Sembiring, Lena Anjarsari
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Rumah Tangga Gembala Sidang Menjadi Role Model Bagi Jemaat Sembiring, Lena Anjarsari; Simon, Simon
Jurnal Teologi Praktika Vol 1, No 2 (2020): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tenggarong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51465/jtp.v1i2.15

Abstract

ABSTRACTThis paper discusses the congregation pastor household being a role model for the congregation. The method used in this research is descriptive qualitative method with a literature approach. The result of this discussion is shepherd in Greek uses the word ποιμένας (poimenas) which means a feeder, protector and guide. God gives a pastor's ministry to a person for the purpose of carrying out the task of shepherding and educating His people so that they can live more properly and spiritually mature. Through the task God has delegated to the pastor to serve the congregation, his life and household should become a role model for the congregation. The pastor becomes a role model for the congregation starting from his marriage, has a good track record in life, is able to lead all members of his family, and the wife's lifestyle does not become a stumbling block. Why is the congregation pastor's household required to be a role model for the congregation, because the congregation pastor is closely related to the spiritual arrangement and arrangement of the church's household life. ABSTRAK Tulisan ini membahas mengenai Rumah Tangga Gembala Sidang Menjadi Role Model Bagi Jemaat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan kepustakaan. Hasil dari pembahasan ini adalah gembala dalam bahasa Yunani  menggunakan kata ποιμένας (poimenas) yang diartikan seorang pemberi makan, pelindung dan penuntun. Tuhan mengaruniakan jawatan gembala kepada seseorang tujuannya untuk mengemban tugas menggembalakan dan mendidik jemaat-Nya agar mereka makin hidup benar dan dewasa secara kerohanian. Melalui tugas yang didelegasikan oleh Allah kepada gembala sidang untuk melayani jemaat, maka kehidupan dan rumah tangganyapun sudah sepatutnya menjadi role model bagi jemaat. Gembala sidang menjadi role model bagi jemaat dimulai dari pernikahannya, memiliki track record hidup yang baik, mampu memimpin seluruh anggota keluarganya, serta gaya hidup istri tidak menjadi batu sandungan. Mengapa rumah tangga gembala sidang dituntut menjadi role model bagi jemaat, karena gembala sidang erat kaitannya dalam penataan kerohanian dan penataan kehidupan rumah tangga jemaat.
Memaknai Secara Teologis tentang Garam Dunia Matius 5:13: Hidup Berdampak dan Menjadi bagian dari Agen Perubahan Trisnaningtyas, Vendyah; Nugroho, Eko; Sembiring, Lena Anjarsari
KARDIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol. 1 No. 1 (2023): Februari 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Parakletos Tomohon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69932/kardia.v1i1.4

Abstract

Abstract: Jesus' words about the Salt of the world in Matthew 5:13 are a meaningful expression, so to understand them cannot be through literal or literal knowledge. In this article, the author uses a descriptive method, namely with a literature approach by collecting data and analyzing Matthew 5:13. Through the case of how as a salt generation in Christianity and everyday life and in ministry. Based on this research, it is concluded that the meaning of salt not only refers to the inherent identity of followers of Jesus Christ wherever they go and wherever they are. But it's more about how to be a part of and create a salt generation in the Christian life.Abstrak: Perkataan Yesus tentang Garam dunia dalam Injil Matius 5:13 merupakan suatu ungkapan bermakna, sehingga untuk memahaminya tidak boleh melalui pengetahuan secara harafiah atau literal. Dalam artikel ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan pendekatan literatur dengan mengumpulkan data-data dan menganalisis Matius 5:13. Melalui kasus bagaimana sebagai salt generation dalam kekristenan dan kehidupan sehari-hari serta dalam pelayanan. Berdasarkan penelitian ini disimpulkan bahwa makna garam bukan saja menunjuk kepada identitas pengikut Yesus Kristus yang melekat kemanapun mereka pergi dan dimanapun mereka berada. Akan tetapi lebih kepada bagaimana menjadi bagian dan mewujudkan salt generation dalam kehidupan kekristenan.
Menggagas Pembelajaran Agama Kristen Berbasis Misiologi Sembiring, Lena Anjarsari; Simon, Simon
Harati: Jurnal Pendidikan Kristen Vol 2 No 1 (2022): HaratiJPK: April
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kristen IAKN Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54170/harati.v2i1.95

Abstract

This paper specifically described the issue of initiating the study of Christianity based on missiology. This topic was reviewed because factually Christian education based on missiology was still not fully encouraged in religious learning in classes. This topic was discussed considering that there were still a lot of various tribes who had not been reached in missionary services. Obviously, this should not be the responsibility of missionary institutions alone, but religious institutions in the context of Christian education should also make a contribution and pay attention to it. In discussing this topic, the researchers used qualitative methods with a literature study approach. The description in discussing this article started with the Curriculum of Christian Religious Education leading to missiology. Then, the practice of mission-based learning was carried out for students in the classrooms. This was done to instill the concern of the Great Mandate from an early age. Besides, Christian Educators should live up to their missionary activities as their responsibility of their vocation as educators chosen by God to encourage the missionary movements. It was done to emulate the way how Jesus and the apostles taught but framed in missionary Tulisan ini secara spesifik menguraikan perihal menggagas pembalajaran agama Kristen berbass misiologi. Topik ini diulas karena secara faktual pembelajaran agama Kristen berbasis misiologi masih belum sepenuhnya digalakkan dalam pembelajaran agama di kelas. Topik ini dibahas mengingat masih banyak ditemukan berbagai suku belum terjangkau dalam pelayanan misi. Tentunya tanggung jawab itu tidak hanya dibebankan kepada lembaga misi, namun lembaga keagamaan dalam konteks pendidikan Kristen turut ikut andil memerhatikannya. Di dalam menguraikan topik ini peneliti menerapkan metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur. Uraian pembahasan pada artikel ini dimulai dari, kurikulum Pendidikan Agama Kristen itu sendiri mengarah pada misiologi. Kemudian praktik pembelajaran berbasis misiologi dilakukan di dalam kelas bagi naradidik. Ini dilakukan untuk menanamkan sejak usia dini, kepedulian pada mandat Amanat Agung. Disamping itu, Pendidik Agama Kristen menghidupi kegiatan bermisiologi, sebagai bentuk tanggung-jawab panggilannya sebagai pendidik yang dipilih oleh Tuhan untuk ikut menggalakkan gerakan bermisiologi. Hal itu dilakukan untuk meneladani jejak Yesus dan para rasul yang mengajar namun terbingkai dalam gerakan misiologi.