Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PERAN PEMUDA DAN APARATUR DESA DALAM MENJAGA STABILITAS SERTA MENINGKATKAN WAWASAN HUKUM DALAM DEMOKRASAI PILKADA SERENTAK TAHUN 2024 Prasetya, Ahadi Fajrin; susilawati, susilawati
Jurnal Media Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 3 No. 2 (2024): JM-PKM
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37090/jm-pkm.v3i2.1960

Abstract

Pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan hukum serta menjaga stabilitas dalam Demokrasi Pilkada Serentah Tahun 2024 di Desa Sukamaju Kec. Kedondong Kab. Pesawaran. Pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan mampu meningkatkan peran pemuda dan aparatur desa dalam menjaga stabilitas serta meningkatkan wawasan hukum dalam demokrasi pilkada serentak tahun 2024. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan adalah penyuluhan, ceramah dan diskusi. Hasil dari kegiatan ini adalah para peserta lebih menyadari pentingnya hak suara dan berpartisipasi dalam proses politik, termasuk tahapantahapannya, peran masing-masing lembaga terkait, dan pentingnya pemilihan yang adil dan demokratis. Kata Kunci: Peran Pemuda, Demokrasi, Pilkada
Limitation in The Right to Freedom of Thought, Conscience, and Religion (Forum Externum): Study of Ahmadiyya Muslim Community Case Mega Jaya, Belardo Prasetya; Nurikah, Nurikah; Prasetya, Ahadi Fajrin
Asy-Syir'ah: Jurnal Ilmu Syari'ah dan Hukum Vol 55 No 1 (2021)
Publisher : UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ajish.v55i1.809

Abstract

Abstract: According to General Explanation of Presidential Decree No. 1/PNPS/ 1965 on Prevention of Misuse and/or Blasphemy, there are six religions in Indonesia. There are Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, and Khong Cu (Confucius). It raises the issue of Indonesian who choose conscience or religions out of the six religions. One example is the Ahmadiyya Muslim Community who choose their conscience. Ahmadiyya Muslim Community often received public rejection and some limitations from the Government of Indonesia.  This paper aims to: (1) examine and analyze the international instrument about the limitation in the right to freedom of thought, conscience, and religion (Forum externum); (2) observe and value the limitation in the right to freedom of thought, conscience, and religion (Forum externum) in Indonesia (Ahmadiyya Muslim Community case). Deploying normative legal research, this research argues that the limitations in religious activities and sealing of several places of worship of the Ahmadiyya Muslim Community by the Government have a legal basis in the international law of externum forum principle and that- the Government limitation on religious activities of Ahmadiyya Muslim community is designed and applied to protect public safety, order, health, or morals or the fundamental rights and freedoms of others. Abstrak: Berdasarkan Penjelasan Umum Penetapan Presiden Republik Indonesia No. 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama. Hanya Ada 6 agama di Indonesia yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khonghucu (Confusius). Pembatasan enam agama tersebut menimbulkan persoalan mengenai bagaimana warga negara Indonesia yang memilih kepercayaan atau agama selain dari ke enam agama tersebut, seperti kelompok Muslim Ahmadiyya yang memiih kepercyaannya sendiri. Kelompok Muslim Ahmadiyya sering mendapatkan penolakan publik dan pembatasan-pembatasan dari Pemerintah Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menguji dan menganalisis instrumen internasional mengenai pembatasan hak untuk berfikir, berkeyakinan dan beragama (forum eksternum); dan (2) mengamati dan menilai bagaimana implementasi hak untuk berfikir, berkeyakinan dan beragama (forum eksternum) di Indonesia (kasus Kelompok Muslim Ahmadiyya). Dengan pendekatan hukum normatif, penelitian ini membuktikan bahwa pembatasan-pembatasan dalam melakukan kegiatan keagamaan dan penyegelan beberapa tempat ibadah jemaah Ahmadiyya oleh Pemerintah memiliki basis hukum dalam hukum internasional yakni prisip forum eksternum dan pembatasan pemerintah terhadap kelompok Muslim Ahmadiyya diterapkan demi tercipta keselamatan, ketertiban, kesehatan, atau kesusilaan umum, atau hak-hak dan kebebasan-kebebasan mendasar milik orang lain.
Penegakan Hukum Terhadap Perjudian Online Berdasarakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik Prasetya, Ahadi Fajrin; Rahayu, Astri
JUSTICIA SAINS - Jurnal Ilmu Hukum Vol 8, No 1 (2023): JUSTICIA SAINS: Jurnal Ilmu Hukum
Publisher : Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24967/jcs.v8i1.2272

Abstract

Gambling is a game where players bet using money to choose one option among several options where only one choice is correct and wins. Law enforcement against gambling is not optimal, gamblers and bookies are not punished according to applicable law, even though this gambling is clearly a criminal act that is against the law in Indonesia. The problems in this study are regarding Law Enforcement Based on Law Number 19 of 2016 Concerning Information and Electronic Transactions Against Online Gambling and What are the inhibiting factors in Law Enforcement Based on Law Number 19 of 2016 concerning Information and Electronic Transactions Against Online Gambling. This study uses Law enforcement theory from Lawrence Meir Friedman and Soerjono Soekanto's Inhibiting Factor Theory. The research method uses the type of empirical normative research. Research Results and Discussion: Law Enforcement Based on Law Number 19 of 2016 Concerning information and online gambling electronic transactions is to make preventive and repressive efforts. The inhibiting factors in law enforcement against online gambling are the legal factors themselves, human resource factors, facilities and community factors. The conclusions and suggestions in this study are that prevention efforts are needed by blocking sites that have gambling content as part of the government's efforts to eradicate online gambling crimes. Law enforcers should do more outreach to the public about the dangers of online gambling crimes.