Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

STATUS KONSERVASI REPTILIA ANGGOTA ORDO SQUAMATA YANG DIPERDAGANGKAN DI SURABAYA Purwosanto, Mochammad Fendi; Yazid, Khairul; Alina, Dining Nika; Abdillah, Gilang Noval
Sains & Matematika Vol 5, No 1 (2016): Oktober, Sains & Matematika
Publisher : Sains & Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ordo Squamata terdiri atas kelompok ular, kadal dan kadal cacing. Anggota ordo ini merupakan yang terbanyak dalam kelas Reptilia. Kelompok ular dan kadal memiliki keunikan bentuk dan corak sisik yang indah sehingga kedua hewan ini banyak diperdagangkan di beberapa kota besar di Indonesia. Perdagangan hewan reptil tersebut dapat ditemukan juga di kota Surabaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi spesies reptilia anggota ordo Squamata yang diperdagangkan secara bebas di wilayah Surabaya dan mendeskripsikan status konservasi reptilia anggota ordo Squamata yang diperdagangkan secara bebas di wilayah Surabaya. Metode penelitian yang dilakukan adalah observasi langsung dan wawancara. Observasi dilakukan di tiga pasar hewan di Surabaya antara lain: Pasar Bratang, Pasar Burung Kupang, dan Pasar Gunung Sari. Wawancara dilakukan dengan pedagang dan kolektor untuk memperoleh data tambahan tentang ordo Squamata yang diperdagangkan. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil yang diperoleh yaitu sebanyak 17 jenis reptilia ordo Squamata yang diperdagangkan di Surabaya. Status konservasi ketujuh belas reptilia tersebut ditinjau dari IUCN Red List yaitu: Least Concern (LC), Vulnerable (Vu),  Near Threatened (NT), dan Not Evaluated (NE). Ditinjau CITES terdiri atas 10 jenis statusnya Appendiks II dan 7 lainnya memiliki status konservasi Not Listed. Berdasarkan PP RI No.7/1999 status konservasi tujuh belas reptilia anggota ordo Squamata tersebut terdiri atas 16 jenis yang tidak dilindungi dan terdapat 1 jenis yang dilindungi. Squamata consist of snakes, lizards, and warm lizards. Member of this order is the most number in Reptilian classis. Snakes and lizards have unique type and attractive scale until both of this animals traded freely in some big city in Indonesia. This reptilian trade also occours in Surabaya. The purposes of this study were to identify species from member of Order Squamata which counted on animal trade in Surabaya and to describe  the status of conservation from Reptilian classis member of Order Squamata, which counted on animal trade in Surabaya. This study used two method, there were observation and interview. Observation took place in tree different animal markets, there were Bratang Market, Kupang Birds Market, and Gunung Sari Market. Interview hold with animal trader and animal collector for collecting additional information about animal trade from Squamata Ordo. Data were analyzed descriptively. Result of this study showed that 17 species of Squamata traded freely in Surabaya. The status of conservation of those, seventeenth animals, based on IUCN Red List are Least Concern (LC), Vulnerable (Vu), Near Threatened (NT), dan Not Evaluated (NE). Based on CITES, the status of conservation from Reptilian classis member of Squamata Ordo which counted on animal trade in Surabaya consist of Appendix II and not listed category. Based on Government Regulation Number 7 Year 1999, the status of conservation of those reptiles were one protected animal and 16 unprotected animals.
Land Cover Changes of Pangandaran: Revealing the Tourism Attraction Impact on Coastal Urban Expansion Abdurrahman, Umar; Iskandar, Zahara Sitta; Subiyanto, Subiyanto; Maqbul, Ismail; Alina, Dining Nika; Ismail, Mochamad Rudyansyah
International Journal of Research in Community Services Vol 6, No 2 (2025)
Publisher : Research Collaboration Community (RCC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46336/ijrcs.v6i2.871

