Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

SOCIAL RELATIONS IN THE TORAJA COMMUNITY 1945-1947 Limola, Fajar Sidiq; Makkelo, Ilham Daeng; Amir, Amrullah
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 11, No 2 (2020)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36869/wjsb.v11i2.82

Abstract

This research aims to provide an overview of Torajan social relationship, particularly in 1945-1947 when the Dutch took over the government. Toraja is an area with abundant social history, one of them is its social structure. The existence of society groups living in Toraja are related to one another. The relationship between society in their social life is very important, considering that in their daily lives they impose a class system in treating people in Tana Toraja, even it still survives until now. The method used in this research is the historical method ang the initial data collection uses archival and literature studies. The result of this research indicates that the traditional social life of Toraja with a class system, such as Kaunan or slaves and others, is still ongoing, even though the Dutch has abolished the status of slaves in their administrative areas. Besides, this research also shows that the government group is treated as a separate social group by the local people in Toraja.
PERGERAKAN PEJUANG PEREMPUAN DI KOTA MAKASSAR PASCA KEMERDEKAAN 1945-1960 Burhanuddin, Burhanuddin; Makkelo, Ilham Daeng
Historia Vol 6 No 2 (2023): Budaya dan Ekonomi
Publisher : History Department, Faculty of Humanities, University of Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/jh.v6i2.42598

Abstract

This research aims to explain the dynamics of the women's movement in Makassar City after the Indonesia Proclamation of Independence (1945-1960). During the physical revolution, women participated in the battlefield by involving themselves as nurses, taking care of public kitchens, and being active in the army. Once Indonesia received recognition of sovereignty, women began to form and develop various organizations that were active in the social, economic, educational, cultural, and political fields. In Makassar, female figures such as Emmy Saelan, Siti Mulyati Hasyim, Salawati Daud, and Milda Mathilda Towoliu were recognized. By 1955, some of them were actively involved in the Indonesian parliament. This research relies on historical research by tracing static archives, magazines, and newspapers of the time along with related literature. The research found that the experience during the physical revolution, followed by the regional upheaval in the 1950s, became the background for the women's ideas of unity and love for the motherland, involving themselves in politics in Makassar. Keywords: Equality movement; Women heroes; Makassar City
Arus Balik Kekuasaan di Sulawesi Selatan Abad ke-17 Anawagis, Fian; Syukur, Syamzan; Makkelo, Ilham Daeng
JURNAL JAWI Vol 6 No 2 (2023): Islam dan Budaya Lokal
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/00202361865000

Abstract

Artikel ini mengkaji tentang persaingan antara dua kekuatan politik (Gowa-Tallo dan Bone) yang melahirkan persekutuan dan perseteruan di Sulawesi Selatan pada abad ke-17. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang mencakup heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Sumber yang digunakan adalah sumber lokal dan sumber asing untuk menjawab fokus kajian ini. Hasil penelitian menemukan bahwa arus balik kekuasaan di Sulawesi Selatan dipicu oleh persekutuan dan perseteruan antara kerajaan-kerajaan di Makassar dan Bugis, serta diperparah oleh keterlibatan Belanda yang mengakibatkan terjadinya perang Makassar (1666-1669). Perang ini menjadi titik balik kekuasaan di Sulawesi Selatan, yang mengakhiri supremasi politik Makassar dan bangkitnya kekuatan baru di bawah Kerajaan Bone pimpinan Arung Palakka. Selain mengungsian penduduk secara besar-besaran ke luar Sulawesi Selatan, dampak persaingan itu masih eksis sampai sekarang, ketika akhir tahun perang itu (1669) dijadikan tonggak hari jadi Sulawesi Selatan. Cara ini kurang tepat sebagai acuan momen kebangkitan kelompok tertentu dan kehancuran kelompok lain, sehingga perlu ditinjau kembali agar tidak mengekalkan primordialisme dalam sejarah Sulawesi Selatan.  
Kembali ke Pangkuan NKRI: Sulawesi Selatan dalam Mata Rantai Sejarah Partai Masyumi Amri, Khaerul; Makkelo, Ilham Daeng; Amir, Amrullah
Jurnal Pattingalloang Vol. 10, No. 3 Desember 2023
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pattingalloang.v10i3.51690

Abstract

Kajian ini fokus pada dinamika politik Partai Masyumi sebagai penanda sejarah terbentuknya wajah Indonesia yang baru. Pandangan Fraksi Partai Masyumi melalui Mosi Integral Natsir dalam Sidang  Parlemen membuka jalan lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kajian ini menggunakan metode sejarah, yang merumuskan permasalahan penelitian berdasarkan perspektif sejarah. Tahapan yang dilakukan meliputi: pencarian dan pengumpulan sumber (heuristik), kritik sumber (seleksi data), interpretasi (penafsiran), dan penyajian atau penulisan sejarah (historiografi). Hasil Kajian ini menunjukkan bahwa peran sakral Partai Masyumi mengembalikan keutuhan bangsa Indonesia sangatlah besar. Dibalik kursi elit parlemen lahir sebuah gagasan monumental. Gagasan ini diikuti dengan kobaran semangat panji bulan bintang di Sulawesi Selatan Tenggara melalui sejumlah program metodik kepartaian. Partai Masyumi mampu memenangkan kontestasi politik dengan mendominasi perolehan suara di daerah pemilahan dua belas. Hal ini juga menandai kedigdayaan para pemikir sekaligus politisi Islam yang bahu-membahu merebut simpati rakyat pada pemilu perdana negeri ini.Kata Kunci: Islam, Masyumi, Pemilu                                                AbstractThe political dynamics of the Masyumi party are the main subject of this study since they have historically signaled the appearance of a fresh face in Indonesia. The unitary state of the Republic of Indonesia was founded thanks to the opinions of the Masjumi party faction expressed by Natsir's integral motion in the parliamentary session. The historical approach, which frames research questions in historical context, is used in this study. Research and source gathering (heuristics), source analysis (selection of material), interpretation (interpretation), and presentation or historiography (history) are the steps that are taken. The findings of this study show how crucial the Masjumi party's holy role is in restoring Indonesia's integrity. Behind the elitist seats in the legislature, a revolutionary concept emerged. . The Spirit of the Moon and Stars Banner in South and Southeast Sulawesi adopted this concept and implemented a number of meticulous celebration programs. By controlling the voting in the twelve divisions, the Masyumi Party was able to prevail in the political struggle. This demonstrates the superiority of Islamic political leaders and philosophers, who collaborated to appeal to voters during this nation's first election.Keywords: Islam, Masyumi, Election