Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

LITERATURE REVIEW: PENGARUH PUZZLE TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH AKIBAT HOSPITALISASI Priantiwi, Amri; Indriyani, Puji; Ningtyas, Rahaju
Journal of Nursing and Health Vol. 3 No. 2 (2018): Journal of Nursing and Health
Publisher : Yakpermas Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52488/jnh.v3i2.79

Abstract

Latar belakang: Anak yang mendapatkan perawatan di rumah sakit akan berpengaruh pada kondisi fisik dan psikologinya, hal ini disebut dengan hospitalisasi. Salah satu yang dapat dilakukan untuk mengatasi kecemasan adalah dengan terapi bermain puzzle.Tujuan: Mengetahui apakah ada pengaruh terapi bermain puzzle terhadap tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) akibat hospitalisasi. Metode: Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, sumber data diperoleh dari data sekunder dimana peneliti memperoleh sumber utama dari literatur-literatur yang berkaitan dengan fokus kajian dari tahun 2010-2019 dengan menggunakan jurnal dan buku-buku yang membahas tentang konsep kecemasan, anak prasekolah dan hospitalisasi yang dijadikan sebagai referensi, hanya 2 jurnal yang dijadikan landasan teori. Hasil ulasan literatur: Tingkat kecemasan yang dialami pada anak usia prasekolah pada saat hospitalisasi sebelum diberikan terapi bermain puzzle mengalami kecemasan sedang-berat, dan setelah diberikan terapi bermain puzzle tingkat kecemasan anak mengalami penurunan menjadi kecemasan ringan. Hal ini membuktikan bahwa adanya pengaruh terapi bermain puzzle untuk mengurangi tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah akibat hospitalisasi.Kata Kunci: Anak prasekolah; hospitalisasi; bermain puzzle.
PENGARUH BLADDER TRAINING TERHADAP PENURUNAN INKONTINENSIA URINE PADA PASIEN POST OPERASI BPH Septian, Dwi Fajar; Julianto, Eko; Ningtyas, Rahaju
Journal of Nursing and Health Vol. 3 No. 2 (2018): Journal of Nursing and Health
Publisher : Yakpermas Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52488/jnh.v3i2.83

Abstract

Latar Belakang : Tindakan yang sering dilakukan untuk mengatasi (BPH) adalah, Transurethral Resection of the Prostate (TURP). Guna melaksanakan TURP pasien harus dilakukan anestesi. Anestesi yang digunakan pada pembedahan TURP yaitu anestesi regional (spinal anastesi). Pada anestesi spinal dapat menyebabkan pasien tidak dapat merasakan distensi atau penuhnya kandung kemih. akibat pemasangan kateter dalam waktu yang lama sehingga dapat mengakibatkan kandung kemih tidak akan terisi dan berkontraksi selain itu juga dapat mengakibatkan kandung kemih akan kehilangan tonusnya. Otot detrusor tidak dapat berkontraksi dan pasien tidak dapat mengontrol pengeluaran urinnya, atau inkontinensia urine. Salah satu tindakan non farmakologi untuk mengatasi inontinensia adalah terapi bladder training, Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh bladder training terhadap penurunan inkontinensia urine pada pasien post operasi BPH, Metode: desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan , sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dimana peneliti memperoleh sumber utama dari literatur-literatur yang berkaitan dengan fokus kajian baik berupa jurnal maupun buku-buku yang membahas tentang pengaruh terapi meditasi terhadap penurunan Inkontinesia Urine, Hasil : Hasil pembahasan menunjukan bahwa terapi bladder training baik dengan metode delay urination maupun scheduled urination menjukan adanya pengaruh terhadap penuruna inontinensia urine pada pasien post operasi BPH. kondisi inkontinensia urine sebelum dan sesudah intervensi delay urination, diketahui seluruh pasien (100%) mengalami inkontinensia urine sebelum dilakukan intervensi delay urination, dan setelah dilakukan intervensi delay urination diketahui sebagian besar pasien (63,3%) masih mengalami kejadian inkontinensia urine dan hampir sebagian pasien (36,7%) mengalami perbaikkan yaitu dengan tidak menderita inkontinensia urine lagi. juga tidak jauh berbeda yaitu seluruh pasien (100%) mengalami inkontinensia urine sebelum dilakukan intervensi scheduled, Kesimpulan : Dari telaah jurnal yang ditiliti dapat disimpulkan bahwa bladder training dapat menurunkan inkontinensia pada pasien post BPH. Bladder training dapat menjadi terapi non farmakologi untuk menurunka inkontinensia pada pasien post operasi PBH.Kata Kunci: Transurethral Resection of the Prostate (TURP, Bladder Training, Inkontinesia Urine
PENGARUH PELAKSANAAN FISIOTERAPI DADA (CLAPPING) TERHADAP BERSIHAN JALAN NAPAS PADA ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONIA Sukma, Hernanda Ari; Indriyani, Puji; Ningtyas, Rahaju
Journal of Nursing and Health Vol. 5 No. 1 (2020): Journal of Nursing and Health
Publisher : Yakpermas Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52488/jnh.v5i1.112

