Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Preservation of Megalithic Sites as Integrated Tourism Objects in Lahat Regency, South Sumatra Wargadalem, Farida Ratu; Siswanto, A; Ardiansyah, Ardiansyah; Indriastuti, K
Paramita: Historical Studies Journal Vol 30, No 1 (2020): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v30i1.21698

Abstract

Megalithic sites, tourist assets in Lahat Regency besides waterfalls, are a wealth of culture in the past that have the potential to be a tourist attraction. The location of megalithic sites scattered in several subdistricts and mostly located outside the settlement becomes an obstacle to be developed as a tourist destination. The purpose of this research is to develop an integrated tourism strategy that composes megalithic sites, natural attractions, artificial attractions, settlements, and the empowerment of local communities. This research combines historical research and case study. The case study is used by observing the location of megalithic sites in several districts in the Lahat Regency. The rapid mapping of potential megalithic sites and tourist objects and developed into two zonings. Community empowerment is conducted by focusing on group discussion (FGD) involving related parties. Megalithic sites are unique, scattered over a wide area, and different geographic conditions make them difficult for tourists to visit. There are several megalithic sites in the settlement, plantation, or rice fields. Local Communities already have an understanding of utilizing homes as homestays. It is concluded that the determination of zonation in Lahat regency can direct the management of the megalithic site as a tourism object according to the site characteristics and the built environment through community empowerment. The first zoning is the location of megalithic sites on Pagaralam as the direction of tourist arrivals with the village of Gunung Kaya in the Jarai sub-district as the node, and the second zonation on Lahat as the direction of tourist arrivals with the village Sinjar Bulan in Gumay Ulu sub-district as the node. Megalithic site management strategy as an integrated tourist attraction is also carried out by utilizing all the existing potential.Situs megalitik adalah warisan budaya di masa lalu yang berpotensi menjadi objek wisata. Lokasi situs megalitik yang tersebar di beberapa kecamatan dan sebagian besar berada di luar pemukiman menjadi kendala untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan strategi pariwisata terpadu yang menyusun situs megalitik, atraksi alam, atraksi buatan, permukiman, dan pemberdayaan masyarakat lokal. Penelitian menggunakan dua pendekatan, yakni penelitian historis dan studi kasus. Situs megalitik unik, tersebar di wilayah yang luas, dan kondisi geografis yang berbeda membuat mereka sulit dikunjungi wisatawan. Ada beberapa situs megalitik di pemukiman, perkebunan, atau sawah. Masyarakat setempat sudah memiliki pemahaman tentang pemanfaatan rumah sebagai homestay. Disimpulkan bahwa penentuan zonasi di Kabupaten Lahat dapat mengarahkan pengelolaan situs megalitik sebagai objek wisata sesuai dengan karakteristik situs dan lingkungan binaan melalui pemberdayaan masyarakat. Zonasi pertama adalah lokasi situs megalitik di Pagaralam sebagai arah kedatangan wisatawan dengan desa Gunung Kaya di kecamatan Jarai sebagai simpul, dan zonasi kedua di Lahat sebagai arah kedatangan wisatawan dengan desa Sinjar Bulan di kecamatan Gumay Ulu sebagai simpul.
PEMBERONTAKAN PRRI SUMATERA SELATAN TANPA DEWAN GARUDA Apriansyah, Diki Tri; Wargadalem, Farida Ratu
Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya Vol 14, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um020v14i22020p32-44

