Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

ANALISIS PENGGUNAAN DOUKUN’IJI (同訓異字) PADA VERBA KAERU (変・代・換・替) MELALUI PENDEKATAN SEMANTIK Istianah, Ilma; Andarwati, Titien Wahyu
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa, dan Sastra Vol 6 No 2 (2019): Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa dan Sastra
Publisher : Faculty of Letters, Dr. Soetomo University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.844 KB) | DOI: 10.25139/ayumi.v6i2.2156

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh huruf kanji yang merupakan hal yang paling sulit dipelajari oleh pembelajar bahasa Jepang, khususnya bagi mereka yang tidak menggunakan kanji dalam budaya literasinya. Dalam kanji terdapat beberapa kanji yang kun’yomi-nya sama namun bentuk hurufnya berbeda atau yang disebut dengan doukun’iji (同訓異字). Salah satu doukun’iji adalah kanji kaeru (変・代・換・替). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan doukun’iji pada kanji kaeru melalui pendekatan semantik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif  untuk menjelaskan mengenai makna dan penggunaan doukun’iji pada kanji kaeru. Hasil penelitian ini adalah, (a) kaeru (変) bermakna mengubah suatu kondisi sehingga berbeda dengan kondisi sebelumnya, (b) kaeru (代) bermakna menggantikan posisi seseorang dengan melanjutkan tugas yang dimiliki orang sebelumnya atau menggantikan posisi dan peran seseorang, (c) kaeru (換) bermakna, (1) menggantikan sesuatu menjadi sesuatu lainnya yang dengan tingkatan yang sama atau sesuatu yang kualitasnya lebih baik (2) menukarkan sesuatu ke sesuatu yang lain, dan (d) kaeru (替) bermakna mengganti sesuatu yang lama menjadi sesuatu yang baru. Secara keseluruhan, keempat kanji kaeru dapat saling menggantikan kanji kaeru lainnya. Namun, secara garis besar orang Jepang paling banyak menggunakan kanji (変) untuk objek apa pun.Kata kunci: doukun’iji; kanji; semantik
Dajare (駄洒落) dalam Animasi Shirokuma Café Episode 1-10 Karya Higa Aloha Andarwati, Titien Wahyu; Fransiska, Devinta Anastasia
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa, dan Sastra Vol 7 No 2 (2020): AYUMI : Jurnal Budaya, Bahasa dan Sastra
Publisher : Faculty of Letters, Dr. Soetomo University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.843 KB) | DOI: 10.25139/ayumi.v7i2.3251

Abstract

Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia untuk saling berinteraksi. Bahasa dapat secara sengaja maupun tidak disengaja diubah menjadi sebuah permainan kata. Salah satu permainan kata dalam bahasa Jepang adalah dajare. Dajare dikenal sebagai banyolan yang hambar. Dalam kehidupan sehari-hari orang Jepang, jarang ditemukan percakapan dengan menggunakan dajare. Hal ini dikarenakan dajare dianggap sebagai lelucon orang tua. Namun, dalam animasi Shirokuma Cafe terdapat dajare hampir di setiap episode. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dajare dalam animasi Shirokuma Café karya Higa Aloha, khususnya Near-homophonic dajare. Penelitian ini menggunakan klasifikasi dajare yang dikemukakan oleh Takashi Otake. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Data yang ditemukan adalah 10 cuplikan percakapan yang di dalamnya terdapat 34 dajare. Setelah dianalisis diketahui dari 34 dajare, 30 dajare termasuk ke dalam Near-homophonic dajare yang pembentukannya dilakukan dengan mengubah segmen, yaitu mengubah vokal (V-Change), konsonan (C-Change), dan mora (M-Change). Kata kunci: dajare; Near-homophonic dajare ; Shirokuma Cafe
ANALISIS PENGGUNAAN DOUKUN’IJI (同訓異字) PADA VERBA KAERU (変・代・換・替) MELALUI PENDEKATAN SEMANTIK Istianah, Ilma; Andarwati, Titien Wahyu
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa, dan Sastra Vol 6 No 2 (2019): Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa dan Sastra
Publisher : Faculty of Letters, Dr. Soetomo University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.844 KB) | DOI: 10.25139/ayumi.v6i2.2156

