Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PEMODELAN KONEKTIVITAS SPASIAL TROTOAR BERKELANJUTAN ANTAR ZONA DI KOTA TUA JAKARTA Elizandri, Bellanti Nur; Wahidah, Andhika Nurul; Solihah, Karina Indah; Sari, Syahra A. F.; Purbasari, Dinar D. T. P.; Hasibuan, Hayati Sari; Tambunan, Rudy P
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 22, No 1 (2020)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24895/MIG.2020.22-1.1154

Abstract

Kota Tua Jakarta adalah objek wisata sejarah di Kota Jakarta. Wilayah Kota Tua Jakarta terbagi ke dalam lima zona, yaitu Zona 1 Sunda Kelapa (Masjid Luar Batang, Museum Bahari, Menara Syahbandar, Gudang VOC, dll), Zona 2 Fatahillah (Museum Bank Mandiri, Museum Bank Indonesia, Museum Sejarah Jakarta, Alun-alun Fatahillah, Museum Wayang, Museum Seni, Stasiun Jakarta Kota, dll), Zona 3 Pecinan (Komunitas Pelukis Jalanan, Pusat Obat Tradisional Cina, Pusat Perniagaan, dll), Zona 4 Pekojan (Kampung Arab, Langgar Tinggi, Mesjid An-Nawier, dll), dan Zona 5 Peremajaan (Pusat Perniagaan, Bangunan Cina, Gedung Tua, Wisata Kuliner). Namun, sebagian besar wisatawan domestik dan mancanegara hanya berkunjung ke Zona 2 sehingga penyampaian sejarah Kota Tua Jakarta menjadi kabur dan distribusi pendapatan pariwisata Kota Tua Jakarta juga tidak merata. Ketidakmerataan distribusi pendapatan menimbulkan berbagai permasalahan ekonomi dan sosial di Zona 1. Untuk menganalisis isu tersebut, metode yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur dan observasi partisipatori yang berorientasi spasial. Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan analisis spasial yang dilakukan, wisatawan hanya mengunjungi Zona 2 karena kemudahan aksesibilitas di Zona 2 dibandingkan dengan zona lainnya serta buruknya kondisi trotoar yang menghubungkan Zona 2 dengan zona lainnya. Lebih dalam, buruknya kondisi trotoar berimplikasi pada terbentuknya area-area ruang mati (death space) di Jalan Kakap dan Ekor Kuning. Kehadiran ruang mati (death space) di Jalan Kakap dan Ekor Kuning mengundang terjadinya tindak kriminal dan masalah sosial lainnya di wilayah tersebut. Oleh karena itu, tulisan ini mencoba menawarkan solusi perbaikan pada trotoar-trotoar yang mengonekasikan zona-zona di Kota Tua Jakarta, khususnya Zona 1 dan Zona 2. Konsep desain yang digunakan pada perbaikan tersebut adalah Green-sidewalks.
IDENTIFICATION OF CLASTIC LIMESTONE CHARACTERISTICS AS A BUILDING MATERIAL IN SURADE AREA, WEST JAVA, INDONESIA Wahidah, Andhika Nurul; Fachrudin, Kurnia Arfiansyah; Ikhram, Rinaldi
Journal of Geological Sciences and Applied Geology Vol 2, No 3 (2017): Journal of Geological Sciences and Applied Geology
Publisher : Faculty of Geological Engineering, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/gsag.v2i3.15650

Abstract

Surade subdistrict is located in Sukabumi District, West Java with an area of 364.19 km² which is about 60% lithology of this area is in the form of clastic rock of Cibodas Formation. Surade Subdsitrict is also included in Geopark Ciletuh-Palabuhanratu area. As a quarry material, limestones are beneficial in the interests of industry and building materials. Locals use limestone for construction material as a bricks. Material are dig in small scale for both individual and large-scale use fo resale. Material mined manually by sawing a massive limestone according to a certain size. Macroscopically, this limestone has a yellow color, allochtonous type, calcarenite grain size, open fabric, good sorting, exposed with massive or parallel laminate structures with a thick outcrop up to 7 meters. Microscopically, the type of limestones is packstone and wackestone locally. Composed of shell and non-shell fragments in the form of rock fragments, as well as other mineral fragments. Limestone has been dissolved and visible cementation of the found voids. Limestone is not too good as a substitute for bricks in the building construction because it has low value of compressive strength that will affect the resistance of the building’s burden. This limestone is easily soluble and less resistant to the weather so it can reduce the quality of building, but has the advantage to store more water vapor it is good to regulate humidity in tropical buildings. The existence of clastic limestone becomes the potential of geological diversity in Geopark Ciletuh-Palabuhanratu area. Locals take this advantage to boost the economy, but needs sepecial attention to watching of mining activities to avoid adverse affect at conservation area.Keywords: clastic limestone, Surade, Indonesia, building materials, Ciletuh-Palabuhanratu Geopark
Memperkirakan pengaruh pemindahan ibukota negara terhadap pertumbuhan indeks pembangunan manusia di Provinsi Kalimantan Timur Wahidah, Andhika Nurul; Leo, Sandy; Y, Vinca R; Gustia, Rani
Kemakmuran Hijau: Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 1 No. 2: (August) 2024
Publisher : Institute for Advanced Science, Social, and Sustainable Future

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Provinsi Kalimantan Timur memiliki keunggulan kompetitif berkat kekayaan alamnya yang melimpah, yang dapat meningkatkan daya saing daerah. Hal ini tercermin dalam tingginya IPM Kalimantan Timur di Indonesia, meskipun terdapat ketimpangan IPM antar kabupaten/kota yang mengindikasikan bahwa daya saing sumber daya manusia (SDM) belum optimal. Faktor utama yang mempengaruhi daya saing SDM adalah pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan, yang terkait dengan sektor perminyakan dan pertambangan yang telah menjadi mesin pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur sejak era kolonial. Dampak besar dari industri minyak, batu bara, dan perkebunan membuat ketergantungan ekonomi lokal dan global sangat kuat. Metode: Penelitian ini menggunakan metode studi literatur untuk mengeksplorasi dampak pemindahan ibu kota negara (IKN) ke Provinsi Kalimantan Timur terhadap IPM di wilayah tersebut. Hasil: Sumber daya fosil menjadi komoditas ekspor strategis dan prioritas utama provinsi. Namun, pengelolaan sumber daya alam di Kalimantan Timur menjadi isu utama karena potensi yang dimiliki tidak sebanding dengan kesejahteraan masyarakat. Kesimpulan: Rencana pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur memerlukan perhatian khusus untuk mencegah eksploitasi sumber daya alam dan kerusakan lingkungan. Keberadaan ibu kota negara diprediksi akan memberikan pengaruh besar pada peningkatan Indeks Pembangunan Manusia, terutama di Kalimantan Timur dan Kalimantan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan ibu kota negara direncanakan dengan konsep forest city, di mana minimal 50% dari luas kota adalah ruang terbuka hijau yang terintegrasi dengan bentang alam, termasuk kawasan perbukitan dan daerah aliran sungai (DAS).