Abstract

Latar belakang : Anak merupakan masa dimana organ-organ tubuhnya belum berfungsi secara optimal yang berakibat lebih rentan terhadap penyakit. Salah satu penyakit yang sering menyerang anak adalah bronkopneumonia. Bronkopneumonia merupakan salah satu penyakit yang menyerang saluran pernapasan dengan manifestasi klinis bervariasi mulai dari batuk, pilek, yang disertai dengan panas dengan, sedangkan anak bronkopneumonia berat akan muncul sesak napas yang hebat. Salah satu tindakan non farmakologis untuk mengatasi penyakit bronkopneumonia dengan fisioterapi dada. Tujuan : mengetahui pengaruh pelaksanaan fisioterapi dada (clapping) terhadap bersihan jalan napas pada anak dengan bronkopneumonia. Metode : Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kepustakaan. Sumber data diperoleh dari data sekunder seperti jurnal-jurnal, buku, atau sumber literatur lainnya yang telah berstandrar nasional. Pada penelitian ini terdapat 2 jurnal yang menjadi sumber utama penelitian sebagai landasan teori.Hasil ulasan literatur :Terdapat perubahan pada rata-rata frekuensi pernapasan responden yaitu 26.6 kali per menit kemudian setelah dilakukan fisioterapi dada atau clapping rata-rata rekuensi napas menurun menjadi 22.3 kali per menit. Selain itu suara napas ronki dan batuk efektif berkurang setelah dilakukan fisioterapi dada. Jadi, fisioterapi dada efektif terhadap bersihan jalan napas pada anak dengan bronkopneumonia. Kesimpulan : Tindakan fisioterapi dada berpengaruh terhadap masalah bersihan jalan napas pada anak dengan bronkopneumonia. Kata kunci : anak, bronkopneumonia, fisioterapi dada.
PENGARUH TERAPI STORY TELLING TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA ANAK PRASEKOLAH DENGAN HOSPITALISASI Purnama, Bayu Aji; Indriyani, Puji; Ningtyas, Rahaju
Journal of Nursing and Health Vol. 5 No. 1 (2020): Journal of Nursing and Health
Publisher : Yakpermas Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52488/jnh.v5i1.116