Abstract

Abstract: PRRI South Sumatra is part of the central PRRI. Initially, Barlian (Garuda Council) along with other leaders in Sumatra played a crucial role in demanding the central government to pay more attention to the regions. However, Barlian withdrew in the midst of its development, when it changed to insistence on the central government, until it become a PRRI rebellion. Under the leadership of Nawawi, PRRI South Sumatra rebellion extended until Bengkulu and MUBA. The purpose of this paper is to define how Barlian's attitude shifted to "neutral", and explain the PRRI rebellion process in South Sumatra. The methodology used was history, which consists of heuristic, data verification, interpretation, and writing. The results showed that Barlian's stance of choosing a peaceful path has resulted in his rejection of the form of violence taken by PRRI. PRRI in the South Sumatra region was part of the central PRRI rebellion under the leadership of Nawawi, with areas of struggle extending as far as Bengkulu and MUBA. The PRRI South Sumatra rebellion was difficult to be ceased by APRI, because it was based on guerrilla warfare. The rebellion ended along with the weakening and disappearance of PRRI, and other factors.  PRRI Sumsel adalah bagian dari PRRI pusat. Pada awalnya Barlian (Dewan Garuda) mempunyai peran penting bersama pemimpin lainnya di Sumatera, dalam menuntut pemerintah pusat agar lebih memperhatikan daerah. Namun, pada perkembangannya Barlian menarik diri, ketika berubah menjadi menuntut keras kepada pusat, hingga menjadi pemberontakan PRRI. PRRI Sumsel di bawah pimpinan Nawawi memberontak hingga Bengkulu dan MUBA. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk menjelaskan bagaimana perubahan sikap Barlian menjadi “netral”, dan bagaimana proses pemberontakan PRRI di Sumsel. Metodenya adalah sejarah, yang terdiri heuristik, verifikasi data, interpretasi, dan penulisan. Hasilnya menunjukkan penolakan Barlian atas bentuk kekerasan yang diambil oleh PRRI, karena memilih jalan damai. PRRI di wilayah Sumsel merupakan bagian dari pemberontakan PRRI pusat di bawah pimpinan Nawawi, dengan wilayah perjuangan hingga Bengkulu dan MUBA. Pemberontakan PRRI Sumsel sulit diakhiri oleh APRI, karena berbasis perang gerilya. Pemberontakan berakhir seiring dengan lemah dan lenyapnya PRRI, dan faktor lainnya.
Eksplorasi Arkeologis Situs Megalit Tanjung Aro dan Tegur Wangi di Pagaralam: Warisan Budaya Masa Prasejarah di Sumatera Selatan Wijaya, Tomy; Alauwiyah, Fatimah; Saputra, Dicky Jhonson; Wargadalem, Farida Ratu
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 9 No. 1 (2025): Juni 2025
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/titian.v9i1.41517

Abstract

Megalithic remains are one of the important evidences of prehistoric culture scattered in Pagaralam, South Sumatra. The megalithic remains found in Pagaralam are scattered in several strategic locations that show a unique distribution pattern. The sites not only offer insight into the beliefs and spiritual practices of past communities but also indicate a close relationship between humans and the surrounding environment. This research uses historical methodology characterized by several stages such as heuristics; source criticism; interpretation; historiography. The results of this research reveal various findings that enrich the understanding of prehistoric civilizations in South Sumatra. The megalithic structures found, such as dolmens, menhirs, sarcophagi, tetraliths, and carved stones, reflect the social, spiritual, and cultural life of past communities. In addition, there are challenges in preserving the sites, such as damage from erosion, moss growth, and threats from illegal excavations and infrastructure development.   Abstract Peninggalan megalitik merupakan salah satu bukti penting dari kebudayaan prasejarah yang tersebar di Pagaralam, Sumatera Selatan. Peninggalan megalitik yang ditemukan di Pagaralam, tersebar di beberapa lokasi strategis yang menunjukkan pola distribusi unik. Situs-situs tersebut tidak hanya menawarkan wawasan tentang kepercayaan dan praktik spiritual masyarakat masa lalu tetapi juga mengindikasikan adanya hubungan erat antara manusia dengan lingkungan sekitar. Penelitian ini menggunakan metodologi sejarah yang dicirikan oleh beberapa tahapan seperti heuristik; kritik sumber; interpretasi; historiografi. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan berbagai temuan yang memperkaya pemahaman tentang peradaban prasejarah di Sumatera Selatan. Struktur megalitik yang ditemukan, seperti dolmen, menhir, sarkofagus, tetralith, dan batu berukir, mencerminkan kehidupan sosial, spiritual, dan budaya masyarakat masa lalu. Selain itu adanya tantangan dalam pelestarian situs, seperti kerusakan akibat erosi, pertumbuhan lumut, serta ancaman dari penggalian ilegal dan pembangunan infrastruktur.
Kearifan Lokal: Peranan Tari Kebagh dalam Membentuk Identitas Budaya Suku Besemah Tomy Wijaya; Siska Amelia; Farida Ratu Wargadalem; Wijaya, Tomy; Amelia, Siska; Wargadalem, Farida Ratu
JURNAL JAWI Vol 8 No 1 (2025): Nusantara's Networks and Islam
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/00202582720900

