Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Efektivitas Ekstrak Daun Lamtoro (Leucaena leucocephala L) sebagai Alternatif Penyembuhan Luka Abrasi Risty Elia Eritriana; Azizah Hana Rosiana; Yulia Tantri; Endri Ekayamti
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 10, No 4 (2019): Oktober 2019
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf10409

Abstract

Abrasion wounds occur due to skin rubbing against other objects that are usually with objects that are not sharp. The incidence of abrasion injuries ranks first in the incidence of injury, and this requires an alternative treatment to speed up the recovery process. Lamtoro leaves (leucaena leucocephala l) are known to contain several compounds such as saponins, tannins, alkaloids, and flavonoids. This compound has benefits including antioxidants, anti-inflammatory and analgesics. This study aimed to analyze the effectiveness of lamtoro leaf extract ointment (leucaena leucocephala l) as an alternative to abrasion wound healing. The samples used were 25 male white mice, which were divided into five treatment groups. Group (P1) applied 10% lamtoro leaf extract ointment, group (P2) applied 15% lamtoro leaf extract ointment, group (P3) applied 20% lamtoro leaf extract ointment, group (P4) applied bethadine drug, and group (P5) only given ointment base. The treatment was carried out for seven days by observing the wound healing process every day. Based on statistical analysis, there was no significant difference in the treatment group given 10%, 15%, 20% and bethadine ointment, and there was a significant difference between groups (P3) with 20% ointment compared to the treatment group (P5) which only given ointment base. The results of the study showed that clinically the 20% Lamtoro extract ointment was more effective at healing abrasion wounds. Keywords: abrasion wounds; lamtoro leaves ABSTRAK Luka abrasi terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam. Angka kejadian luka abrasi menempati urutan pertama dari kejadian cidera, dan hal ini memerlukan alternatif penanganan untuk mempercepat poses penyembuhan. Daun lamtoro (Leucaena leucocephala l) diketahui mengandung beberapa senyawa seperti saponin, tanin, alkaloid, dan flavonoid. Senyawa ini mempunyai manfaat antara lain antioksidan, antiinflamasi dan analgesik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas pemberian salep ekstrak daun lamtoro (Leucaena leucocephala l) sebagai alternatif penyembuhan luka abrasi. Sampel yang digunakan 25 ekor mencit putih jantan, yang terbagi dalam lima kelompok perlakuan. Kelompok (P1) dioleskan salep ekstrak daun lamtoro 10%, kelompok (P2) dioleskan salep ekstrak daun lamtoro 15%, kelompok (P3) dioleskan salep ekstrak daun lamtoro 20%, kelompok (P4) dioleskan obat bethadine, dan kelompok (P5) hanya diberikan basis salep. Perlakuan dilakukan selama tujuh hari dengan melakukan pengamatan terhadap proses penyembuhan luka setiap hari. Berdasarkan analisis statistik didapatkan tidak ada perbedaan yang bermakna pada kelompok perlakuan yang diberikan salep 10%, 15%, 20% dan bethadine, dan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok (P3) dengan ektrak salep 20% dibandingkan dengan kelompok perlakuan (P5) yang hanya diberikan basis salep. Hasil penelitian menunjukkan secara klinis salep ekstrak lamtoro 20% lebih efektif menyembuhkan luka abrasi. Kata kunci: luka abrasi; daun lamtoro
HUBUNGAN BULLYING VERBAL TERHADAP PENERIMAAN DIRI DAN HARGA DIRI REMAJA DI KELURAHAN KARANGTENGAH KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI Endri ekayamti; Dika Lukitaningtyas
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Vol. 5 No. 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perilaku bullying saat ini masih banyak kita temukan di masyarakat, terutama dikalangan remaja, dan bullying yang paling sering dilakukan adalah bullying verbal seperti menjuluki, mengejek, meledek, menuduk dan menebar gosib. Perilaku bullying ini berdampak negative pada tugas perkembangan remaja. Dampak yang diakibatkan tidak hanya pada korban, tetapi juga pada pelaku serta penonton bullying. Pada korban salah satunya berpengaruh pada penerimaan diri dan harga diri remaja, jangka panjang remaja bisa ke perilaku depresi dan bunuh diri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan bullying verbal pada penerimaan diri dan harga diri remaja. Metode penelitian adalah cross sectional dengan populasi remaja di Kelurahan Karangtengah Kabupaten Ngawi sejumlah 138 remaja. Besar sampel yang dihitung didapatkan 102 responden dengan tehnik pengambilan sampel simple random sampling. Data dikumpulkan dengan kuesioner Bulllying verbal, penerimaan diri dan Harga diri, kemudian dilakukan uji analisis menggunakan korelasi spearman. Hasil penelitian didapatkan terdapat hubungan yang signifikan antara bullying verbal dengan penerimaan diri dengan nilai p=0,037 (p<0,05). bullying verbal dengan harga diri remaja dengan nilai p=0,000 (p<0,05), dan terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan diri dengan harga diri remaja dengan p=0,000 (p<0,05). Remaja yang mendapatkan perilaku bullying secara verbal berpotensi menurunkan penerimaan diri disertai penurunan kepercayaan diri, dan secara perlahan mengikis harga diri mereka. Remaja yang mampu menerima dirinya dengan baik akan berpengaruh terhadap harga dirinya.
PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL DAN HARGA DIRI REMAJA RETARDASI MENTAL RINGAN MELALUI MODELING PARTISIPAN TEMAN SEBAYA Endri Ekayamti
Media Keperawatan:Politeknik Kesehatan Makassar Vol 11, No 1 (2020): Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Publisher : Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (270.234 KB) | DOI: 10.32382/jmk.v11i1.1525

