informal one. On one side, informal sector has a role aspotential contributor in reducing solid waste generation especially at transfer station (TPS/TPS 3R/SPA) through material recovery (recycling) activity. On the other hand, PD Kebersihan as formal sector has not shown optimal performance in the contexts of solid waste treatment at TPS/TPS 3R/SPA. This situation become an opportunity for integrating both formal and informal sector in order to optimize solid waste treatment which generate positive impact to technical, economic, instituional, and also social aspects in solid waste management. Material recovery rate which is conducted by informal sector is analyzed by using material flow method approachment, whereas PD Kebersihan performance is elaborated by using market and government failure theory as institutional policy identification concept. There are four integration alternative scenarios to be simulated at each study area, which which has implication on technical aspects such as solid waste reduction  for about 1.35% - 8.05%; economic aspects in the form of revenue increasing of informal sector (scavengers) between 2.41%-106.63% and formal sector (PD Kebersihan) in the amount of Rp 771,145.50?Rp 74,250,000 per month; institutional aspects which is represented by well organized of solid waste treatment activity; and social aspects such as the reduction of negative stigma against the existence of the informal sector. Benefit Cost Ratio (BCR) is applied as supporting analysis in order to choose feasible alternative of integration (BCR results>1)to be implemented specifically at study area. Keywords: formal sector, informal sector, integration, market failure and government failure theory
KAJIAN DAMPAK PENAMBANGAN TIMAH INKONVENSIONAL TERHADAP LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT (STUDI KASUS: KABUPATEN BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG) Erwana, Fahrika; Dewi, Kania; Rahardyan, Benno
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 22, No 2 (2016)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (629.402 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2016.22.2.4

Abstract

Abstrak: Penelitian ini merupakan pengukuran dan evaluasi terhadap dampak penambangan timah inkonvensional terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, maupun terjadinya kerusakan lingkungan akibat penambangan timah di Kabupaten Bangka Barat Provinsi Bangka Belitung. Data penelitian diperoleh dari kuesioner, observasi dan penelusuran pustaka.  Pada penelitian ini akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner, serta penilaian awareness dan persepsi masyarakat. Selain itu akan dilakukan analisis jalur untuk melihat pengaruh variabel terhadap persepsi dampak sosial, ekonomi dan lingkungan. Penelitian melibatkan 400 responden yang dipilih secara acak di 2 kecamatan di Kabupaten Bangka Barat yaitu Kecamatan Mentok dan Kecamatan Jebus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambangan timah inkonvensional memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan kondisi sosial masyarakat, namun memberikan dampak positif terhadap kondisi ekonomi masyarakat. Berdasarkan analisis jalur, variabel awareness, kesediaan berpartisipasi, ekspektasi dan dukungan terhadap penambangan timah inkonvensional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap persepsi dampak sosial, ekonomi dan lingkungan. Kata kunci: pertambangan timah inkonvensional, validitas dan reliabilitas, analisis jalur Abtract: This study is a measurement and evaluation of the impact of unconventional tin mining on the social and economic conditions, as well as the environmental damage caused by tin mining in the district of West Bangka of Bangka Belitung province. Data were obtained from questionnaires, observation, and literature review. Firstly, questionnaire need to be tested its validity and reliability before continued to assess awareness and perception. In addition there will be path analysis to observe the influene of variables to perception of social, economic and environment impacts. The study involved 400 randomly selectced respondents in the tw osub districts in the District of West Bangka, they are Mentok and Jebus. Observation result showed that the unconventional tin mining gives negative impact on the environment and social conditions, but it gives a positive impact on the economic conditions. Based on path analysis, variables of awareness, participation, expectation and support unconventional tin mining have significant effect to perception of social, economic and environment impacts. Keywords:  Unconventional tin mining, validity, reliability, path analysis
IDENTIFIKASI FENOMENA FISIK JIG SEPARATION PROCESS REAKTOR KONTINU Adlina, Alin; Rahardyan, Benno
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 16, No 1 (2010)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1242.967 KB) | DOI: 10.5614//jtl.2010.16.1.4

