Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENGARUH WAKTU KONTAK AIR LINDI DAN UDARA TERHADAP LAJU KOROSI BAJA ST-41 DAN ST-60 Riyadi, M. Irfan; Siswanto, Rudi
JTAM ROTARY Vol 4, No 2 (2022): JTAM ROTARY
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jtam_rotary.v4i2.6410

Abstract

Penggunaan logam di lingkungan sangat penting terutama di lingkungan seperti sampah pada alat berat atau truk, terutama yang di bak truk adalah alat untuk membawa berbagai sampah organik dan anorganik membawa bahan terlarut melalui cairan yang disebut lindi dan melakukan kontak atau kontak langsung dengan baja sehingga terjadi korosi akibat lindi atau aliran air limbah yang banyak mengandung senyawa korosif yang membuat bagian bak truk menjadi cepat terkorosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui baja bias menahan laju korosi. Baja yang digunakan adalah baja baja ST-41 dan ST-60 adalah baja karbon rendah dan baja karbon sedang. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu metode penurunan berat badan dan mengamati jenis korosi yang terjadi dengan cara perendaman dengan ASTM G31-72 yang divariasikan waktu kontak selama 3 minggu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan laju korosi paling cepat terjadi pada baja ST-60 dengan waktu kontak 1 minggu direndam lindi dan 2 minggu kontak dengan udara karena perbedaan komposisi baja ST-60 dan baja ST-41 yang memiliki kandungan chromium yang sangat tinggi sehingga baja ST-41 lebih unggul dalam menahan laju korosi sedangkan jenis korosi yang terjadi adalah korosi merata dan korosi atmosferik. The use of metals in the environment is especially important in environments such rubbish in heavy equipment or trucks, especially those of the tailgate is a tool to bring a variety of organic waste and inorganic bring the matter dissolved through a liquid called leachate and make contact or direct contact with the steel so that corrosion occurs due to leachate or wastewater flow contains many corrosive compounds that make part tailgate become quickly corroded. This study aims to determine the bias steel resist corrosion rate. The steel used is steel steel ST-41 and ST-60 is a low carbon steel and medium carbon steel. The methods used in research in the methods of losing weight and observe the types of corrosion that occurs by means of immersion with ASTM G31-72 which vary contact time for 3 weeks. Based on research conducted showed the corrosion rate of the fastest occur in steel ST-60 with a contact time of 1 week soaked the leachate and 2 weeks in contact with the air due to differences in the composition of the steel ST-60 and steel ST-41 which has a chromium content so high that steel ST-41 is superior in resisting corrosion rate while the type of corrosion that occurs is evenly corrosion and atmospheric corrosion.
Conflict and Harmony between Islam and Local Culture in Reyog Ponorogo Art Preservation Riyadi, M. Irfan; Mujahidin, Anwar; Tasrif, Muh.
el Harakah: Jurnal Budaya Islam Vol 18, No 2 (2016): EL HARAKAH
Publisher : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/el.v18i2.3498

Abstract

Reyog as performing art procession already existing in Ponorogo since pre-Islamic era still grows today even expanding outside the region of Ponorogo both regionally, nationally, and internationally. Reyog at the present time is generally acknowledged as cultural identity of Indonesian nation. The case is different with other Javanese traditions such as kentrung, ludruk, and ketoprak that has collapsed over time. This fact raises interesting questions of how Reyog could withstand against the onslaught of various cultures that come to attack it from time to time. This study used anthropological approach by utilizing the theory of Robert Redfield on the interaction of great tradition and little tradition. The results of this study indicate that although Reyog has interacted with various cultures, particularly Islam, it is able to reform and reformulate its tradition and find cultural attitudes flexible with various cultures that come with it. The cultural attitudes embody in stage-modernization, transformation of mythologies and reforms of the symbols of social values. Reyog sebagai seni pentas arak-arakan yang telah ada di Ponorogo semenjak pra-Islam masih berkembang hingga saat ini bahkan terus mengalami perkembangan ke luar daerah Ponorogo baik secara regional, nasional, dan internasional. Reyog pada masa sekarang secara umum diakui sebagai identitas budaya bangsa Indonesia. Kenyataan itu berbeda dengan tradisi Jawa lain yang telah runtuh dan tinggal dalam arkeologi sejarah budaya seperti kentrung, ludruk, dan ketoprak. Keadaan ini menimbulkan pertanyaan menarik tentang bagaimana Reyog bertahan dari gempuran berbagai budaya yang datang menyerangnya dari zaman ke zaman. Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi dengan memanfaatkan teori Robert Redfield tentang pertemuan tradisi besar (great tradition) dan budaya kecil (little tradition). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun Reyog bertemu dengan berbagai budaya, khususnya Islam, Reyog mampu mereformasi dan mereformulasi tradisinya sehingga ditemukan sikap budaya yang lentur dan cocok dengan berbagai budaya yang datang bersamanya. Sikap budaya itu berbentuk modernisasi pentas, transformasi mitologi, dan reformasi melalui simbol-simbol nilai sosial-kemasyarakatan.