Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Budaya Patriarki dan Kekerasan Terhadap Perempuan (Sejarah dan Perkembangannya) Israpil, Israpil
PUSAKA Vol 5 No 2 (2017): Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.791 KB) | DOI: 10.31969/pusaka.v5i2.176

Abstract

Masyarakat Indonesia secara kultural memang sangat kental dengan adat patriarki. Patriarki adalah konsep yang digunakan dalam ilmu-ilmu sosial, terutama dalam ilmu Antropologi. Konsep patriarki dan kekerasan terhadap perempuan menjadi pembahasan utama dalam makalah ini. Budaya patriarki secara turun temurun membentuk perbedaan perilaku, status dan otoritas antara laki-laki dan perempuan, distribusi kekuasaan laki-laki memiliki keunggulan dibanding dengan perempuan dalam satu atau lebih aspek, seperti penentuan garis keturunan (keturunan patrilineal eksklusif dan membawa nama belakang), hak-hak anak sulung, otonomi pribadi dalam hubungan sosial, partisipasi dalam status publik dan politik. Laki-laki memonopoli seluruh peran. Hubungan yang timpang itu seringkali memunculkan konflik di dalam masyarakat, terutama konflik dalam rumah tangga yang berujung pada tindak kekerasan terhadap perempuan.
Substansi Literasi Moderasi Beragama dalam Buku Tematik pada MIS Madani Alauddin Mukhtar, A. Hijaz; Israpil, Israpil; Suardi, Suardi
PUSAKA Vol 11 No 1 (2023): Pusaka Jurnal Khazanah Keagamaan
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk menginventarisasi dan mendeskripsi substansi moderasi beragama yang terkandung di dalam buku pembelajaran tematik siswa Madrasah Ibtidaiyah yang digunakan di Kabupaten Gowa. Pengamatan mengambil sampel pada Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Madani Alauddin Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian diawali pengumpulan data dan diolah dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Data primer didukung dengan kajian pustaka dengan memanfaatkan sumber data berupa buku tematik kelas I sampai kelas VI Edisi Revisi 2017. Penelusuran substansi literasi moderasi beragama pada buku tematik tersebut mengaitkan empat postulat moderasi beragama yaitu: 1) komitmen kebangsaan; 2) toleransi; 3) anti kekerasan; dan 4) akomodatif terhadap budaya lokal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa buku teks pembelajaran tematik MIS Madani Alauddin telah memuat substansi literasi moderasi beragama. Substansi literasi moderasi beragama pada buku tematik didominasi aspek muatan komitmen kebangsaan, yakni terkait Pancasila sebagai ideologi dan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia yakni pada tema tiga dan tema empat kelas I, tema satu kelas II, dan tema lima kelas IV. Muatan sikap Toleransi, substansinya terangkum pada tema satu dan tema tiga kelas II, yakni terkait hidup rukun dan mengharga perbedaan. Muatan sikap akomodatif terhadap budaya, substansinya terangkum pada tema tujuh kelas VI, yakni terkait keragaman budaya Indonesia yang merupakan warisan dari leluhur. Penjelasan moderasi beragama di dalam buku dimplementasikan oleh guru baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Substansi moderasi beragama pada buku-buku tematik didominasi muatan komitmen kebangsaan, hal ini berdampak positif kepada siswa madrasah terhadap pemahaman Pancasila sebagai dasar negara sejak dini.
SILARIANG DALAM PERSPEKTIF BUDAYA SIRI’ PADA SUKU MAKASSAR Israpil, Israpil
JURNAL PUSAKA : Media Kajian dan Pemikiran Islam Vol. 2 No. 2 (2015): Edisi 4
Publisher : LPPI Universitas Al-Qolam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35897/ps.v2i2.23

Abstract

Silariang or elopement is a social reality that is still happening in the tribal society of Makassar. Silariang is actually related withthe culture of siri '. This paper intends to reveal the causes and impacts silariang in Makassar tribe, which has negative implications mainly on the position of women in a family and society as a badge of honor (siri '). On the other hand, silariangp henomenon still occurs in Makassar tribe, although customs and traditions are very against it. The fact, that the cause of silariang in Makassar tribe is the economic factor, opposed matchmaking, social stratification, and the bad behavior of men. While the impact is strife within the family that led to the persecution, murder and moral sanctions. Even so,Silariang still occur, because the customary sanctions for offenders considered to be too mild, and well tolerance of the families who will receive back their son/daughter, known as maeabbaji (reconciliation).Keywords: Siri’, silariang, Makassar tribe.
BUDAYA PATRIARKHI DAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN Israpil, Israpil
JURNAL PUSAKA : Media Kajian dan Pemikiran Islam Vol. 5 No. 2 (2018): Edisi 10
Publisher : LPPI Universitas Al-Qolam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35897/ps.v5i2.177

Abstract

Culturally, Indonesian society is indeed very thick with patriarchal customs. Patriarchy is a concept used in the social sciences, especially in Anthropology. The concept of patriarchy and violence against women is the main discussion in this paper. Patriarchal culture has for generations shaped differences in behavior, status and authority between men and women, the distribution of male power has advantages over women in one or more aspects, such as the determination of lineage (exclusive patrilineal descent and carrying a last name), rights of firstborn children, personal autonomy in social relations, and participation in public and political status. Men monopolize all roles. The unequal relationship often creates conflicts within the community, especially conflicts within the household that lead to acts of violence against women.
Tolak Balak Local Traditions of Sea Rituals in the Sabu Tribe of East Nusa Tenggara in the Midst of Modern Culture Mustolehudin, Mustolehudin; Hamid, Wardiah; Dachlan, Muhammad; Israpil, Israpil
Indigenous Southeast Asian and Ethnic Studies Vol. 1 No. 2 (2025): September
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/iseaes.v1i2.19

Abstract

The Tolak Balak ritual is an important tradition performed by the Sabu tribe in East Nusa Tenggara to ask for protection and safety from evil spirits. This ritual has been going on for a long time and is an important part of the Jingitiu religious beliefs. However, the impact of modernization has caused some major difficulties. This article looks at how the Tolak Balak ritual is adapting to the rapidly evolving social, cultural, and technological changes in Sabu society. Although modernization and technological advances make it easy, they also affect the way this tradition is performed and how the younger generation perceives it. This study shows that Savunese people can maintain the essence and meaning of the Tolak Balak ritual by changing and updating its implementation even though the changing times are destroying it. In addition, the article links this tradition to broader conversations about the preservation of local cultural heritage amidst modernization and globalization. This article provides insight into the importance of the Tolak Balak tradition for the people of Savu and shows how local traditions can survive and thrive in the face of today's challenges.