Abstract

Abstrak : Pemisahan limbah plastik yang efektif dinilai penting karena dengan menggunakan jenis resin limbah plastik yang bersih, homogen dapat dihasilkan produk daur ulang yang tertinggi. Masalah homogenitas ini umum dihadapi oleh pendaur ulang di Indonesia, sehingga pihak pendaur ulang umumnya melakukan pemilahan secara manual (hand sorting). Jig Separation Process adalah salah satu teknik pemisahan material berdasarkan perbedaan densitas melalui pemulsaan vertikal. Beberapa fenomena yang terjadi dalam reaktor kontinu Jig Separation Process di antaranya adalah adanya perbedaan perpindahan hidrolis massa fluida dan perpindahan massa solid plastik (mass flux), di mana peningkatan mass flux sebanding dengan peningkatan akumulasi massa plastik dan homogenitas plastik. Peningkatan waktu jigging sebanding dengan peningkatan akumulasi massa plastik dan homogenitas plastik. Ukuran cacahan plastik besar cenderung tertinggal pada zona jig dan tidak terpisah menuju zona lain, dan ukuran cacahan terkecil menunjukkan perilaku berbeda dibandingkan dengan ukuran cacahan lain. Homogenitas tertinggi untuk PS pada zona 3 dan PET pada zona 2 secara umum dalam uji coba dicapai pada waktu jigging 10 menit, debit 0,000456 m3/s, dan ukuran cacahan 12,7 mm. Perbandingan besaran amplitudo dan debit aliran horizontal mempengaruhi pola pertambahan mass flux. Beberapa permasalahan teknis teridentifikasi yaitu akumulasi 33,58%ABS, 62,1%PET umpan tertahan tegangan permukaan air pada zona jig, akumulasi  18,91%PS dan 26,03%PET umpan di zona  transisi.
PENENTUAN TEKNOLOGI SANITASI DI KAWASAN SPESIFIK DAERAH KERING (STUDI KASUS DI KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NTT) Durriyyah, Samahatud; Soewondo, Prayatni; Rahardyan, Benno
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 22, No 1 (2016)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1123.629 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2016.22.1.9

Abstract

Abstrak: Salah satu wilayah spesifik yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah adalah wilayah spesifik dengan kondisi Iklim semi arid, dimana curah hujan rendah dan potensial evapotranspirasi yang tinggi menyebabkan wilayah NTT khususnya Kabupaten Sumba Barat Daya memiliki permasalahan penyediaan fasilitas sanitasi, terutama dalam infrastruktur air buangan domestik. Penelitian ini ingin mengetahui keadaan kapasitas masyarakat dan faktor apa saja yang mempengaruhi keberlanjutan teknologi sanitasi air buangan sehingga dapat ditentukan teknologi yang sesuai. Beberapa faktor kapasitas yang dikaji meliputi faktor institusi, ekonomi, lingkungan, teknis, dan sosial-budaya. Untuk mengetahui hal ini, dilakukan pengumpulan data menggunakan kuesioner dan observasi lapangan. Selanjutnya dianalisis secara deskriptif, crostab, dan analisis Analytical Hierarcy Proscess (AHP) untuk menentukan prioritas faktor dan sub faktor yang mempengaruhi keberlanjutan sanitasi sehingga didapatkan teknologi sanitasi yang paling cocok. Dari analisis deskriptif didapatkan hasil bahwa 50% responden tidak memiliki fasilitas sanitasi dan melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di kebun dan bersih diri menggunakan serasah daun. Dari analisis crostab dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan penghasilan terhadap kepemilikan WC, cara bersih diri, dan penerimaan terhadap teknologi yang ditawarkan. Dari analisis kuesioner ahli dengan analisis AHP yang memberikan hasil bahwa faktor yang paling berpengaruh dalam pemilihan teknologi sanitasi adalah faktor teknis dan teknologi yang paling tepat untuk masyarakat daerah spesifik lahan kering adalah cubluk, cubluk kembar, dan ecosan. Dari hasil keseluruhan analisis didapatkan rekomendasi teknologi sanitasi untuk daerah kering adalah cubluk satu lubang dengan sistem kering.   Kata kunci: Analisis kapasitas masyarakat, kawasan spesifik daerah kering, teknologi sanitasi Abstract : One of the specific areas that have received less attention from the government is a specific area with a semi-arid climate conditions, where low rainfall and high evapotranspiration potential causes NTT especially Southwest Sumba Regency has a problem providing sanitation  facilities, especially in the domestic waste water infrastructure. Therefore in this study wanted to know the state of the capacity of communities and the factors that affect the sustainability of the waste water sanitation technologies that can be determined in accordance with regional technology studies. Some of the factors that capacity factors examined include institutional, economic, environmental, technical, and socio ? cultural. To know this, do data collection using questionnaires and field observations. Next, will be analyzed by descriptive, crostab, and Analytical Hierarcy Proscess (AHP) to determine the priority factors and sub- factors that affect the sustainability of sanitation to obtain the most suitable sanitation technologies from the descriptive analysis showed that 50 % of respondents do not have sanitation facilities and conduct defecation gratuitous (BABS) in the garden and clean themselves using leaf litter. Crostab analysis can be seen that there is a relationship between level of education and income against WC ownership, how to clean themselves, and acceptance of the technology offered.  AHP analysis which provides results that the most influential factor in the choice of sanitation technology is a technical factor. But the results of advice most appropriate technology for a specific area of dryland communities is cubluk, cubluk twin, and ecosan. From the overall results of the analysis obtained on sanitation technologies for arid areas is cubluk  one hole with dry system. Key words: community capacity analisys, specific dry areas, sanitation technology
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN TERHADAP TIMBULAN SAMPAH DI IBU KOTA PROVINSI JAWA DAN SUMATERA Prajati, Gita; Padmi, Tri; Rahardyan, Benno
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 21, No 1 (2015)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (397.553 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2015.21.1.5

