Illu, Wilianus
Institut Injil Indonesia

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

STUDI EKSEGETIS KEJADIAN 12:1-3 DAN RELEVANSI MISIOLOGISNYA BAGI GEREJA TUHAN MASA KINI Wilianus Illu
Missio Ecclesiae Vol. 5 No. 1 (2016): April
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v5i1.58

Abstract

Kitab Kejadian adalah kitab Perjanjian Lama yang pertama dan sebagai pendahuluan dari seluruh Alkitab, yang mencatat tentang penciptaan, permulaan sejarah manusia, asal mula bangsa Ibrani dan perjanjian Allah dengan Abraham, nenek moyang mereka. Allah menciptakan manusia menurut peta dan teladanNya sendiri, dan diciptakan-Nya mereka laki-laki dan perepuan (Kej. 1:26-27). Kejatuhan manusia dalam dosa merusak segalanya. Manusia tidak lagi dapat membedakan yang jahat dan yang baik, dan kecenderungan manusia selalu berbuat yang jahat. Dosa semakin berkembang, dosa manusia tidak pernah berkurang, mulai dari manusia pertama hingga saat ini. Dosa merupakan penyebab terputusnya hubungan antara manusia dan khalik-Nya. Akibatnya, manusia mengalami kesuraman dan hidup tanpa masa depan. Semua kejahatan lahir dari keadaan umat manusia yang berdosa, walaupun demikian banyak orang tidak mengetahui asal usul dosa dan akbitanya. Namun dari sisi lain Tuhan tidak membiarkan manusia ciptaan-Nya terus hidup dalam dosa, maka Dia melakukan aktivitas misi-Nya dengan cara mencari manusia dengan kasih-Nya (Kej. 3:8-9). Dengan adanya kenyataan ini, maka pemanggilan Abraham dalam teks Kejadian 12:1-3 adalah sebagai awal penggenapan janji keselamatan manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa (Kej. 3:15), atau sebagai awal babak baru dalam penyataan Perjanjian Lama mengenai maksud Allah untuk menebus dan menyelamatkan umat manusia dari dosa. Allah bermaksud memilih seseorang yang mengenal dan melayani-Nya, dan dengan iman yang tulus dapat mengenal, mengajarkan, dan memelihara jalan-jalan Tuhan dengan baik. Pemanggilan Abram mutlak atas inisiatif Allah. Itu berarti bahwa Allah yang memanggil Abram adalah Allah yang dengan sendirinya ada, juga berkuasa atas alam semesta dan atas semua suku bangsa di dunia. Pemanggilan Abram bukan hanya menjadi berkat bagi keluarga dan keturunannya saja, melainkan bagi semua suku bangsa, seperti ditulis dalam Galatia 3:8,16 bahwa “berkat yang menunjuk pada Injil Kristus yang ditawarkan kepada semua bangsa.” Itu berarti bahwa janji berkat kepada Abraham bersifat universal. Jadi berkat tersebut menyangkut, baik berkat material (jasmani) maupun berkat rohani. Berkat jasmani ini mencakup harta benda yang banyak, yang dapat membahagiakan kehidupan Abram dan keturunannya. Sedangkan berkat rohani mencakup keselamatan jiwa manusia yang bersifat kekal, yaitu di dalam Yesus Kristus yang adalah keturunan Daud, menjadi berkat penebusan bagi semua suku bangsa tanpa memandang suku, ras, dan golongan. Gereja (orang percaya) harus menyadari bahwa berkat itu diberikan secara cuma-cuma melalui penebusan Yesus Kristus. Maka gereja (orang percaya) harus menyalurkan berkat tersebut kepada orang-orang yang belum mengenal Tuhan Yesus, dengan tujuan supaya mereka juga dapat percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan yang hidup yang dapat menyelamatkan umat manusia dari dosa. Misi harus menjadi tanggung jawab gereja dalam memberitakan Injil, karena gereja adalah pusat atau wadah yang dapat membina warga jemaat untuk dapat terlibat dalam pekerjaan Tuhan. Dalam hal ini gereja harus mampu melakukan tindakan nyata (memberitakan Injil) untuk menolong orang-orang yang belum percaya kepada Yesus Kristus. Gereja sebagai wakil Allah di dunia, harus mampu merealisasikan ketaatannya terh adap mandat misi Allah dalam menjangkau setiap orang yang belum percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Gereja dalam melakukan misi, harus menjangkau semua golongan, dalam hal ini gereja tidak membuat suatu patokan atau batasan dalam melaksanakan misi Allah. Karena misi Allah adalah misi yang universal yang harus dilakukan oleh semua gereja. Gereja harus memperluas pengetahuannya tentang misi, sehingga dapat menjalankan misi Allah. Gereja tidak lagi berputar-putar pada diri sendiri melainkan harus memikirkan dan menjangkau seluruh suku bangsa yang belum percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Gereja juga mempelajari firman Tuhan dengan tekun, sehingga semua pengajaran yang disampaikan kepada orang-orang yang belum percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dapat sungguh dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Mengacu pada pemaparan di atas, maka penulis memberikan beberapa rekomendasi yang berupa saran, yang ditunjukkan kepada gereja-gereja yang bertanggungjawab untuk dapat menjalankan misi Allah. Tugas gereja Tuhan masa kini adalah menjalankan misi Allah dengan benar dan dapat dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Dalam memberitakan firman Allah kepada jemaat, tidak hanya dalam pemberitaannya berisi tentang moral, memiliki karakter yang baik, rajin berdoa, rajin membaca Alkitab, mengikuti ibadah di gereja dan membawa persembahan. Tetapi juga tugas seorang Pendeta adalah sebagai mediator berkat, yang harus menjadi teladan dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin yang handal. Itu sebabnya gereja Tuhan perlu melaksanakan misi Allah secara serius, juga mampu merealisasikan misi tersebut kepada jemaat, agar jemaat juga dapat menyadari bahwa misi Allah adalah penting untuk dilakukan dengan sungguh-sungguh dan kelak akan dipertanggung jawabkan kepada Allah. Seorang pemimpin gereja harus memiliki hati untuk menolong orang-orang yang ada di luar Kristus. Hal ini tidak terbatas pada pelayanan Firman Tuhan tetapi juga dituntut lewat sikap hidup seorang pemimpin gereja. Tugas seorang pemimpin gereja adalah mempersiapkan dan membina jemaat untuk menjadi berkat, garam dan terang dalam keluarga, gereja, masyarakat, negara dan dunia melalui pemberitaan Injil.
ESENSI KEPEMIMPINAN DALAM PERSPEKTIF PERJANJIAN LAMA Wilianus Illu
Missio Ecclesiae Vol. 6 No. 2 (2017): Oktober
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v6i2.75

