Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi pada Atlet Tarung Derajat Aceh Nazalia, Nazalia; Aramico, Basri; Amin, Fauzi Ali
Jukema (Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh) Vol 2, No 2 (2016): Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh (JUKEMA)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Status gizi yang buruk dapat mempengaruhi derajat kesehatan dan kebugaran atlet. Status gizi atlet diukur dengan menggunakan indikator Indeks Massa Tubuh (IMT). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa yang berhubungan dengan status gizi pada atlet Tarung Derajat Aceh. Metode: Penelitian ini bersifat observasional analitik dan menggunakan desain cross-sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dan penyebaran angket. Sampel adalah seluruh populasi - seluruh atlet tarung derajat Aceh telah memasuki masa Training Center (TC) sejumlah 51 orang. Uji statistik yang digunakan yaitu uji chi-square dan dianalisa secara univariat dan bivariat. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa atlet tarung derajat yang status gizi kurus 13.7%, status gizi normal 74.5%, dan status gizi gemuk 11.8%. Berdasarkan analisa univariat terdapat atlet dengan pola makan salah 47.1%, melakukan aktivitas fisik yang berat 33.3%, aktivitas ringan 23.5%, pengetahuan gizi kurang 43.1%, intensitas latihan kurang 29.4% dan intensitas latihan berat 25.5%. Berdasarkan hasil bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan pola makan (p-value 0.040), aktivitas fisik (p-value 0.031), pengetahuan gizi (p-value 0.016) dan intensitas latihan (p-value 0.043) dengan status gizi atlet. Saran: Diharapkan kepada para pengurus dan pelatih tarung derajat Aceh agar lebih memperhatikan pola makan atlet sesuai dengan kebutuhannya, jumlah kalori yang dikonsumsi dan jadwal yang teratur dapat membantu proses pemenuhan gizi menjadi lebih baik, serta mengadakan penyuluhan gizi yang melibatkan atlet dan para pelatih guna meningkatkan pengetahuan tentang gizi
Hubungan Pemberian Asi Eksklusif, Pengetahuan, Pendapatan dan Pola Asuh dengan Tumbuh Kembang Anak Balita di Desa Ilie, Banda Aceh Aramico, Basri; Amin, Fauzi Ali; Novita, Riska
Jukema (Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh) Vol 2, No 1 (2016): Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh (JUKEMA)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37598/jukema.v2i1.553

Abstract

Latar Belakang: Sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu  mendapat perhatian serius. Berdasarkan data puskesmas Ulee Kareng (2013) diketahui 15.8% balita gizi kurang, 29.3% balita stunted, 7.2% balita kurus, 0.5% balita kurus sekali dan 8.8% gemuk. Hal ini perlu mendapat  perhatian agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya dan mampu bersaing di era global Metode: Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak balita di Desa Ilie Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh berjumlah 226 orang. Sampel penelitian secara proporsional random sampling sebanyak 70 orang. Data analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji Chi-square (α = 0.05). Data primer melalui observasi langsung dengan pengamatan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui pertumbuhan  dan perkembangan. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan persentase anak balita dengan tumbuh kembang yang tidak sesuai pada  balita yang tidak ada diberikan ASI eksklusif sebanyak 45.2%, pengetahuan orang tua kurang sebanyak 60.6%, pendapatan keluarga rendah 71.4% dan pola asuh salah 58.1%. Dari hasil uji statistik dapat disimpulkan ada hubungan antara  pemberian ASI eksklusif (P value 0.006), pengetahuan  (P value 0.002), pendapatan keluarga (P value 0.001) dan pola asuh (P value 0.012) dengan tumbuh kembang anak balita. Saran: Puskesmas Ulee Kareng agar memberikan penyuluhan tentang pentingnya memberikan ASI eksklusif dan melakukan stimulasi perkembangan motorik kasar anak balita. 
Editorial: Regulasi, Aplikasi Pemberian Air Susu Ibu Ekskluksif, dan Status Gizi Balita di Aceh Basri Aramico
Jukema (Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh) Vol 2, No 2 (2016): Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh (JUKEMA)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37598/jukema.v2i2.513

