Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Metabolic Profiling, Antioxidant, and Anti-lipase Activity from Combined Leaves Extracts of Tamarindus indica and Murraya paniculata: A Simplex Lattice Design Approach Sholikhah, Eti Nurwening; Wiyono, Tri; Pratiwi, Woro Rukmi
Science and Technology Indonesia Vol. 9 No. 4 (2024): October
Publisher : Research Center of Inorganic Materials and Coordination Complexes, FMIPA Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26554/sti.2024.9.4.828-839

Abstract

Tamarindus indica leaves are recognized for their potent antioxidant and hypolipidemic properties, whereas Murraya paniculata leaves are known for their abilities to lower lipids and glucose levels. This study aimed to assess the combined extract of both leaves against pancreatic lipase inhibition and analyze their metabolomic profiles as an initial step toward developing a polyherbal treatment for hypertriglyceridemia. The extracts were subjected to Liquid Chromatography-High Resolution Mass Spectrometer (LC-HRMS) untargeted system coupled with Compounds Discoverer software to reveal their metabolomic profile. Subsequently, both individual extracts and their combination were evaluated for anti-lipase activity using pancreatic lipase enzyme with p-nitrophenyl butyrate as the substrate. The combination of the two extracts (0-300 μg/mL, 300 μg/mL in total) was prepared following the Simplex Lattice Experimental Design with 5 different composition variations. Results: The findings indicated that Tamarindus indica leaf extract (TIE) predominantly exhibited lipase inhibitory activity. Interestingly, the addition of Murraya paniculata extract (MPE) diminished this enzyme inhibitory effect. TIE was found to be rich in polyhydroxy flavonoids followed by fatty amides, whereas MPE contained mainly polymethoxy flavonoids, fatty amides, and coumarins. The presence of fatty amides in both extracts was identified as a potential cause for this incompatibility. In summary, Tamarindus indica leaf extract demonstrated strong lipase inhibition; however, its effectiveness was reduced when combined with Murraya paniculata extract, possibly due to primary fatty amides. Further research is necessary to explore strategies for eliminating these compounds and confirming their impact in vivo.
THE INFLUENCE OF COST-FACIT AND HEALTH-RELATED QUALITY OF LIFE IN CANCER PATIENTS: A NARRATIVE REVIEW Wulandari, Aprilla Ayu; Andayani, Tri Murti; Endarti, Dwi; Pratiwi, Woro Rukmi
Jurnal Farmasi Sains dan Praktis Vol 11 No 2 (May-August 2025)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31603/pharmacy.v11i2.7220

Abstract

COST-FACIT is a financial toxicity measurement instrument that has been validated in several countries. Financial toxicity is a broad term that includes the costs a patient has to bear after a cancer diagnosis, which impacts personal and family budgets. This has implications for increasing awareness of the financial toxicity experienced by cancer patients so that it can support better policies and funding decisions by hospital management and the government. This article is a Narrative Review on studies regarding the influence of COST-FACIT and HRQoL in cancer patients. Search for English articles using the Pubmed, ScienceDirect, and Google Scholar databases, which were published from 2012 to 2022. Based on the Narrative Review that has been done, there are 19 articles that meet the criteria. In the article there are various HRQoL dimensions that are correlated with COST-FACIT. Dimensions that have a moderate to strong influence are psychological (emotional) and financial because the occurrence of financial toxicity can disrupt family expenses every month. If this continues, it can result in psychological distress for the patients and their family.
Cedera Pada Buruh Akibat Kecelakaan Kerja: Kajian Data Health and Demographic Surveillance System/HDSS Sleman Gizela, Beta Ahlam; Rafitri, Anggina; Pratiwi, Woro Rukmi
MJS Medical Journal of Soeradji Vol 1 No 1 (2024): MJS (Juli)
Publisher : RSUP dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70605/w8bvz350

