Takaliuang, Jammes Juneidy
Institut Injil Indonesia

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Merengkuh Spiritualitas Persahabatan Ekumenis: Sebuah Refleksi Paradigma Misi Gereja Posmodern Fredy Simanjuntak; Jammes Juneidy Takaliuang; Budin Nurung
JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO Vol 4, No 2: Januari 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46929/graciadeo.v4i2.101

Abstract

The narrative about God's Mission always manifests in the space of friendship with the world even after the fall until today's Postmodern era. In today's world, the world is largely globalized and urbanized. The church no longer lives in a closed community with limited interaction. Cultural Networks are interconnected into a system. Yet most churches still grapple with theologically and dogmatically fragmented paradigms. The church needs a friendly spiritual restoration as the body of Christ to meet God's mission with ecumenical energy. This study aims to adapt the relevant mission paradigm through the spirituality of ecumenical friendship in postmodern reality. This study uses a descriptive method with critical and socio-theological discourse analysis. It is hoped that through this research the Church can make more serious observations and position itself as an integralist to become a bridge of friendship in carrying out God's mission in a relevant way. AbstrakNarasi mengenai Misi Allah senantiasa mewujud dalam ruang persahabatan dengan dunia sekalipun pasca kejatuhan hingga di masa Postmodern sekarang ini. Di masa kini dunia sebagian besar terglobalisasi dan terurbanisasi. Gereja tidak lagi hidup dalam komunitas tertutup dengan interaksi terbatas. Jaringan Budaya saling berhubungan ke dalam suatu system. Namun sebagian besar gereja-gereja masih bergulat dalam paradigma yang terfragmentasi secara teologis dan dogmatis. Gereja memerlukan restorasi spiritual yang bersahabat sebagai tubuh Kristus untuk menyongsong misi Allah dengan energi ekumenis. Penelitian ini bertujuan untuk mengadaptasikan paradigma misi yang relevan melalui spiritualitas persahabatan ekumenis dalam realitas postmodern.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan analisis wacana kritis dan sosio-teologis. Diharapkan melalui penelitian ini Gereja dapat melakukan pengamatan yang lebih serius serta menempatkan dirinya sebagai integralis untuk menjadi jembatan persahabatan dalam mengemban misi Allah secara relevan.
IBADAH SEBAGAI GAYA HIDUP MENURUT ROMA 12:1 DAN IMPLIKASINYA BAGI IBADAH MASA KINI Jammes Juneidy Takaliuang
Missio Ecclesiae Vol. 2 No. 1 (2013): April
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v2i1.26

Abstract

Ibadah yang sejati bukan hanya didasarkan pada pengalaman tetapi didasarkan pada sebuah pemahaman teologis yang mendasar. Artinya ibadah harus di dasarkan pada Alkitab yang adalah Firman Allah. Maka kebenaran dari ibadah bersifat mutlak dan harus dilakukan. Jika ibadah didasarkan kepada pengalaman pribadi, maka kebenaran dari ibadah tersebut tergantung apa kata pribadi sehingga nilai kebenarannya adalah relatif, manusia sebagai penentu kebenaran. Jika kebenaran ibadah adalah relatif, maka ibadah dapat ditolak yang berarti perlawanan terhadap Allah. Ibadah yang didasarkan pada pengalaman semakin jelas tujuannya yaitu ibadah antropocentris. Karena itu, ibadah harus dikaji secara teologis dengan melihat beberapa aspek penting yang saling berkaitan satu dengan yang lain dan berfondasi pada Alkitab. Jika hal ini dilakukan, maka dipastikan bahwa ibadah tersebut adalah ibadah yang sehat karena memberi gizi yang tepat bagi orang-orang yang melaksanakan ibadah.
PERAN ORANG PERCAYA DALAM MEWUJUDKAN KEADILAN SOSIAL Jammes Juneidy Takaliuang
Missio Ecclesiae Vol. 4 No. 2 (2015): Oktober
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v4i2.54

