Harwanto, Dody Candra
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Form and Structure of Kentrung Art in Ngasem Village Batealit District Jepara Regency Harwanto, Dody Candra; Sunarto, Sunarto
Catharsis Vol 7 No 1 (2018)
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/catharsis.v7i1.21952

Abstract

Kentrung art is a folk theater art that tells a story in the form of prose and interspersed by pantun, an Indonesian unique form of prose. It is played by sung, and uses musical instrument called “Terbang” or Rebana. This research aims to analyze the shape and structure of Kentrung art in Ngasem Village District Batealit Jepara regency. The method used in this research is qualitative descriptive with interpretative case study research design. The research data was collected by observation technique, interview, and documentation study. It is also using triangulation techniques of sources and data to maintain its validity. Meanwhile, the data analysis technique is done through the process of reduction, presentation, and withdrawal of conclusion (verification). The results of this study indicate that, Kentrung musical form consists of two elements, namely elements of time and melody. The time element of Kentrung art employs Allegreto tempo which means fast or between the speed limit of 104-112 steps per minute; the meter uses 4/4, meaning there are four or four minutes of beats on each bar; and rhythmic patterns are divided into two types (senggakan and sautan) which generally use the value of half-tap, and on the big fly using the pattern of rhythm singkup. Most melodies use a half-tap note with the highest tone of G# 5 (la), and the lowest tone is F# 4 (sol). Meanwhile, the musical structure of Kentrung consists of two sentences or periods namely repeated A B.
Form and Structure of Kentrung Art in Ngasem Village Batealit District Jepara Regency Harwanto, Dody Candra; Sunarto, Sunarto
Catharsis Vol 7 No 1 (2018)
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/catharsis.v7i1.21952

Abstract

Kentrung art is a folk theater art that tells a story in the form of prose and interspersed by pantun, an Indonesian unique form of prose. It is played by sung, and uses musical instrument called “Terbang” or Rebana. This research aims to analyze the shape and structure of Kentrung art in Ngasem Village District Batealit Jepara regency. The method used in this research is qualitative descriptive with interpretative case study research design. The research data was collected by observation technique, interview, and documentation study. It is also using triangulation techniques of sources and data to maintain its validity. Meanwhile, the data analysis technique is done through the process of reduction, presentation, and withdrawal of conclusion (verification). The results of this study indicate that, Kentrung musical form consists of two elements, namely elements of time and melody. The time element of Kentrung art employs Allegreto tempo which means fast or between the speed limit of 104-112 steps per minute; the meter uses 4/4, meaning there are four or four minutes of beats on each bar; and rhythmic patterns are divided into two types (senggakan and sautan) which generally use the value of half-tap, and on the big fly using the pattern of rhythm singkup. Most melodies use a half-tap note with the highest tone of G# 5 (la), and the lowest tone is F# 4 (sol). Meanwhile, the musical structure of Kentrung consists of two sentences or periods namely repeated A B.
Revolusi dalam Pendidikan Musik: Menganalisis Perbedaan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka Belajar Purhanudin, MS Viktor; Harwanto, Dody Candra; Rasimin, Rasimin
Tonika: Jurnal Penelitian dan Pengkajian Seni Vol 6 No 2 (2023): Volume 6 Nomor 2 Tahun 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Abdiel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37368/tonika.v6i2.569

Abstract

Pendidikan musik di Indonesia mengalami perubahan signifikan dengan diterapkannya Kurikulum 2013 dan kemudian munculnya Kurikulum Merdeka Belajar. Artikel ini bertujuan untuk membandingkan pendekatan pendidikan musik dalam kedua kurikulum tersebut, khususnya dalam pengembangan kreativitas dan ekspresi siswa. Pendekatan pendidikan musik dalam Kurikulum 2013 menekankan pembelajaran berbasis teori dan teknik, sedangkan Kurikulum Merdeka Belajar menekankan pengalaman musikal yang lebih bebas dan eksploratif. Melalui pendekatan literatur dan analisis perbandingan, artikel ini menyajikan tinjauan mendalam tentang perbedaan filosofi, pendekatan pembelajaran, dan penekanan pada pengembangan kreativitas dan ekspresi siswa dalam pendidikan musik. Hasil analisis menunjukkan bahwa Kurikulum 2013 lebih fokus pada penguasaan teori dan teknik, sedangkan Kurikulum Merdeka Belajar memberikan kebebasan bagi siswa untuk mengeksplorasi ekspresi musikal mereka. Dampak perbedaan pendekatan ini pada pengembangan kreativitas dan ekspresi siswa juga dibahas dalam artikel ini. Implikasi dan rekomendasi untuk pendidikan musik di Indonesia juga disajikan sebagai sumbangan bagi pengembangan kurikulum dan praktik pembelajaran musik yang lebih inklusif dan inovatif.
Melatih Kontak Mata Anak Autisme melalui Terapi Musik di Daniella Music Course & Therapy Azalia, Vania; Harwanto, Dody Candra
Tonika: Jurnal Penelitian dan Pengkajian Seni Vol 7 No 1 (2024): Volume 7 Nomor 1 Tahun 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Abdiel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37368/tonika.v7i1.704