Abstract

Latar Belakang: Remaja Retardasi Mental (RM) di masyarakat menunjukkan masalah yang lebih banyak pada keterampilan sosialnya. Berbagai macam masalah bisa terjadi pada remaja RM sehingga keterampilan sosial menjadi penting didalam mengatasi permasalah sehari-hari meraka. Tidak optimalnya keterampilan sosial pada remaja RM dapat mengakibatkan munculnya masalah harga diri rendah. Masa remaja merupan tahap pencarian identitas sehingga perlu di latih dan di didik. Pada masa ini juga remaja perlu dipersiapkan untuk melakukan hubungan sosial di masyarakat, menjalin komunikasi terbuka dengan keluarga, dan mempersiapkan mereka memasuki dunia kerja. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan desain pre-post control group, penelitian dilakukan pada 52 remaja RM ringan yang terbagi dalam kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, dimana kelompok perlakuan diberikan intervensi modeling partisipan dengan bantuan teman sebaya yang dilakukan selama satu bulan. Hasil: Pada uji wilcoxon untuk variabel keterampilan sosial pada kelompok intervensi didapatkan nilai (p=0.000), kelompok kontrol (p=0,015), pada variabel harga diri kelompok perlakuan didapatkan nilai (p=0.000) sedangkan kelompok kontrol (p=0,005). Uji Man-Whitney  didapatkan nilai (p=0,005) pada keterampilan sosial dan (p=0,019) pada harga diri yang berarti terdapat perbedaan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kesimpulan: Remaja RM dapat diberikan intervensi modeling partisipan melalui contoh model dari teman sebaya untuk meningkatkan keterampilan sosial dan harga dirinya.
Pencegahan Dampak Perilaku Bullying Terhadap Perkembangan Psikologis Remaja Melalui Edukasi Orang Tua di Desa Purwosari Kecamatan Kwadungan Kabupaten Ngawi Endri Ekayamti; Dika Lukitaningtyas
Jurnal Pengabdian Kesehatan Vol 5, No 2 (2022): Jurnal Pengabdian Kesehatan
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) STIKES Cendekia Utama Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31596/jpk.v5i2.168

Abstract

Bullying adalah perilaku agresif yang disengaja dan dilakukan secara berulang-ulang untuk menyerang orang lain, dan perilaku bullying ini lebih sering terjadi dikalangan remaja. Remaja dengan masa pencarian jati diri memerlukan pendampingan yang tepat supaya tidak terjerumus ke perilaku yang negative. Pembentukan perilaku dan karakter anak bergantung dari pola asuh yang diterapkan oleh orang tua. Apabila anak mendapatkan perhatian dan pendidikan yang baik dari keluarga, maka anakpun akan besperilaku sesuai dengan norma sosial yang berlaku dilingkungannya. Perilaku bullying yang sering terjadi dikalangan remaja di anggap hal yang biasa oleh sebagian orang, padahal apabila perilaku ini terus berlanjut dapat berdampak seriaun terhada perkembangan remaja, baik itu bagi korban, pelaku, dan penonton bullying. Tujuan pengabdian adalah meningkatkan pengetahuan orangtua tentang perilaku bullying dan dampaknya terhadap perkembangan psikologis remaja. Metode yang digunakan dalam pengabdian masyarakat adalah penyuluhan dengan populasi target adalah orang tua warga desa Purwosari yang memiliki anak di usia remaja sejumlah 54 orang.  Hasil dari kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh tim pengabdi dari Akper Pemkab Ngawi berjalan lancar Semua peserta antusias di dalam mengikuti kegiatan penyuluhan dibuktikan dengan banyaknya pertanyaan dari orang tua terkait dengan tindakan bulying dan dampaknya pada remaja. Untuk selanjutnya diharapkan orang tua lebih memperhatikan anak-anaknya yang saat ini sedang berada dimasa pertumbuhan baik secara fisik maupun psikologis.
TERAPI NON FARMAKOLOGI SEBAGAI BENTUK SWAMEDIKASI LANSIA DALAM MANAJEMEN NYERI OSTEOARTRITIS: NON-PHARMACOLOGICAL THERAPY: ELDERLY SWAMEDICATION IN OSTEOARTHRITIS PAIN MANAGEMENT Endri Ekayamti
Jurnal Pengabdian Masyarakat Kesehatan Vol. 7 No. 2 (2021): JPM | September 2021
Publisher : LPPM - STIKES Pemkab Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33023/jpm.v7i2.878