Abstract

Peran serta orang Kristen dalam mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia bukan hanya partial, tetapi harus holistik. Karena tujuan pencapaian ini adalah manusia seutuhnya yang pada prinsipnya adalah keselarasan hubungan antara manusia dengan Tuhan-nya, antara sesama manusia serta lingkungan alam sekitarnya, keserasian hubungan antara bangsa-bangsa dan juga keselarasan antara cita-cita hidup di dunia dan mengejar kebahagian di akhirat. Jadi orang Kristen adalah agen untuk mewujudkan cita-cita mulia ini dengan berlandaskan kepada Kristus yang adalah sumber keadilan, serta status orang Kristen yang adalah warga kerajaan surga seperti yang digambarkan oleh Rasul Paulus dalam Filipi 3:20. Implementasi dari warga kerajaan surga adalah menjadi warga negara Indonesia yang benar dan bertanggung jawab, sehingga jelas bahwa orang Kristen harus mengambil peran dalam menentukan arah bangsa ini. Sikap skeptis dan pesimistis bukanlah bagian dalam diri orang Kristen. Lebih jelas lagi dalam ranah praksis orang Kristen wajib: 1) Memiliki perbuatan yang luhur, yang tercermin dalam sikap dan suasana kekeluargaan serta gotong royong; 2) Menjalankan sikap adil terhadap sesama dengan cara menghormati hak-hak orang lain; 3) Sistem balancing yaitu menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban; 4) Tidak menciptakan dehumanisasi melalui pereduksian harkat dan martabat manusia; 5) Memiliki cara hidup dan gaya hidup sederhana (menentang sifat hedonisme dan materialisme yang menonjolkan spirit individualisme); dan 6) Bekerja keras, memiliki integritas diri yang tinggi, kreatif dan inovatif serta nasionalis.
KRISTOLOGI BAHARI Jammes Juneidy Takaliuang
Missio Ecclesiae Vol. 8 No. 1 (2019): April
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v8i1.92

Abstract

Kristologi merupakan doktrin yang paling mendasar dalam iman Kristen karena Kristologi semacam engsel yang menggerakkan pintu. Jika pemahaman Kristologinya salah maka hal ini akan memberi dampak kepada pengajaran yang lain dalam iman Kristen. Karena Kristologi yang sehat akan menghasilkan pengajaran yang sehat. Dan Kristologi yang “sehat” adalah Kristologi yang dibangun atas dasar Alkitab. Dalam perkembangan sejarah gereja Kristologi telah menjadi pembicaraan hangat selama berabad-abad bahkan perdebatan itu pun masih terjadi di era Post Modern ini dengan mengikuti alur berpikir post modern. Kristologi mendapat tantangan khusus.Semua hal ini terjadi bukan hanya dalam lingkup gereja tetapi juga diluar gereja. Kristologi dipandang sebagai kekayaan gereja tetapi dalam implementasinya Kristologi mengalami banyak kesulitan karena Kristologi hanya dianggap doktrin bahkan dipersempit “milik” sekelompok orang dalam denominasi gereja tertentu. Kristologi “dipersulit” dengan rumusan-rumusan doktrinal yang membuatnya menjadi sangat sulit untuk diterima dan dipahami. Dalam konteks kehidupan beragama yang Majemuk di Indonesia, Kristologi harus di implementasikan dengan berbagai macam pendekatan tetapi bukan dalam pengertian kompromi. Sebagaimana kristologi dengan pendekatan empati yaitu suatu upaya penjelasan kristologi lebih personal.Jadi Kristologi tidak hanya menjadi sebuah “pajangan” indah dalam Gereja tetapi menjadi nyata dalam kehidupan sosial masyarakat.Kristologi Bahari yang dikaji dalam tulisan singkat ini menjadi pertimbangan khusus bagi masyarakat SATAS demi membangun pemahaman yang mendasar tentang siapakah Yesus Kristus yang pada akhirnya pemahaman ini menjadi dasar dan kemudian memberi pengaruh bagi kehidupan religius dan juga dalam kehidupan sosial masyarkat.Karena sangat tidak mungkin memisahkan kedua bentuk kehidupan ini. Pemahaman yang benar tentang siapa Yesus Kristus dan apa karyaNya bagi kehidupan manusia akan memberi warna tersendiri dalam kehidupan sosial mayarakat. Jadi seorang yang religius pasti akan memberukan pengaruh yang positif dalam kehidupan sosial masyarakat. Kristologi mampu memberikan jawaban bagi kehidupan sosial masyarakat. Kristologi bukan hanya sekedar sebuah rumusan tetapi Kristologi adalah kehidupan itu sendiri.
HARMONISASI POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENGAJARAN SEKOLAH MINGGU TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK USIA DINI BERDASARKAN NILAI-NILAI SPIRITUAL DI GKPB JEMAAT GALANG NING SABDA CICA BALI Judith Wangania; Jammes Juneidy Takaliuang
Missio Ecclesiae Vol. 10 No. 1 (2021): April
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v10i1.127