Abstract

ABSTRAK Latar belakang : Dalam pertumbuhan dan perkembanganya anak membutuhkan kasih sayang yang lebih dari kedua orang tua dan juga lingkunganya, dengan demikian anak akan merasa lebih nyaman. Kemudian juga seorang anak memiliki imunitas yang lemah, sehingga anak lebih mudah terserang sakit, dan tidak menutup kemungkinan mengharuskan anak untuk dirawat di Rumah Sakit serta hospitalisasi. Jumlah anak usia prasekolah di Indonesia sebesar 20,72% dari jumlah total penduduk Indonesia, berdasarkan data tersebut diperkirakan 35 per 100 anak menjalani hospitalisasi dan 45% diantaranya mengalami peningkatan kecemasan. Tujuan :untuk mengetahui pengaruh dari terapi Story Telling (bercerita) terhadap tingkat kecemasan pada anak prasekolah dengan hospitalisasi. Metode penelitian : desain penelitian quasi eksperimen dengan pendekatan one group pretest- posttes Hasil penelitian : menurut jurnal 1 Sebelum dilakukannya story telling sebagian besar anak 56. 4 % ( 22 responden) berada pada tingkat kecemasan sedang. Setelah diberikannya story telling sebagian besar anak 53. 8 % ( 21 responden) berada pada tingkat kecemasan ringan.. Melalui uji perbedaan paired sampel T-test, terbukti ada perbedaan tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada anak prasekolah sebelum dan sesudah diberikan story telling. Menurut jurnal 2 Dari hasil penelitian setelah diberikan terapi pada kedua kelompok dapat dilihat pada hasil postest ke 5 antara terapi Story telling dan terapi menonton animasi kartun didapatkan nilai rata-rata 2,04 dan 8,02. Semakin kecil hasil nilai rerata pada kedua kelompok setelah intervensi menunjukkan semakin menurunnya kecemasan pada anak. artinya ada perbedaan yang signifikan rerata anak usia sekolah yang mengalami hospitalisasi setelah diberikan intervensi terapi Story telling. Kata kunci : Pemberian Story Telling, Hospitalisasi, Tingkat kecemasan
PENGARUH PENERAPAN KOMPRES HANGAT PADA PASIEN KEJANG DEMAM DENGAN HIPERTERMI Febriawan, Galih Tulus; Indriyani, Puji; Ningtyas, Rahaju
Journal of Nursing and Health Vol. 5 No. 1 (2020): Journal of Nursing and Health
Publisher : Yakpermas Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52488/jnh.v5i1.117

Abstract

Latar belakang:Kejang demam/Step adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ektrakranium (di luar rongga tengkorak). Kejang tersebut biasanya timbul pada suhu badan yang tinggi (demam).Demamnya sendiri dapat disebabkan oleh berbagai sebab, tetapi yang paling utama adalah infeksi, Demam yang disebabkan oleh imunisasi juga dapat memprovokasi terjadinya kejang demam. Pada keadaan demam kenaikan suhu 10C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam di seluruh dunia mencapai 16 – 33 juta dengan 500 – 600 ribu kematian tiap tahun. (Setyowati, 2013). Profil Kesehatan Indonesia tahun (2013) menggungkapkan bahwa jumlah penderita demam yang disebabkan oleh infeksi dilaporkan sebanyak 112.511 kasus demam,dengan jumlah kematian 871 orang. Jumlah kasus demam meningkat dibandingkan tahun 2012 dengan angka 90.245 kasus demam infeksi pada anak di Indonesia. Dari angka kejadian hipertermi tahun 2010 di wilayah Jawa Tengah sekitar 2%-5% terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun disetiap tahunnya. Kata kunci: World Health Organization (WHO), Kejang, imunisasi
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah di RSUD Banyumas Rofiq, Dwi Oka Ibnu; Trisnawati, Christina; Ningtyas, Rahaju
Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol 2, No 1 (2024): Madani, Vol. 2, No. 1 2024
Publisher : Penerbit Yayasan Daarul Huda Kruengmane

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.10698390

Abstract

Background: Mental disorders are individual maladaptive responses in the form of a group of psychotic reactions characterized by withdrawal from social life, emotional and affective disturbances which are sometimes accompanied by delusions and negative/destructive behavior. Patients with low self-esteem are at risk of developing other mental problems if they are not immediately given proper therapy, because patients with low self-esteem tend to shut themselves up and be alone, this habit triggers the emergence of other problems including social isolation. Objective: Knowing the description of nursing care in patients with impaired self-concept: low self-esteem in Banyumas Hospital using a comprehensive approach through the nursing process. Results: The results of the evaluation after carrying out nursing actions in accordance with the nursing action plan, an evaluation is carried out to find out and monitor progress and assess the level of success of the nursing actions that have been carried out on Mr. I. The results of the evaluation carried out for 3 days of mental nursing care for impaired self-concept: low self-esteem at the Banyumas Hospital in Mr. I. have not been resolved. Conclusion: Patients with low self-esteem can identify, assess, choose the positive abilities they have .
Efektifitas Pemberian Salep VCO Pada An. R Dengan Masalah Utama Gangguan Integritas Kulit di Desa Kalikajar Fitriyani, Agil Puji; Sulistyowati, Priyatin; Ningtyas, Rahaju
Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol 2, No 1 (2024): Madani, Vol. 2, No. 1 2024
Publisher : Penerbit Yayasan Daarul Huda Kruengmane