Abstract

Land cover changes in the Pangandaran Coastal area are significantly influenced by tourism attractions as well as geographic and socio-economic dynamics. As one of the main coastal tourism destinations in West Java, Pangandaran receives more than 3.5 million tourists annually, which puts significant pressure on the coastal environment. This study uses land cover data from 2017–2023 analyzed using a regression and GIS approach, this study identifies spatial and temporal patterns of urban expansion and their implications for environmental sustainability. The results show that urbanization in Pangandaran is concentrated in the coastal lowlands, especially in Pangandaran and Sidamulih Districts, increasing vulnerability to natural disasters such as tsunamis. This expansion is triggered by the need for tourism infrastructure that often sacrifices natural ecosystems such as mangroves and coastal forests. In Cimerak and Parigi Districts, changes are more influenced by industrial and agro-industrial development, while growth in Cijulang is hampered by karst topography which is less supportive of urban development. Meanwhile, Kalipucang remains relatively natural due to geographic limitations that limit urban expansion. This study emphasizes the importance of sustainable coastal management, including adaptive spatial planning, conservation of critical ecosystems, and community-based initiatives to mitigate risks posed by unplanned urban expansion. The results of this study provide important insights for policymakers to balance tourism-based development with environmental resilience in the coastal area of Pangandaran.
Land Cover Changes of Pangandaran: Revealing the Tourism Attraction Impact on Coastal Urban Expansion Abdurrahman, Umar; Iskandar, Zahara Sitta; Subiyanto, Subiyanto; Maqbul, Ismail; Alina, Dining Nika; Ismail, Mochamad Rudyansyah
International Journal of Research in Community Services Vol. 6 No. 2 (2025)
Publisher : Research Collaboration Community (Rescollacom)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46336/ijrcs.v6i2.871

Abstract

Land cover changes in the Pangandaran Coastal area are significantly influenced by tourism attractions as well as geographic and socio-economic dynamics. As one of the main coastal tourism destinations in West Java, Pangandaran receives more than 3.5 million tourists annually, which puts significant pressure on the coastal environment. This study uses land cover data from 2017–2023 analyzed using a regression and GIS approach, this study identifies spatial and temporal patterns of urban expansion and their implications for environmental sustainability. The results show that urbanization in Pangandaran is concentrated in the coastal lowlands, especially in Pangandaran and Sidamulih Districts, increasing vulnerability to natural disasters such as tsunamis. This expansion is triggered by the need for tourism infrastructure that often sacrifices natural ecosystems such as mangroves and coastal forests. In Cimerak and Parigi Districts, changes are more influenced by industrial and agro-industrial development, while growth in Cijulang is hampered by karst topography which is less supportive of urban development. Meanwhile, Kalipucang remains relatively natural due to geographic limitations that limit urban expansion. This study emphasizes the importance of sustainable coastal management, including adaptive spatial planning, conservation of critical ecosystems, and community-based initiatives to mitigate risks posed by unplanned urban expansion. The results of this study provide important insights for policymakers to balance tourism-based development with environmental resilience in the coastal area of Pangandaran.
Meningkatkan Ketahanan Karang Melalui Evolusi Terbantu: Tinjauan Pemuliaan Selektif Dan Manipulasi Holobion Alina, Dining Nika; Astuti, Anggini Fuji; Maqbul, Ismail
Jurnal Laot Ilmu Kelautan Vol 7, No 2 (2025): Jurnal Laot Ilmu Kelautan
Publisher : Universitas Teuku Umar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35308/jlik.v7i2.13125

Abstract

Terumbu karang, ekosistem laut yang sangat produktif namun rentan, menghadapi ancaman parah dari perubahan iklim, terutama pemutihan karang akibat peningkatan suhu laut dan pengasaman. Konservasi konvensional tidak lagi memadai, sehingga diperlukan pendekatan inovatif seperti evolusi terbantu (assisted evolution) untuk mempercepat adaptasi karang. Literatur review ini membahas dua strategi inti evolusi terbantu: pemuliaan selektif (selective breeding) dan manipulasi holobion (meliputi manipulasi simbion dan mikrobioma). Pemuliaan selektif melibatkan persilangan karang toleran stres untuk menghasilkan keturunan yang tangguh, sementara manipulasi holobion berfokus pada rekayasa komunitas alga simbion (Symbiodiniaceae) dan mikrobioma bakteri untuk meningkatkan ketahanan. Meskipun masih dalam tahap pengembangan, studi awal menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam meningkatkan kelangsungan hidup karang. Dalam konteks Indonesia, yang kaya akan keanekaragaman hayati laut, terdapat potensi besar untuk penerapan evolusi terbantu. Inisiatif seperti lokakarya toleransi termal dan program restorasi skala besar menunjukkan kesiapan, meskipun sebagian besar upaya restorasi masih konvensional. Untuk memajukan pendekatan ini, diperlukan studi percontohan lokal, pengumpulan data genetik yang komprehensif, keterlibatan masyarakat, dan kerangka regulasi yang mendukung. Dengan demikian, Indonesia dapat menjadi pemimpin regional dalam penelitian dan aplikasi evolusi terbantu untuk memastikan masa depan terumbu karang yang lebih tangguh.