Abstract

Pertumbuhanan dan perkembangan karakter anak tidak terlepas dari tanggunjgawab orang tua dalam menerapkan pola asuh dalam keluarga dan juga pengajaran yang diberikan disekolah, termasuk sekolah minggu. Orang tua sebagai penanggungjawab utama dari pertumbuhan dan karakter anak, maupun guru-guru sekolah minggu, sama berperan penting dalam pembentukan karakter anak. Tetapi kenyataan yang terjadi adalah tidak adanya harmoni (Dishamorni) antara orang tua dan guru sekolah minggu. Tidak adanya harmoni ini terlihat dari sikap acuhnya orang tua terhadap pengajaran sekolah minggu yang diterima oleh anak-anak mereka. Disisi lain, kurangnya komunikasi guru-guru sekolah minggu dengan orang tua juga menjadi salah satu satu penyebab disharmoni. Tujuan penulisan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola asuh orang tua dengan pengajaran sekolah minggu, menentukan karakter anak usia dini berdasarkan nilai-nilai spiritual, menghasilkan model harmonisasi pola asuh orang tua dengan pembelajaran sekolah minggu pada pembentukan karakter anak usia dini berdasarkan nilai-nilai spiritual yang ada di GKPB Jemaat Galang Ning Sabda Cica Bali. Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam tentang Model Harmonisasi Pola Asuh Orang Tua dan Pengajaran Sekolah Minggu Terhadap Pembentukan Karakter Anak Usia Dini Berdasarkan Nilai Spiritual di GKPB Galang Ning Jemaat Sabda Cica Bali. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa Model Harmonisasi antara Pola Asuh Orang Tua di rumah dengan Pengajaran sekolah minggu yang dapat diterapkan adalah model komunikasi, model kerja sama, model sharing of life dan model pertemuan rutin.
Persahabatan Inkarnatif Dalam Mempertahankan Solidaritas Masyarakat Pada Acara Slametan Legia Suripatty; Jammes Junaedy Takaliuang
Missio Ecclesiae Vol. 11 No. 2 (2022): Oktober
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v11i2.193

Abstract

Tujuan penelitian: Menganalisis keyakinan warga mempertahankan tradisi Slametan, proses kegiatannya, sebagai media interaksi dan komunikasi dimana terjadi perjumpaan antara komunitas Islam dan Kristen, maka persahabatan Inkarnatif menjadi model pendekatan dalam mempertahankan solidaritas. Metode penelitiannya kualitatif dan kajian literatur. pengumpulan data melalui wawancara dan observasi. Hasil penelitian: (1) Tradisi Slametan masih menjadi keyakinan warga, karena memaknai keselamatan, sebagai waktu yang sakral, saat terbaik untuk mengirim doa kepada arwah keluarga, (2) sarana mengumpulkan warga saling berinteraksi. (3) Proses pelaksanaannya pada tiga pedukuhan (Tambuh, Songgoriti dan Krajan / Klumutan) di rumah dan mushola kemudian diakhiri di ruang serbaguna kelurahan Songgokerto (4) Slametan sebagai media komunikasi untuk berinteraksi antar individu, (5) Perilaku tradisi ini berfungsi mempertahankan solidaritas.
Gereja Metaverse dan Aspek Kosmis dari Sang Anak Domba: Tinjauan Kritis Gereja Metaverse berdasarkan Aspek Kosmis dari Anak Domba yang Terdapat dalam Wahyu Pasal 5 Jammes Takaliuang; Gerald Moratua Siregar
Missio Ecclesiae Vol. 12 No. 1 (2023): April
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v12i1.200

Abstract

The metaverse Church is a virtual reality church that exists to respond to the demands of these days work culture that is all digital, instant, individualistic, practical, and pragmatic. For the reason of effectiveness and time efficiency, some church members today seem to be starting to shift from conventional models of worship to the virtual church model. But, is virtual reality church theologically correct? This article will discuss the advantages and disadvantages of virtual church reality based on the theological foundations found in The Book of Revelation chapter 5 which contains the cosmic aspect of Christ. This article uses two research methodologies, namely the qualitative literature research method and the biblical interpretation methodology. Through this writing, readers are expected to be able to understand some of the advantages and disadvantages of virtual reality churches.