Abstract

Penulis menyimpulkan bahwa memang kepemimpinan di abad postmodern ini telah mengalami krisis yang sangat signifikan yang merambat pada semua elemen dalam bidang kehidupan manusia, mengapa tidak? Karena para pemimpin lebih kepada kepentingan pribadi, keluarga, kelompok dan komunitas yang mendukungnya sebagai pemimpin. Yang lebih ironisnya adalah massa atau komunitas yang tadinya mendukung, namun ada hal-hal teknis yang kemudian berbeda pendapat antara massa atau komunitasnya dengan pemimpinnya. Sebagai reaksinya seorang pemimpin langsung mengambil keputusan dengan cara memecat. Maka dalam tulisan-tulisan sebelumnya dalam makalah ini secara gamblang telah menjelaskan bahwa krisis ini bukan hanya terjadi pada kepemimpinan yang sekuler saja, melainkan terjadi pada kepemimpinan gereja, yayasan bahkan lembaga Kristen lainnya juga telah mengalami krisis yang begitu berbahaya bagi kepemimpinan sekarang maupun pada kepemimpinan yang akan datang. Jika tidak segera dibuat standar pembaharuan-pembaharuan di dalamnya, tentu akan memunculkan permasalah-permasalahan yang baru lagi.
UPAYA GEREJA DALAM PEMBINAAN USIA REMAJA YANG MELAKUKAN HUBUNGAN “FREE SEKS” Wilianus Illu; Olivia Masihoru
Missio Ecclesiae Vol. 9 No. 1 (2020): April
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v9i1.120

Abstract

Free Sex dan hamil pranikah menjadi potret buram kehidupan remaja saat ini di Indonesia. Seks bebas (free sex), hamil di luar nikah, aborsi, perkosaan, pelecehan seksual, peredaran VCD porno, pornografi, dan pornoaksi merajalela di kalangan remaja saat ini. Hal ini pada satu sisi dapat merisaukan public pada umumnya, misalnya merisaukan lingkungan masyarakat, dunia pendidikan keluarga, sekolah bahkan pendidikan di gereja. Akan tetapi pada aspek lain terdapat orang-orang yang memiliki dorongan yang berangkat dari hati nuraninya sehingga memiliki kepedulian dan keberpihakan terhadap para remaja yang melakukan hubungan free sex. Tipikal yang demikian memiliki inisiatif sendiri untuk menolong orang-orang yang mengalami dan khususnya bagi remaja. Biasanya perihal yang dilakukan adalah berinisiasi untuk mengumpulkan mereka dan menyampaikan materi-materi yang berkaitan dengan free sex agar mengurangi lajunya pergerakan yang semakin dinamis dalam realiata yang ada. Pada umumnya Etika Kristen tidak membenarkan tentang hubungan seks bebas atau free sex, baik yang dilakukan oleh oknum-oknum yang berkeluarga, orang dewasa dalam hal ini yang belum menikah, ataupun oleh pemuda-pemudi bahkan remaja-remaja. Upaya Kristen dalam menangani kasus-kasus yang terjadi pada remaja tentu mengacu pada beberapa pola yang sesuai standar Alkitab. Pola-pola yang penulis maksudkan adalah upaya melalui tinjauan Alkitab tentang seksualitas, melalui pendidikan gereja, melalui pendidikan keluarga, sekolah, melalui pendekatan kontribusi terhadap budaya, masyarakat, dan melalui kontribusi terhadap pemerintah setempat. Supaya elemen-elemen tersebut saling interdepedensi dalam mengatasi free sex yang belakangan ini marak terjadi di kalangan para remaja di Indonesia. Metode yang digunakan dalam kajian jurnal ini adalah metode deskiptif dengan pendekatan literatur dan fakta data sesuai yang berkorelasi dengan judul utama dan sub-sub judul. Hasil yang ditemukan dalam kajian ini mencakup peran gereja tidak terbatas pada internal gereja melainkan berperan akif juga di luar gereja khususnya peran dalam mengantisipasi lajunya free sex yang signifikan.
Analisis Dampak Perilaku Minum Tuak/Thockh Pada Remaja Usia 12-18 Tahun Di Desa Kaera Padangsul Alor-NTT Wilianus Illu; Sulaiman Sulaiman; Olivia Masihoru
Missio Ecclesiae Vol. 12 No. 2 (2023): Oktober
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v12i2.207