Abstract

Abstrak: Pertumbuhan penduduk, industrialisasi, urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi mempengaruhi limbah padat perkotaan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pola-pola lokal terkait perkembangan persampahan di Jawa dan Sumatera, menganalisis hubungan antara  variabel ekonomis dan demografi terhadap timbulan sampah, serta proyeksi timbulan sampah menggunakan uji model di pusat-pusat pertumbuhan. Penelitian ini melakukan analisis klaster, kuadran dan tipologi klassen untuk mengetahui pola karakteristik dan timbulan di Jawa dan Sumatera. Kemudian dilakukan analisis hubungan antara variabel demografi dan ekonomi terhadap timbulan sampah dan uji model Daskalopoulus, Khajuria serta pengembangan model Khajuria. Berdasarkan hasil analisis klaster, kuadran dan klasen typology diperoleh tiga pola timbulan di ibu kota provinsi Jawa dan Sumatera. Hasil analisis hubungan variable menunjukkan bahwa indeks harga konsumen, jumlah penduduk dan PDRB mempengaruhi timbulan sampah. Hasil uji coba model Daskalopoulos menunjukkan timbulan sampah di Jawa dan Sumatera dapat dijelaskan sebesar 33,7% oleh indeks harga konsumen per kategori. Hasil uji coba model Khajuria menunjukkan timbulan sampah di Jawa dan Sumatera dapat dijelaskan sebesar 42,5% oleh jumlah penduduk, PDRB, dan lama sekolah. Hasil uji pengembangan model Khajuria menunjukkan timbulan sampah di Jawa dan Sumatera dapat dijelaskan oleh jumlah penduduk, PDRB, lama sekolah, angka melek huruf, kepadatan penduduk dan pertumbuhan ekonomi sebesar 65,6%. Proyeksi timbulan sampah dilakukan menggunakan pengembangan model Khajuria dan persamaan diskriminan. Hasil proyeksi timbulan sampah menunjukkan bahwa kota Pangkalpinang dan Tanjungpinang merupakan kota dengan timbulan sampah tertinggi per lima tahun ke depan. Biaya pengelolaan sampah yang dibutuhkan oleh kedua kota tersebut cukup besar, yaitu di atas 0,8% dari PDRB.Kata kunci: timbulan sampah, uji model, proyeksi, PDRBAbstract: Population growth, industrialization, urbanization and economic growth increasing municipal solid waste. The purposes of this study were to identify patterns associated local waste development in Java and Sumatra, to analyze the relationship between economic and demographic variable to waste generation and to do the projection of waste generation using test models. Cluster, quadrant and Tipologi klassen analysis was done to determine the pattern of characteristics and waste generation in Java and Sumatra. Then analyzed the relationship between economic and demographic variables against waste generation and also performed Daskalopoulus, kahjuria and development of Khajuria model test. Based on cluster, quadrant and tipologi klassen analysis, there are three patterns of waste generation in Java and Sumatera. Population, consumer price index and GDP indicate the amount of waste generations. The test result of Daskalopoulos model was waste generation in Java and Sumatra can be explained 33.7% by consumption expenditure per category. The test result of Khajuria model was waste generation in Java and Sumatra can be explained 42.5% by total population, GDP, and school?s period. The development of Khajuria model showed that waste generation in Java and Sumatra can be explained 65.6% by total population, GDP, school?s period, literacy, economic growth and population density. Waste generations projected by the development of Khajuria model. Waste generation?s projection showed that Tanjungpinang and Pangkalpinang are cities with the highest waste generation in per five years. The cost that is spent for waste management also bigger in these city, above 0.8% from the GDP. Keywords: Waste generation, test model, projection, GDP