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh huruf kanji yang merupakan hal yang paling sulit dipelajari oleh pembelajar bahasa Jepang, khususnya bagi mereka yang tidak menggunakan kanji dalam budaya literasinya. Dalam kanji terdapat beberapa kanji yang kun’yomi-nya sama namun bentuk hurufnya berbeda atau yang disebut dengan doukun’iji (同訓異字). Salah satu doukun’iji adalah kanji kaeru (変・代・換・替). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan doukun’iji pada kanji kaeru melalui pendekatan semantik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif  untuk menjelaskan mengenai makna dan penggunaan doukun’iji pada kanji kaeru. Hasil penelitian ini adalah, (a) kaeru (変) bermakna mengubah suatu kondisi sehingga berbeda dengan kondisi sebelumnya, (b) kaeru (代) bermakna menggantikan posisi seseorang dengan melanjutkan tugas yang dimiliki orang sebelumnya atau menggantikan posisi dan peran seseorang, (c) kaeru (換) bermakna, (1) menggantikan sesuatu menjadi sesuatu lainnya yang dengan tingkatan yang sama atau sesuatu yang kualitasnya lebih baik (2) menukarkan sesuatu ke sesuatu yang lain, dan (d) kaeru (替) bermakna mengganti sesuatu yang lama menjadi sesuatu yang baru. Secara keseluruhan, keempat kanji kaeru dapat saling menggantikan kanji kaeru lainnya. Namun, secara garis besar orang Jepang paling banyak menggunakan kanji (変) untuk objek apa pun.Kata kunci: doukun’iji; kanji; semantik
Dajare (駄洒落) dalam Animasi Shirokuma Café Episode 1-10 Karya Higa Aloha Andarwati, Titien Wahyu; Fransiska, Devinta Anastasia
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa, dan Sastra Vol 7 No 2 (2020): AYUMI : Jurnal Budaya, Bahasa dan Sastra
Publisher : Faculty of Letters, Dr. Soetomo University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.843 KB) | DOI: 10.25139/ayumi.v7i2.3251

Abstract

Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia untuk saling berinteraksi. Bahasa dapat secara sengaja maupun tidak disengaja diubah menjadi sebuah permainan kata. Salah satu permainan kata dalam bahasa Jepang adalah dajare. Dajare dikenal sebagai banyolan yang hambar. Dalam kehidupan sehari-hari orang Jepang, jarang ditemukan percakapan dengan menggunakan dajare. Hal ini dikarenakan dajare dianggap sebagai lelucon orang tua. Namun, dalam animasi Shirokuma Cafe terdapat dajare hampir di setiap episode. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dajare dalam animasi Shirokuma Café karya Higa Aloha, khususnya Near-homophonic dajare. Penelitian ini menggunakan klasifikasi dajare yang dikemukakan oleh Takashi Otake. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Data yang ditemukan adalah 10 cuplikan percakapan yang di dalamnya terdapat 34 dajare. Setelah dianalisis diketahui dari 34 dajare, 30 dajare termasuk ke dalam Near-homophonic dajare yang pembentukannya dilakukan dengan mengubah segmen, yaitu mengubah vokal (V-Change), konsonan (C-Change), dan mora (M-Change). Kata kunci: dajare; Near-homophonic dajare ; Shirokuma Cafe
Fungsi Aizuchi Verbal dalam Dialog Anime Yuru Camp Episode 1-6 Karya Afro Aryandi, Arif Dzaki; Andarwati, Titien Wahyu
AYUMI : Jurnal Budaya, Bahasa dan Sastra Vol 10 No 2 (2023): AYUMI: Jurnal Budaya, Bahasa dan Sastra
Publisher : Japanese Literature Study Program, Faculty of Letters, Dr. Soetomo University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25139/ayumi.v10i2.6797

