Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Efek Sitotoksik Ekstrak Metanol Akar Tumbuhan Purwoceng (Pimpinella Alpina) Terhadap Sel Kanker Payudara ( MCF-7 Breast Cancer Cells) Permana, Dharma; Usman, Herman
Majalah Kesehatan Pharmamedika Vol 5, No 1 (2013): JUNI 2013
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33476/mkp.v5i1.1091

Abstract

Background. Purwoceng (Pimpinella alpina) is one of the plants which has a property as a traditional medicine and the roots of this plant has been known as a sexual desire arousing (aphrodisiac). Epoxypseudoisoeugenol -2-methyl butyrate (EPB), a phenylpropranoid isolated from Pimpinella corymbosa inhibited the proliferation of both MCF-7 and BT-549 cells. Objective.  This study aims to investigate of the cytotoxic effect of methanolic extracts from the roots of Pimpinella alpina on MCF-7 cells line in vitro. Methods. The In vitro cytotoxicity of methanolic extracts of the roots of Pimpinella alpina was studied using variousconcentrations  (0.1,  1,  10  and  100  ?g/ml)  by  MTT  viability  assay.  The  MTT  [3-(4,5-dimethylthiazol-2-y1)-2,5- diphenyl–tetrazolium  bromide]  salt  will  be  induced  to  its  coloured  formazan  by  the  action  of  mitochondrial dehydrogenes. The  MTT formazan product is dissolved in DMSO and the amount is estimated by measuring absorbance at 550 nm using an ELISA plate reader. The IC50 values (concentration of a extracts that produces 50% reduction in the absorbance compared with untreated controls) are determined from the dose-response curves. Results. The in vitro screening of the methanolic extracts showed strong cytotoxic activity on MCF-7 Breast Cancer cells. The significant decrease in cell viability was observed for 100 ?g/ml and the IC50 value is 22.98 ?g/ml. Conclusion. The results indicated that methanolic extract of the roots of Pimpinella alpina has a potential cytotoxicity activity on MCF-7 Breast Cancer cells and considered to be a particularly valuable source of cytotoxic substances.
Penggunaan Obat Antihipertensi Sebagai Terapi Hipertensi pada Pasien Geriatri Rawat Jalan di Rsud Dr. Drajat Prawiranegara Serang dan Tinjauannya Menurut Pandangan Islam Putri, Az-zuhra Irmi; Permana, Dharma; Arsyad, Muhammad
Junior Medical Journal Vol. 2 No. 7 (2024): Maret 2024
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33476/jmj.v2i7.3945

Abstract

Penyebab morbiditas terbesar dan sering mempunyai sebutan pembunuh diam-diam di dunia merupakan hipertensi. Prevalensi hipertensi tahun 2018 berdasarkan diagnosis dokter munurut karakteristik usia didapatkan bahwa presentase prevalensi tertinggi terdapat di lanjut   usia . Jenis obat yang digunakan untuk terapi awal diantaranya: diuretik tiazid, penghambat ACE, ARBs, dan CCB. Penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif untuk melihat obat antihipertensi yang digunakan sebagai terapi pada pasien geriatri rawat jalan dengan hipertensi di RSUD Dr. Drajat Prawiranegara Serang. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif, yaitu data rekam medis pasien rawat jalan hipertensi berusia 65-75 tahun yang berkunjung ke rumah sakit tersebut. Total pasien didapatkan sebanyak 80 pasien. Didapatkan hasil pemberian obat secara monoterapi  paling banyak pada pasien hipertensi sistolik terisolasi (16%) dengan obat terbanyak Amlodipine (18,5%), kombinasi 2 obat paling banyak diberikan pada hipertensi sistolik terisolasi (9,9%) dengan kombinasi obat terbanyak digunakan candesartan dan bisoprolol (11,1%), kombinasi 3 obat paling banyak ditemukan pada hipertensi sistolik terisolasi (4,9%) dengan kombinasi obat terbesar candesartan, amlodipin, dan bisoprolol (11,1%), dan  kombinasi 4 obat juga paling banyak ditemukan pada hipertensi sistolik terisolasi (3,7%) dengan kombinasi obat terbanyak amlodipin, candesartan, bisoprolol, metildopa dan candesartan, bisoprolol, amlodipin, spironolactone dengan jumlah yang sama (2%). Jenis obat antihipertensi terbanyak yang ditemukan pada penelitian ini adalah candesartan sebesar 48 kali (30,4%), dilanjut oleh amlodipine (26,6 %), dan diikuti oleh oleh bisoprolol (22,8%).
Penggunaan ACE Inhibitor pada Pasien dengan Penyakit Kardiovaskular di Salah Satu Rumah Sakit Umum Wilayah Jawa Barat Periode Januari – Desember 2023 Maharani Aprilian Dwiputri; Batubara, Lilian; Permana, Dharma
Junior Medical Journal Vol. 2 No. 8 (2024): April 2024
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33476/jmj.v2i8.4314