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.10698619

Abstract

Background : Children are the main asset in preparing the next generation of family, society and country. In the process of child growth and development is much influenced by various factors both genetic, environmental, biological. Skin disease is a skin disorder caused by fungi, germs, parasites, viruses or infections that can affect anyone of any age. Treatment for children can be done by administering VCO ointment, lindane lotion, crotamiton cream and maintaining personal hygiene. Purpose: this study aims to determine the effectiveness of VCO ointment on children who suffer from impaired skin integrity. Methods: This study uses a qualitative descriptive method with a nursing care approach by conducting nursing care as the unit of analysis. Methods of data collection by interviews, observation, physical examination. Results: The results of the implementation of nursing, the meeting before the action the wound looked dry scaly, skin color around the ping, wound length 15cm and width 7 cm and after nursing for 15 days the wound looked moist, skin color around the ping, wound length 15cm and width 6 cm, states that VCO ointment has an effect on wound healing, impaired skin integrity. Conclusion: the effectiveness of giving VCO ointment to children who suffer from impaired skin integrity is resolved
The Relationship Between Role of Family with Choice of Therapy at Degenerative Elderly Peoples Iha Suco Horai Quik Posto Administrativo Maubesse Municipiu Ainaro Tinan 2024 Yanto, Yoseph Uli; Owa, Maria Goreti; Ningtyas, Rahaju; Ximenes, Manuela Do Rosario S. S.; Moreira, Faviao Marcal; Hendriques, Surly Edgar Faria Reis
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol 4 No 3: December 2024
Publisher : Al-Hijrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58545/jkki.v4i3.458

Abstract

Degenerative conditions in the elderly impact their psychological and social well-being. Lack of knowledge regarding alternative therapy options also results in families more often choosing pharmacological therapy as the main solution. This study aims to analyze the relationship between the role of the family and the choice of therapy in the elderly with degenerative conditions at Suco Horai Quik Posto Administrativo Maubesse Municipiu Ainaro Tinan 2024 and identify factors that support and hinder the choice of therapy by the family. This study used a quantitative approach with a cross-sectional design. The sample consisted of families caring for older adults with degenerative conditions in Suco Horai Quik Posto Administrativo Maubesse Municipiu Ainaro. Data were collected through questionnaires covering the variables of family role, choice of therapy, and supporting or inhibiting factors in decision-making. The results showed that the role of the family in supporting the elderly with degenerative conditions in Suco Horai Quik, Posto Administrativo Maubesse, Munisipiu Ainaro was mainly categorized as good, with 116 or (67.4%) of respondents. The most widely used treatment option was pharmacological, with 108 (62.8%) respondents. Supporting factors for therapy selection included family support, with 103 (59.9%) respondents, as well as the level of awareness and health education with 117 (68.0%) respondents. Barriers included adequate access to health services (62.2%), affordable treatment costs (66.9%), and sufficient knowledge of treatment options (65.7%). The analysis showed a significant relationship between family roles and treatment options in the elderly and between family support as caregivers, awareness raising and health education, and limited access to health services with treatment options. In conclusion, family roles were shown to influence the choice of therapy for the elderly significantly. In contrast, other factors such as family support, awareness raising, and knowledge did not significantly influence the choice of therapy in several other categories.
The Relationship Of Vegetable And Fruit Consumption With Nutritional Status Of Children School-Age (6-10 Years Old) At Ebf 28 De Agosto, Ebf 01 De Maio Palaban, Ebf St.Antonio Oe-Cusse, Ebf Nossa Senhora De Fatima Padiae Municipiu Regiao Administrativa Espesial Oe-Cusse Ambeno Timor Leste Year 2024 Goreti Owa, Maria; Ningtyas, Rahaju; Palulun, Jeni; Paulo Oki, Joao; Bosco Dacosta, Joao; Trisnawati Setiawan, Christina
International Journal of Health and Pharmaceutical (IJHP) Vol. 4 No. 4 (2024): November 2024
Publisher : CV. Inara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51601/ijhp.v3i4.300