Abstract

Tari Kebagh merupakan salah satu bentuk kearifan lokal Suku Besemah yang memiliki nilai historis, sosial, dan budaya yang mendalam. Namun, modernisasi dan perubahan sosial mengancam eksistensi tarian ini akibat berkurangnya minat generasi muda serta pergeseran nilai budaya. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peran Tari Kebagh dalam membentuk identitas budaya Suku Besemah serta upaya pelestariannya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah atau historis, yang melibatkan heuristik (pengumpulan sumber), kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Data diperoleh melalui wawancara dengan budayawan, observasi langsung, dan buku/jurnal topik terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tari Kebagh bukan hanya sekadar seni pertunjukan, tetapi juga berfungsi sebagai media komunikasi budaya, simbol identitas, serta alat pemersatu masyarakat Besemah. Tarian ini memiliki nilai-nilai spiritual, sosial, dan filosofis yang diwariskan secara turun-temurun. Tantangan dalam pelestariannya mencakup kurangnya regenerasi penari, pengaruh budaya populer, serta minimnya dokumentasi dan promosi. Upaya pelestarian yang dapat dilakukan meliputi integrasi Tari Kebagh dalam pendidikan formal, digitalisasi dan dokumentasi, penyelenggaraan festival budaya, serta pengajuan sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam upaya menjaga kelangsungan Tari Kebagh sebagai bagian dari identitas budaya Suku Besemah dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian warisan budaya lokal.
The Continuity of Limas House of Pangeran Syarif Ali in South Sumatra from Dutch to Present Wargadalem, Farida Ratu; Dewantara, Bima Pranata
Yupa: Historical Studies Journal Vol. 8 No. 2 (2024)
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/yupa.v8i2.2905

Abstract

This article aims to discover the process of changing ownership and moving locations, as well as trace the process of development and subsequent changes in Rumah Limas in the South Sumatra State Museum environment. The method used is the historical method which consists of four stages, namely: heuristics, source criticism, interpretation, and historiography. The results showed that this Limas House had changed ownership and places six times. At the beginning of its construction, this house was located inside the Kuto Besak Palace, then moved by the Dutch Colonial Government to near the Sekanak River, then moved again outside Palembang City (Marga Batun and Pemulutan) and finally returned to Palembang (behind the Palembang Gemeente Office). In 1933, the Dutch made this Limas House as a Gemeente Museum until the entry of Japan into Palembang. After independence, this house was used as the Bari Museum Palembang, then due to construction reasons this house was moved again to the neighborhood of the South Sumatra State Museum (Balaputra Dewa) and stayed until now.
Urbanisasi dalam Tinjauan Historis: Studi Kasus Pemukiman Kumuh di Kelurahan 3-4 Ulu Kota Palembang, 2010-2020 Maharani, Alda Risma; Wargadalem, Farida Ratu; Safitri, Sani
Fajar Historia: Jurnal Ilmu Sejarah dan Pendidikan Vol 8 No 1 (2024): April
Publisher : Universitas Hamzanwadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29408/fhs.v8i1.22524

Abstract

This article examines the urbanization that occurred in slum settlements in Subdistrict 3-4 Ulu, Palembang City from 2010-2020. The focus of this article is on the ethnic diversity of living in slums and the socioeconomic problems faced as a result of urbanization. The research process starts from searching for data to writing articles using historical methods. This article aims to identify the impact of social exclusion and marginalization on ethnic minority groups as well as environmental damage due to urbanization. The research results show that Subdistrict 3-4 Ulu, Palembang City is classified as a very slum settlement. This can be seen in slum housing locations, lack of infrastructure, high unemployment rates, and limited access to education and health services. The studies that have been carried out contribute to providing useful insights into designing sustainable development policies in the future by proposing various mitigation efforts and solutions, including government measures, housing, and infrastructure improvement programs, as well as the importance of social integration and community participation.