Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Representasi Etnis Melalui Fokalisasi Dalam Novel Peroesoehan di Koedoes Karya Tan Boen Kim (Sebuah Analisis Naratologi) Rosalita, Rosalita; Dewojati, Cahyaningrum
Metahumaniora Vol 14, No 1 (2024): METAHUMANIORA, APRIL 2024
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/metahumaniora.v14i1.51214

Abstract

Novel Perosesoehan di Koedoes karya Tan Boen Kim merupakan catatan novelisasi sejarah perusuhan anti-Cina di Kudus tahun 1918 yang diakibatkan konflik etnis antara pribumi dan Tionghoa yang terjadi karena faktor paradigma struktural, yaitu adanya masalah ekonomi diakibatkan dari perebutan sumber daya – teritorial perekonomian dan perebutan tenaga kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis novel Peroesoehan di Koedoes dengan menggunakan teori naratologi Gerard Genette mengenai fokalisasi. Fokalisasi berasal dari kata fokus yang berarti kancah perhatian, perspektif cerita, atau sudut pandang yang nantinya untuk melihat sudut pandang secara sosiologis mengenai keberadaan fakta, bagaimana dan dari sudut mana tokoh-tokoh dan kejadian dilihat. Selanjutnya, peneliti akan melihat bagaimana representasi etnis yang muncul dari bentuk fokalisasi yang digunakan oleh pengarang. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan menganalisis teks kemudian mengaitkannya dengan teori fokalisasi Gerard Genette. Sumber data merupakan narasi dan dialog antar tokoh dalam novel Peroesoehan di Koedoes karya Tan Boen Kim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa novel Peroesoehan di Koedoes menggunakan dua teknik fokalisasi, yaitu fokalisasi nol (zero focalization) dan fokalisasi internal (internal focalization). Fokalisasi nol yaitu narator mahatahu ditempati oleh pengarang. Ia menempatkan dirinya dalam setiap rangkaian peristiwa yang ada, bahkan Tan Boen Kim dapat mengetahui berbagai fakta tentang beberapa tokoh, bentuk fisik, gerakan, cara berpikir hingga perasaan mereka. Selanjutnya adalah fokalisasi internal di mana beberapa tokoh memfokalisasi tokoh lainnya, untuk menjelaskan sifat tokoh lainnya. Representasi etnis yang terjadi dalam novel Peroesoehan di Koedoes adalah representasi etnis pribumi dan etnis Tionghoa. Etnis pribumi digambarkan sebagai orang yang pelit dan hanya tahu di untung saja dan tidak memperhatikan nasib para kuli. Ini berbanding terbalik dengan etnis Tionghoa yang digambarkan oleh Tan Boen Kim dalam novelnya, bahwa mereka memiliki kemurahan hati, mau memberikan utang/vorschoot, jujur dalam berdagang, dan mau memperhatikan nasib para kulinya.
تحليل الإشارة الشخصية (Deiksis Persona) في حكاية الحديث الثالث من كتاب مواعظ العصفورية Saidah, Siti Saidatul Fitriah Lailatul Badriah; Rohanda, Rohanda; Rosalita, Rosalita
Lughaat: Journal of Arabic Linguistics Vol. 1 No. 2 (2025): September 2025
Publisher : Departement of Arabic Language and Literature

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/lughaat.v1i2.1352

Abstract

The study of language, commonly referred to as linguistics, encompasses various subfields, one of which is pragmatics. Within pragmatics, there are further areas of study, including deixis. Deixis is an essential aspect often used in both oral and written communication, such as in hikayat (classical Malay literary works). Hikayat is a type of written literary work widely read for its moral lessons, including in the Hikayat Hadis Ketiga from the book al-Mawa'izh al-Ushfuriyah. This study aims to identify the forms and contextual meanings of personal deixis in the Hikayat Hadis Ketiga of the book al-Mawa'izh al-Ushfuriyah. The research method employed is descriptive analysis with a qualitative approach. The data consists of personal deixis found in the Hikayat Hadis Ketiga. Data collection was carried out using the listening and note-taking techniques. The data analysis process involved reading, identifying, categorizing, analyzing, and concluding. The results of this study indicate that the Hikayat Hadits Ketiga from al-Mawa'izh al-Ushfuriyah predominantly uses third-person deixis compared to first and second-person deixis. The most frequently used third-person deixis includes dlomir bariz muttashil (ه) and dlomir moustatir jawaz (هو), which mostly refer to Ali Ra. and the Prophet Muhammad Saw.