Abstract

Aizuchi (backchannel) is one of the unique habits that Japanese people have when talking to others. Aizuchi is a short phrase said by listeners when having a conversation. There are seven functions of aizuchi according Mayumi Kubota. Yuru Camp is one of the anime that applies a lot of aizuchi habits. That is what makes researchers interested in researching the function of aizuchi contained in Yuru Camp by Afro. The purpose of this study is to describe the function of aizuchi contained in the Yuru Camp. This research is a descriptive qualitative research and the analysis uses aizuchi theory proposed by Mayumi Kubota.. In this research, it is found that the functions of aizuchi used in Yuru Camp anime dialog are hearing sign (kiite iru to iu shingou), understanding sign (rikai shite iru to iu shingou), agreement sign (doui no shingou), denial sign (hitei no shingou), (kanjou no shingou), pause mark (ma o motaseru shingou), and adding, correcting, and requesting information (jouhou o tsuika, teisei, youkyuu no shingou). The use of aizuchi in the Yuru Camp anime supports smooth conversations between characters because the listener shows his attention to the speaker in a polite way. Keywords: aizuchi; anime; verbal.
Pemberdayaan Masyarakat Lokal Melalui Edukasi Budaya Jepang Sebagai Daya Tarik Wisata di Kampung Sakura Kota Batu Jawa Timur Nugroho, Rahadiyan Duwi; Suryawati, Cicilia Tantri; Andarwati, Titien Wahyu; Pujimahanani, Cahyaningsih; Putri, Sitty Najwa Amalia; Fayadh, Satria Ammar; Putri, Alvina Salshabilla Linjani
Jurnal Pengabdian UNDIKMA Vol. 6 No. 3 (2025): August
Publisher : LPPM Universitas Pendidikan Mandalika (UNDIKMA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/jpu.v6i3.17245

Abstract

This community service program aims to enhance the understanding and skills of tourism managers about Japanese culture as a tourist attraction in Kampung Sakura Batu, East Java. The service method employs Participatory Action Research (PAR) oriented towards community empowerment. The evaluation instruments utilize questionnaires and interviews, with qualitative descriptive data analysis techniques to assess the outcomes. The results of this service activity show an increase in knowledge among Kampung Sakura managers about several Japanese cultures, including how to wear a Yukata correctly, perform a tea ceremony, make sushi, arrange Japanese flowers (Ikebana), and understand simple Japanese conversations that can be used to welcome tourists visiting Kampung Sakura.
KEARIFAN LOKAL DALAM PRAKTIK SPIRITUAL DAN ARSITEKTUR: STUDI KOMPARATIF CANDI BOROBUDUR (INDONESIA) DAN KUIL KIYOMIZUDERA (JEPANG) Rahadiyan Duwi Nugroho; Andarwati, Titien Wahyu; Pujimahanani, Cahyaningsih; Suryawati, Cicilia Tantri; Handoko, Putut
SABANA: Jurnal Sosiologi, Antropologi, dan Budaya Nusantara Vol. 4 No. 2 (2025): Agustus 2025
Publisher : Yayasan Literasi Sains Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55123/sabana.v4i2.6097

Abstract

Borobudur Temple in Indonesia and Kiyomizudera Temple in Japan are Buddhist places of worship reflecting local wisdom in spiritual practices and architectural structures. This study aims to analyze the values of local wisdom in the spiritual and architectural aspects of both structures, which contribute to a system of meaning, social practices, and community identity. The benefit is to enrich knowledge about the local wisdom embodied in these two historical buildings, which also function as Buddhist places of worship. The method employed is a comparative study using a descriptive qualitative approach through literature review. Findings reveal that Borobudur Temple, influenced by Mahayana Buddhism, reflects local wisdom through communal cooperation (gotong royong), harmony with nature, and spiritual symbolism in its reliefs and tiered structure (kamadhatu, rupadhatu, arupadhatu) representing the path to enlightenment. Meanwhile, Kiyomizudera Temple, influenced by Tendai Buddhism, expresses local wisdom through spiritual activities such as pilgrimage, ritual use of Otowa Waterfall, and the application of traditional, nail-free wooden construction techniques that are earthquake-resistant. The temple is also designed to blend with its natural surroundings and foster inner peace. In conclusion, both structures represent a fusion of spiritual values, traditional architecture, and cultural preservation, reflecting the profound understanding of past societies regarding the interconnection between humanity, nature, and spirituality