Abstract

Tuak/thockh is an alcoholic drink in the village of Kaera-Padangsul. Tuak is believed by the Padangsul people to be a heritage from their ancestors that must be preserved. The aim of this research is to determine the causes and impacts of consuming alcoholic drinks such as palm wine by teenagers aged 12-18 years. This research uses a qualitative-descriptive method which is carried out by researchers, through and within the method steps. One of them is that the researcher conducted field research in mid-September-October 2023. The researcher conducted in-depth observations and interviews with 5 (five) informants. Researchers found results that show that the main problem in teenagers aged 12-18 years consuming palm wine is caused by family/parental, cultural, economic, social, health, educational and spiritual factors. This has a significant impact on their education, namely they do not continue their education (drop out of school). Damages physical health such as coughing up blood, lung disease. Fights with friends, even with his biological parents, has no self-confidence, talks a lot, is lazy at work. Don't pray, don't go to places of worship, and don't read the holy books. Starting from this basis, all elements within the Kaera Padangsul village community need to network and work together to assist in the development of teenagers aged 12-18 years, so that the future of teenagers at that age can be achieved in accordance with their dreams and their lives. will be better and more prosperous.
Analisis Hukum Kompensasi Mata Ganti Mata Gigi Ganti Gigi dalam Keluaran 21:22-25 Illu, Wilianus
Te Deum (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Vol 14 No 1 (2024): Juli-Desember 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAPPI Ciranjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51828/td.v14i1.382

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi implikasi hukum kompensasi mata ganti mata dan gigi ganti gigi sebagaimana yang diatur dalam Keluaran 21:22-25. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis teks Alkitab untuk memahami aturan hukum yang berkaitan dengan kompensasi mata ganti mata dan gigi ganti gigi serta mencari pemahaman tentang konteks sosial dan hukum di masa lalu saat aturan tersebut dirumuskan. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa aturan hukum tentang kompensasi mata ganti mata dan gigi ganti gigi merupakan peraturan yang adil dan merujuk pada prinsip penggantian kerugian. Selain itu, aturan ini juga memperlihatkan adanya peningkatan nilai-nilai manusiawi dalam sistem hukum pada masa lalu.
Implikasi Studi Hermeneutika Teologis Mengenai Tuhan Mengutus Roh Dusta Menurut 1 Raja-Raja 22:20-22 Illu, Wilianus; Praing, Jitro Remi
Makarios: Jurnal Teologi Kontekstual Vol 3 No 1 (2024): Mei
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/mak.v3i1.248

Abstract

Tuhan Mengutus Roh Dusta adalah sebuah konsep yang muncul dalam Alkitab, khususnya pada 1 Raja-raja 22:20-22. Konsep ini menunjukkan bahwa pada saat tertentu, Tuhan mengizinkan roh jahat untuk memimpin orang-orang yang hidup dalam ketidakbenaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami pengertian dan implikasi konsep Tuhan Mengutus Roh Dusta dalam konteks kepercayaan Kristiani. Peneliti menggunakan penelitian pendekatan kualitatif dengan metode hermeneutika teologis yakni dengan melakukan studi eksploratori terhadap teks Alkitab dan melakukan analisis berdasarkan konteks historis dan sosial yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep Tuhan Mengutus Roh Dusta memiliki implikasi yang penting dalam kepercayaan Kristiani, khususnya dalam mengenai kebenaran dan keikhlasan. Konsep ini mengajarkan bahwa Tuhan memiliki kuasa penuh atas segala sesuatu, termasuk kejahatan dan ketidakbenaran. Namun, kepercayaan bahwa Tuhan mengizinkan roh jahat untuk memimpin hidup seseorang juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam praktik keagamaan. Dalam kesimpulannya, penelitian ini menunjukkan bahwa pengertian Tuhan Mengutus Roh Dusta dapat membuka wawasan dan memperkaya pemahaman tentang kepercayaan Kristiani. Namun, penting bagi orang-orang yang hidup dalam kepercayaan tersebut untuk memahami implikasi yang terkait dengan konsep ini agar dapat membantu mereka tumbuh dan berkembang secara spiritual.