Abstract

This study aims to analyse the relationship between vegetable and fruit consumption andnutritional status among school-age children in Regiao Administrativa Espesial Oe-CusseAmbeno Timor Leste, and to identify factors associated with children's nutritional status.This study used a quantitative approach with a cross-sectional design. Data were collectedthrough a questionnaire that measured the frequency of vegetable and fruit consumption,and measurement of nutritional status using anthropometric indicators. The studypopulation was school-age children in Regiao Administrativa Especial Oe-Cusse AmbenoTimor Leste with the sampling technique used was simple random sampling. Fruitconsumption patterns showed that 45.4% (79 respondents) of children rarely consumedfruit (<3 times per week). Most children were malnourished, with 69.5% (121respondents) experiencing wasting. Another factor was preference for vegetables andfruits. These two factors showed a strong and significant association (r = 0.728 forvegetables, r = 0.725 for fruits, p = 0.000), indicating that children who had a highpreference for vegetables and fruits were more likely to have better nutritional status.Child age was also found to have a significant but weak association (r = 0.278, p = 0.000)with nutritional status, suggesting that although influential, child age is not the mainfactor in determining nutritional status. Preference for vegetables and fruits had asignificant relationship with children's nutritional status. Age also has an effect, althoughit is weaker. No significant relationship was found between nutritional status and parentaleducation, meal timing, and media exposure. The implication is that there is a need toincrease vegetable and fruit consumption through nutrition education programmes inschools and communities, and the development of healthy eating habits.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WAKTU TANGGAP AMBULANS SNAEM IP DENGAN KEPUASAN KELUARGA PASIEN DI MUNICIPIU LIQUISA, TIMOR LESTE Da Cruz, Abilio Martins; Conceicao, Adelino Nunoda; Ningtyas, Rahaju
Jurnal Kesehatan Karya Husada Vol 13 No 3 (2025): Jurnal Kesehatan Karya Husada
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KARYA HUSDA YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36577/jkkh.v13i3.744

Abstract

ABSTRAK Pelayanan ambulans merupakan bagian penting dalam sistem layanan kesehatan darurat, yang tidak hanya berfungsi menyelamatkan nyawa, tetapi juga berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pasien dan keluarganya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kepuasan keluarga pasien serta mengevaluasi pengaruh jarak tempuh ambulans, ketersediaan logistik, dan koordinasi antar petugas serta sistem rujukan terhadap kepuasan terhadap layanan ambulans SNAEM.IP di Municipiu Liquiçá, Timor-Leste. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi waktu tanggap ambulans secara keseluruhan dalam hubungannya dengan kepuasan keluarga pasien. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sebanyak 16 responden keluarga pasien yang pernah menggunakan layanan ambulans diikutsertakan sebagai sampel. Data dikumpulkan melalui kuesioner tertutup dan dianalisis menggunakan uji Chi-Square, Fisher’s Exact Test, serta ukuran kekuatan hubungan dengan Phi dan Cramer’s V. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa 75% responden menyatakan puas terhadap layanan ambulans, 68,8% menyatakan ambulans tiba tepat waktu, 100% menyatakan logistik tersedia lengkap, dan 87,5% menilai koordinasi antar petugas berjalan efektif. Analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara jarak tempuh ambulans dan kepuasan pasien (p = 0,001), serta antara koordinasi antar petugas dan sistem komunikasi rujukan dengan kepuasan (p = 0,009). Nilai Cramer’s V = 0,655 menunjukkan kekuatan hubungan yang kuat antara koordinasi dan kepuasan keluarga. Namun, logistik pendukung tidak dapat diuji secara statistik karena tidak ada variasi data. Secara keseluruhan, hasil menunjukkan bahwa jarak tempuh dan koordinasi merupakan dua faktor utama yang memengaruhi waktu tanggap ambulans dan berdampak langsung terhadap kepuasan keluarga pasien. Kesimpulan dari penelitian ini menegaskan bahwa kualitas waktu tanggap, keterkoordinasian petugas, dan efektivitas komunikasi memiliki kontribusi signifikan terhadap kepuasan pengguna layanan ambulans. Perbaikan menyeluruh terhadap sistem distribusi ambulans, pelatihan komunikasi petugas, serta evaluasi logistik dan koordinasi lintas sektor sangat diperlukan untuk memperkuat sistem layanan kesehatan darurat di Timor-Leste. Kata kunci: kepuasan keluarga pasien, pelayanan ambulans, waktu tanggap, jarak tempuh, koordinasi, logistik, Timor-Leste