Abstract

Latar Belakang: Terjadi peningkatan kasus cedera akibat kecelakaan kerja dari waktu ke waktu di Indonesia. Di Kabupaten Sleman, penyebab cedera paling umum adalah kecelakaan transportasi, jatuh, terkena benda tajam, terbakar, terkena air, dan lainnya. Faktor lain yang dapat menyebabkan cedera termasuk usia, berat badan, jenis kelamin, dan postur tubuh. Tujuan: Mengetahui profil buruh yang terkena cedera akibat kecelakaan kerja berdasarkan data HDSS Sleman tahun 2016, 2017, 2019, dan 2021. Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasional dengan desain penelitian cross-sectional berdasarkan data HDSS Sleman dari tahun 2016, 2017, 2019, dan 2021. Hasil: Kasus cedera akibat kecelakaan kerja banyak terjadi pada laki-laki (79,6%). Cedera lebih banyak terjadi pada kelompok usia pra-lansia (45,6%). Penyebab terbanyak adalah terkena benda tajam, tumpul, atau mesin (40,8%), dan lokasi terbanyak di area pertanian (42,7%). Jenis cedera paling umum adalah luka iris dan robek (33%). Cedera paling banyak terjadi pada anggota gerak bawah (45,6%). Outcome paling umum adalah tidak cacat atau hidup tanpa gejala sisa (83,5%). Kesimpulan: Kasus cedera akibat kecelakaan kerja berdasarkan HDSS Sleman banyak terjadi pada laki-laki kelompok usia pra-lansia dengan tingkat pendidikan rendah. Cedera paling sering disebabkan oleh benda tajam, tumpul, atau mesin yang menimbulkan luka iris dan robek, terutama pada ekstremitas bawah. Outcome cedera paling umum adalah tidak cacat atau hidup tanpa gejala sisa yang mengganggu aktivitas. Kata kunci: Cedera; Usia; Kecelakaan kerja; Buruh; Aktifitas fisik.
Prevalensi Cedera Akibat Jatuh Pada Kelompok Lanjut Usia dan Pra-Lanjut Usia Gizela, Beta Ahlam; Almira, Adella Sahdasalma; Pratiwi, Woro Rukmi
MJS Medical Journal of Soeradji Vol 1 No 1 (2024): MJS (Juli)
Publisher : RSUP dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70605/cq6fym45

Abstract

Latar Belakang: Risiko jatuh meningkat seiring bertambahnya usia, dan orang tua lebih rentan mengalami cedera akibat jatuh, yang sering memerlukan perhatian medis dan berpotensi menyebabkan kecacatan. Tujuan: Mengetahui prevalensi cedera akibat jatuh pada lansia dan pra-lansia, gambaran cedera, serta faktor risiko keparahan cedera berdasarkan data dari Health Demographic Surveillance System (HDSS) Sleman tahun 2016, 2017, 2019, dan 2021. Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasional dengan desain cross-sectional, menggunakan data sekunder dari HDSS Sleman untuk tahun 2016, 2017, 2019, dan 2021. Sampel penelitian terdiri dari 571 responden yang mengalami cedera akibat jatuh. Total sampling digunakan dalam penelitian ini. Hasil: Pada lansia, prevalensi cedera akibat jatuh adalah 0,85% (2016), 1,46% (2017), 1,19% (2019), dan 0,99% (2021). Pada pra-lansia, prevalensinya adalah 0,73% (2016), 1,24% (2017), 0,65% (2019), dan 0,57% (2021). Lecet dan memar adalah cedera yang paling umum (51,9% pada pra-lansia dan 47,6% pada lansia), terutama terjadi pada anggota gerak bawah. Didapatkan 76,7% dari kasus memerlukan perawatan medis, dengan proporsi yang lebih tinggi pada lansia yang dirawat oleh tenaga kesehatan. Sebanyak11,2% dari kasus menyebabkan kecacatan, terutama berupa bekas luka permanen. Komorbiditas dan faktor ekstrinsik (lokasi cedera) tidak menjadi faktor risiko keparahan cedera. Faktor sosiodemografi, terutama pekerjaan, mempengaruhi keparahan cedera. Kesimpulan: Prevalensi cedera akibat jatuh lebih tinggi pada lansia dibandingkan pra-lansia, dengan cedera yang paling sering berupa lecet/memar di anggota gerak bawah. Sebagian besar kasus memerlukan perawatan medis dan menyebabkan kecacatan. Pekerjaan merupakan faktor risiko signifikan untuk keparahan cedera. Penelitian serupa sangat baik dilakukan pada berbagai daerah di Indonesia untuk mendapatkan gambaran nasional. Kata Kunci: Cedera, Jatuh, Lansia, Pra-lansia, HDSS Sleman