Abstract

Pendahuluan: Penyakit jantung merupakan suatu kondisi yang memengaruhi jantung, sehingga menyebabkan kerja jantung sebagai pompa darah dan oksigen dalam tubuh terganggu. Penyakit kardiovaskular adalah penyebab utama kematian di seluruh dunia. Salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia yaitu hipertensi, yang biasa di obtain dengan pemberian ACE inhibitor. Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) inhibitor merupakan lini pertama untuk anti-hipertensi, penyakit jantung koroner dan gagal jantung kongestif. Namun terdapat efek samping dari penggunaan ACE inhibitor ini yang kejadiannya cukup tinggi. Ajaran Islam mencakup secara menyeluruh dan holistik dalam aspek kesehatan. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional menggunakan rekam medis di salah satu Rumah Sakit Wilayah Jawa Barat. Penetapan sampel menggunakan purposive sampling dan data disusun dalam bentuk tabel. Hasil: Sebanyak 102 kasus yang mengalami penyakit kardiovaskular dan 62 (61%) pasien diantaranya menjalani pengobatan dengan ACE Inhibitor. Dari 62 pasien tersebut hanya 7 (11%) pasien yang menimbulkan efek samping berupa batuk dan sesak nafas (mengi). Kesimpulan: Pasien dengan penyakit kardiovaskular di salah satu Rumah Sakit di Wilayah Jawa Barat sering menjalani terapi dengan menggunakan ACE Inhibitor, dan secara umum, mereka jarang mengalami efek samping selama penggunaan obat ini.
Pola Penggunaan Kortikosteroid pada Anak dengan Penyakit Asma Sestia Dia Alifah; Batubara, Lilian; Permana, Dharma
Junior Medical Journal Vol. 3 No. 1 (2024): September 2024
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33476/jmj.v3i1.4352

Abstract

Latar Belakang: Menurut Global Initiative For Asthma (GINA) 2020, Asma adalah penyakit heterogen, yang biasanya ditandai dengan peradangan saluran napas kronis. Pada asma terdapat gangguan pernapasan seperti mengi, sesak napas, nyeri dada, dan batuk (GINA, 2020). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, di Indonesia angka kejadian asma pada anak usia 0 – 14 tahun adalah 9,2%. Metodologi: Penelitian ini menggunakan 37 data rekam medis pasien asma anak di Salah Satu Rumah Sakit Umum Wilayah Jawa Barat periode Januari-Desember 2023 dengan desain penelitian cross sectional dengan jenis sampel yang diambil menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan. Lalu, data akan dianalisis menggunakan analisis univariat. Hasil: Berdasarkan analisis univariat hasil yang didapatkan adalah asma anak sebagian besar diderita oleh pasien anak laki-laki dengan usia 1-5 tahun dengan derajat asma yang paling banyak adalah asma persisten sedang. Jenis kortikosteroid yang paling banyak digunakan adalah prednison oral dan budesonid inhalasi. Adapun efek samping yang paling banyak terjadi adalah gangguan distribusi lemak.  Simpulan: Kortikosteroid terutama digunakan pada asma persisten. Jenis kortikosteroid yang digunakan terutama prednison oral dan budesonid inhalasi. Efek samping yang sering muncul pada penggunaan kortikosteroid adalah berupa gangguan distribusi lemak tubuh.
Profil Penggunaan Antibiotik pada Pasien Tifoid Anak Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Jakarta dan Tinjauannya Menurut Pandangan Islam Ferdila Sardan, Hasti; Permana, Dharma; Arsyad, Muhammad; Sari, Wening
Junior Medical Journal Vol. 3 No. 1 (2024): September 2024
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33476/jmj.v3i1.4798

