Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Efek Samping Akut dan Kualitas Hidup Pasien Kanker Kepala dan Leher yang Menjalani Radioterapi Di Bali, Indonesia Sukarno, Vania; Ganapati, Ngakan Putu Daksa; Deantri, Fanny
E-Jurnal Medika Udayana Vol 13 No 2 (2024): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2024.V13.i02.P14

Abstract

Latar Belakang: Radioterapi merupakan modalitas terapi kanker kepala dan leher yang membunuh sel kanker dengan gelombang radiasi. Selain merusak sel kanker, radioterapi juga merusak sel tubuh yang sehat di sekitar jaringan target. Kerusakan sel-sel tubuh yang sehat menyebabkan efek samping toksisitas dari radioterapi. Efek samping radioterapi menyebabkan penurunan kualitas hidup pada pasien yang menjalani radioterapi. Seiring kemajuan teknologi, ada banyak jenis alat teleterapi yang dikembangkan. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efek samping akut dan kualitas hidup pasien yang menjalani radioterapi dengan peralatan yang berbeda; Cobalt-60 dan LINAC (Akselerator Linear). Pasien dan Metode : Penelitian observasional analitik, dilakukan pada pasien kanker kepala dan leher yang menjalani radioterapi antara Januari 2020 dan Juli 2022 di bagian radioterapi, RSUP Prof. Dr. IGNG Ngoerah , Bali . Kami mengukur kualitas hidup pasien dengan kuesioner EORTC QLQ-C30 dan efek samping akut dengan penilaian RTOG. Nilai rata-rata dan perbandingan kedua alat teleterapi dinilai menggunakan tabulasi silang dan dianalisis dengan Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 26.0. Hasil : Penelitian ini menerima 52 pasien (35 LINAC dan 17 Cobalt-60) yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Partisipan penelitian ini sebagian besar berusia 49-60 tahun (50%), berjenis kelamin laki-laki (63,7%), lokasi kanker utama di nasofaring (84,6%), dan stadium prognosis 4A (57,7%). Perbandingan antara kedua kelompok menunjukkan nilai p >0,05 pada efek samping akut dan kualitas hidup. Sebagian besar pasien mengalami efek samping RTOG Tingkat 1 pada kulit, kelenjar ludah, faring dan esofagus, serta laring. Kelompok LINAC memiliki persentase yang lebih tinggi (94,3%) dari kondisi umum "baik" dibandingkan dengan kelompok Cobalt 60 (76,5%). Skala fungsi terendah berdasarkan EORTC QLQ-C30 adalah fungsi peran (51,9 ± 31,8), dan skor skala gejala tertinggi adalah kelelahan (50,0 ± 31,2). Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan bermakna efek samping akut dan kualitas hidup pasien yang menjalani radioterapi dengan teleterapi LINAC dan Cobalt-60. Namun, kelompok LINAC memiliki persentase kondisi umum “baik” yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok Cobalt-60. Kata kunci: Cobalt-60, LINAC, Efek Samping Akut, Kualitas Hidup, Radioterapi.
The Management of Cleft Lip and Palate in Four Siblings with Van Der Woude Syndrome in a Developing Country: A Case Report Oley, Mendy Hatibie; Oley, Maximillian Christian; Setiadhi, Yudhaputra; Sukarno, Vania; Gunawan, Deborah Florencia; Faruk, Muhammad
Jurnal Plastik Rekonstruksi Vol. 12 No. 2 (2025): Jurnal Plastik Rekonstruksi
Publisher : The Lingkar Studi Bedah Plastik Foundation and is affiliated with the Department of Plastic Surgery, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14228/jprjournal.v12i2.26

Abstract

Introduction: Van der Woude syndrome (VWS) is a rare genetic disorder characterized by cleft lip and/or palate and congenital lower lip pits. It is an autosomal dominant condition with high penetrance, affecting 0.5-2% of all cleft lip/palate cases. VWS is caused by mutations in the IRF6 gene and is associated with hypodontia and dental anomalies. Lip pits, which can cause aesthetic or functional problems, may intermittently drain saliva. VWS is diagnosed using genetic testing and bioinformatics tools, providing more accurate predictions. Treatment requires multidisciplinary care, including surgical removal of lip pits and cleft correction. This study describes a rare case of VWS family, including management strategies in low resource settings.Case presentation: A 42-year-old man from a non-consanguineous marriage presented with four out of five children affected by VWS, characterized by cleft lip and palate. All four children underwent labioplasty. The family history revealed no congenital defects in the father's and the first wife’s lineage, except for the second wife.Conclusion: Early identification of familial patterns and clinical presentation is essential in Van der Woude Syndrome, as it significantly impacts the management and quality of life of affected individuals, particularly in resource-limited settings.