Christian leadership ideally reflects the leadership of Christ, which prioritizes the values of humility and respect for others, including subordinates. Respecting subordinates with a spirit of equality is challenging because there is a negative tendency in authority hegemony. However, we argue that Christian hospitality can be a spiritual formation that can accept diversity up to hierarchical differences and treat them as equals. This article offers a culture-based construction of Christian hospitality based on the Elek Marboru philosophy as a means for Christian leaders to respect their subordinates or the people they lead. Using descriptive analysis methods on literature data from studies on similar topics, the elek Barbour philosophy in the dalihan natolu culture shows an attitude of acceptance and equal treatment of groups considered subordinate, namely the Boru. This research concludes that in the context of overseas Batak culture or communities, the values of the elek marboru philosophy can be applied by leaders to respect subordinates or treat them as equals. AbstrakKepemimpinan Kristen idealnya mencerminkan kepemimpinan Kristus yang mengedepankan nilai-nilai kerendahan hati dan menghor-mati orang lain, termasuk bawahannya. Menghargai bawahan dengan spirit kesetaraan bukanlah hal yang mudah untuk dipraktikkan, karena ada kecenderungan negatif dalam hegemoni kekuasaan. Namun demikian, kami berargumentasi bahwa hospitalitas kristiani dapat menjadi formasi spiritual yang dapat menerima keberagaman hingga perbedaan hierarkis dan memperlakukannya setara.  Artikel ini bertujuan untuk menawarkan sebuah konstruksi hospitalitas kristiani berbasis budaya pada falsafah elek marboru sebagai cara pemimpin kristiani dapat menghargai bawahan atau orang yang dipimpinnya. Dengan menggunakan metode analisis deskriptif pada data literatur hasil kajian dengan topik serupa, maka falsafah elek marboru dalam budaya dalihan natolu memperlihatkan sikap penerimaan dan perlakukan setara pada kelompok yang dianggap subordinasi, yakni boru. Penelitian ini menyimpulkan, bahwa dalam konteks budaya atau komunitas Batak di perantauan, nilai falsafah elek marboru dapat diterapkan oleh pemimpin dalam rangka menghargai bawahan atau memperlakukannya setara.Â