Abstract

Latar Belakang: Demam tifoid pada anak-anak tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan di Indonesia, dengan penggunaan antibiotik sebagai modalitas terapi utama. Metodologi: Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif retrospektif, menganalisis data dari 77 pasien yang memenuhi kriteria inklusi di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih periode Januari hingga Desember 2023. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan distribusi pasien perempuan sebesar 51,95% dan laki-laki 48,05%, dengan insiden tertinggi pada usia 6 tahun (16,88%). Pola penggunaan antibiotik didominasi oleh monoterapi ceftriaxone (46,75%) dan kombinasi cefixime-ceftriaxone (48,05%). Rute pemberian terbanyak adalah kombinasi oral dan intravena (48,05%), dengan mayoritas pasien menunjukkan respons positif dalam 1-4 hari pengobatan. Durasi rawat inap rata-rata adalah 3-5 hari, dengan tingkat kesembuhan mencapai 98%. Kesimpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan antibiotik pada pasien tifoid anak di RSI Jakarta sejalan dengan pedoman terapi standar dan menunjukkan efektivitas yang baik. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya meliputi perlunya studi prospektif dengan pengujian sensitivitas antibiotik dan pengembangan sistem dokumentasi medis yang lebih terstandarisasi.
Profil Penggunaan Antibiotik pada Pasien Bronkopneumonia Anak Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Jakarta dan Tinjauannya Menurut Pandangan Islam Dwifani, Limanda; Permana, Dharma; Arsyad, Muhammad; Sari, Wening
Junior Medical Journal Vol. 3 No. 4 (2025): Juni 2025
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33476/jmj.v3i4.4796

Abstract

Latar Belakang : Bronkopneumonia merupakan infeksi pernapasan serius pada anak yang membutuhkan pemahaman komprehensif tentang karakteristik klinis dan pola penggunaan antibiotik. Metodelogi : Penelitian cross-sectional retrospektif ini bertujuan menganalisis distribusi demografis, pola penggunaan antibiotik, dan faktor risiko bronkopneumonia pada anak di Rumah Sakit Islam Jakarta selama periode 1 Januari hingga 31 Desember 2023. Sebanyak 106 pasien anak diseleksi dari 393 catatan medis yang tersedia, dengan menggunakan kriteria inklusi spesifik. Penelitian mengevaluasi variabel seperti jenis kelamin, usia, jenis dan rute antibiotik, serta durasi hospitalisasi. Hasil : Hasil menunjukkan dominasi pasien laki-laki (57,55%) dengan prevalensi tertinggi pada anak berusia 1 tahun (20,75%). Ceftriaxone menjadi antibiotik paling umum digunakan (38,68%), dengan rute administrasi kombinasi intravena dan oral (56,60%) yang paling sering dipraktikkan. Analisis mendalam mengungkapkan bahwa faktor lingkungan seperti paparan asap rokok, polusi udara, malnutrisi, dan kurangnya pemberian ASI memiliki kontribusi signifikan dalam kejadian bronkopneumonia. Kesimpulan : Penelitian ini memberikan wawasan penting dalam memahami dinamika penyakit pernapasan pada anak dan menekankan perlunya pendekatan komprehensif dalam diagnosis, terapi, dan pencegahan.