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses terapi musik untuk melatih kontak mata pada anak autisme serta mengetahui alasan musik dapat meningkatkan kontak mata anak autisme di Daniella Music Course & Therapy. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan studi pustaka. Teknik analisis data yang digunakan adalah model interaktif, sedangkan teknik pengabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber. Kesimpulan dari penelitian ini adalah saat ini musik dapat digunakan sebagai media terapi bagi anak berkebutuhan khusus, salah satunya adalah penyandang autisme. Aspek yang dapat ditingkatkan melalui terapi musik adalah peningkatan kontak mata pada penyandang autisme. Daniella Music Course & Therapy merupakan tempat terapi musik bagi penyandang autisme yang dapat membantu meningkatkan kontak mata. Proses terapi musik dilakukan dengan tahapan asesmen, rancangan penanganan terapi musik, pencatatan, serta evaluasi dan terminasi perlakuan. Musik mampu menarik perhatian anak autisme sehingga interaksi musikal dapat terjadi di dalam sesi terapi musik. Dengan adanya interaksi musikal, maka secara perlahan interaksi antara klien dan terapis dapat terjadi, dan secara tidak langsung kontak mata akan terlihat.
Makna Pasemon dalam Syair-syair Musik Gereja: Kajian Semiotik Menurut Teori Charles Sanders Peirce Kristanto, Alfa; Sasongko, Michael Hari; Harwanto, Dody Candra
Clef : Jurnal Musik dan Pendidikan Musik Vol. 5 No. 2 (2024): Clef: Jurnal Musik dan Pendidikan Musik
Publisher : Program Studi Pendidikan Musik Gereja IAKN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51667/cjmpm.v5i2.1975

Abstract

Along with the dynamics of development, church music has also experienced extraordinary development. Meeting with many musical genres that are developing in society makes this music continue to be dialectic in such a way that it gives rise to new types of music that are used in Christian worship. In the development of the genre, it is increasingly difficult to distinguish between church music (liturgical music) and secular music, even though essentially, church music is different from secular music. Based on Charles Sanders Pierce's semiotic theory, the writing below attempts to analyze the pasemon in church music lyrics. Although church music and secular music have the same material object, both have different formal objects. This difference in objects is what makes its representation and interpretation different in its pair. This pasemon ultimately makes church music inseparable from the understanding of Christian theology. This is because essentially, in the context of Christian worship, church music is a means and not an end
Melatih Kontak Mata Anak Autisme melalui Terapi Musik di Daniella Music Course & Therapy Azalia, Vania; Harwanto, Dody Candra
Tonika: Jurnal Penelitian dan Pengkajian Seni Vol. 7 No. 1 (2024): Volume 7 Nomor 1 Tahun 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Abdiel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37368/tonika.v7i1.704

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses terapi musik untuk melatih kontak mata pada anak autisme serta mengetahui alasan musik dapat meningkatkan kontak mata anak autisme di Daniella Music Course & Therapy. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan studi pustaka. Teknik analisis data yang digunakan adalah model interaktif, sedangkan teknik pengabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber. Kesimpulan dari penelitian ini adalah saat ini musik dapat digunakan sebagai media terapi bagi anak berkebutuhan khusus, salah satunya adalah penyandang autisme. Aspek yang dapat ditingkatkan melalui terapi musik adalah peningkatan kontak mata pada penyandang autisme. Daniella Music Course & Therapy merupakan tempat terapi musik bagi penyandang autisme yang dapat membantu meningkatkan kontak mata. Proses terapi musik dilakukan dengan tahapan asesmen, rancangan penanganan terapi musik, pencatatan, serta evaluasi dan terminasi perlakuan. Musik mampu menarik perhatian anak autisme sehingga interaksi musikal dapat terjadi di dalam sesi terapi musik. Dengan adanya interaksi musikal, maka secara perlahan interaksi antara klien dan terapis dapat terjadi, dan secara tidak langsung kontak mata akan terlihat.