Abstract

Lansia merupakan masa dimana orang akan mengalami penurunan akibat proses menua (aging) yang ditandai oleh perubahan fisik maupun psikologis yang akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Salah satu gangguan yang dirasakan adalah fungsi muskuloskeletal seperti nyeri sendi (osteoarthritis). Nyeri sendi pada lansia dapat diatasi secara farmakologi ataupun non farmakologi. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberdayakan kemampuan lansia dalam mengatasi permasalahan nyeri sendi melalui swamedikasi terapi non farmakologi. Metode yang digunakan adalah penyuluhan serta pelatihan terapi non farmakologi. Pelatihan terapi non farmakologi yang diberikan meliputi senam rematik dan pembuatan obat-obat tradisonal untuk mengatasi nyeri sendi pada lansia. Kegiatan diikuti oleh 43 peserta, kegiatan penyuluhan dan pelatihan dilaksanakan di posyandu lansia desa balongcapang yang didampingi oleh perawat koordinator dari puskesmas Pangkur, bidan desa, dan kader dari posyandu lansia Desa Balongcapang. Pelaksanaan evaluasi monitoring kegiatan dilakukan selama tujuh hari. Hasil kegiatan menunjukkan penyuluhan tatalaksana terapi nonfarmakologi dalam rangka menurunkan nyeri sendi sangat bermanfaat terhadap lansia, dibuktikan dengan antusiasnya peserta dalam mengikuti kegiatan mulai dari awal hingga akhir. Hasil evaluasi dari pelatihan senam rematik dan terapi herbal dengan kompres jahe sebagian besar lansia dapat mengikuti dan mempraktikkannya sendiri di rumah masing-masing, serta terbukti mampu mengurangi nyeri sendi yang dirasakan lansia.
Pemberdayaan Masyarakat dalam Melakukan Manajemen Penyakit Kronis sebagai Langkah Preventif Terjadinya Komplikasi Penyakit Ginjal Kronik Dhian Luluh Rohmawati; Endri Ekayamti; Rini Komalawati
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 5, No 11 (2022): Volume 5 No 11 November 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v5i11.7542

Abstract

ABSTRAK Penyakit kronis merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan, yang berlangsung lama yang dapat menyebabkan kematian. Prevalensi global dari penyakit kronis diproyeksikan akan terus meningkat selama beberapa decade mendatang. Oleh karena itu diperlukan penyuluhan tentang manajemen penyakit kronis sebagai langkah preventif terjadinya penyakit ginjal kronik. Sasaran pengabdian ini adalah warga yang menderita penyakit kronis. Peserta dapat melakukan pemeriksaan kesehatan dan mendapatkan ilmu mengenai manajemen penyakitnya. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang cara mengelola penyakitnya sehingga terhindar dari penyakit ginjal kronik. pemeriksaan kesehatan dilakukan di awal acara meliputi, tekanan darah, berat badan, kadar gula darah, asam urat dan kolesterol. Selanjutnya peserta mengikuti penyuluhan yang dilakukan dengan ceramah dan diskusi. Hasil dari pemeriksaan kesehatan didapatkan bahwa sebagian besar warga memiliki tekanan darah tinggi dan asam urat tinggi, beberapa warga mengalami gula darah tinggi dan kolesterol tinggi. Peserta sangat antusias mengikuti penyuluhan karena mereka merasa perlu mendapatkan ilmu mengenai manajemen penyakitnya. Kegiatan ini dilakukan sebagai langkah preventif bagi warga agar tidak mengalami komplikasi penyakit ginjal kronis. hal ini yang menjadi dasar kegiatan pengabdian masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku dalam mengelola penyakitnya. Kata Kunci: Manajemen Penyakit Kronis, Penyakit Ginjal Kronik  ABSTRACT Chronic disease is a disease that can cause tissue damage, which lasts a long time and can lead to death. The global prevalence of chronic diseases is projected to continue to increase over the next few decades. Therefore, education about chronic disease management is needed as a preventive measure for chronic kidney disease. The target of this service is residents who suffer from chronic diseases. Participants can carry out health checks and gain knowledge about disease management. This is expected to increase their knowledge and understanding of how to manage their disease to avoid chronic kidney disease. Health checks carried out at the beginning of the event included blood pressure, weight, blood sugar levels, uric acid, and cholesterol. Furthermore, participants followed the counseling which was carried out with lectures and discussions. The results of the health examination found that most of the residents had high blood pressure and high uric acid, and some had high blood sugar and high cholesterol. Participants were very enthusiastic about participating in the counseling because they felt the need to gain knowledge about disease management. This activity is carried out as a preventive measure for residents so as not to experience complications of chronic kidney disease. this is the basis for community service activities to improve knowledge, attitudes, and behavior in managing their disease. Keyword : Chronic Disease Management, Chronic Kidney Disease