Abstract

Jumlah balita di Indonesia pada tahun 2013 sangat besar, sekitar 10% dari seluruh penduduk Indonesia merupakan penduduk dengan usia di bawah 5 tahun. Dengan jumlah yang besar, maka nasib bangsa Indonesia di masa datang juga terletak pada generasi yang sekarang ini. Sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius. Dalam perkembangan anak, terdapat masa kritis di mana diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi anak dapat berkembang dengan maksimal. Sehingga hal ini perlu mendapat perhatian dan stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang, agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya dan mampu bersaing di era global [1].Perkembangan dan pertumbuhan balita ditentukan oleh status gizi pada awal kehidupan, bahkan sejak didalam kandungan yang dikenal sebagai 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) yaitu masa 270 hari di dalam kandungan dan masa 730 hari setelah kelahiran (2 tahun). Upaya untuk meningkatkan status gizi balita, satu di antaranya adalah dengan memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, yaitu pemberian ASI saja tanpa makanan tambahan lain kepada bayi sejak usia 0-6 bulan [2].Berbagai upaya efektif untuk mendorong pemberian pemberian ASI Eksklusif terus dilakukan, termasuk dukungan Peraturan Daerah dalam berbagai regulasi (Qanun). Di level nasional, peraturan kesehatan baru telah melarang dengan tegas berbagai upaya promosi pengganti ASI di fasilitas kesehatan dan peraturan pemerintah tentang hak ibu untuk menyusui secara eksklusif selama enam bulan pertama dan terus menyusui selama dua tahun atau lebih. Upaya tersebut perlu didukung oleh seluruh pemerintah kabupaten/kota.Pada tatanan nasional pemerintah sudah mengatur ketentuan melalui Undang- Undang (UU) dan Peraturan Pemerintah (PP) untuk mendukung pemberian ASI Eksklusif di Indonesia, tetapi pada tingkat pemerintahan daerah/kabupaten  peraturan dan perundang-undangan perlu penjabaran lebih detail sesuai dengan situasi dan kondisi kabupaten/kota. Hasil telaah setidaknya ada 17 peraturan perundang-undangan yang terkait dengan ASI Eksklusif baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa peraturan tersebut3 di antaranya adalah UU No. 7/1996 tentang Pangan; UU No. 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen; UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah; UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah; UU No. 36/2009 tentang Kesehatan; UU No. 36/2014 tentang Tenaga Kesehatan; PP No. 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; PP No.  33/2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif; Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 329/Menkes/Per/XII/1976 tentang Produksi dan Peredaran Makanan; Peraturan Bersama Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, dan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 48/Men.PP/XII/2008; No. PER.27/MEN/XII/2008; dan No. 1177/Menkes/PB/XII/2008 tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Selama Waktu Kerja di Tempat Kerja; Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota; dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 450/MENKES/SK/IV/2004 tentang Pemberian ASI Secara Eksklusif pada Bayi di Indonesia.Selain itu menurut UU No. 36/2009 tentang Kesehatan, pada pasal 128 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap bayi berhak mendapatkan ASI Eksklusif sejak  dilahirkan selama 6 (enam) bulan. Bayi setelah 30 menit dari kelahirannya sampai 6 (enam) bulan bayi hanya diberikan air susu ibu saja tanpa makanan atau minuman lain. Setelah usia 6 bulan, anak tetap menerima pemberian ASI dengan makanan tambahan sampai anak berusia 2 tahun4. PP No. 33/2012 tentang pemberian ASI Eksklusif merupakan produk hukum dengan kekuatan hukum yang jelas, tegas dan tertulis. Dalam ketentuan peralihan disebutkan bahwa pada saat PP ini mulai berlaku, pengurus tempat kerja dan/atau penyelenggara tempat sarana umum, wajib menyesuaikan dengan ketentuan PP ini paling lama 1 (satu) tahun.Hal ini sesuai dengan prinsip dalam agama yang tidak ingin memberatkan.  Kekuatan besar juga terdapat pada amanat PP no 33 tahun 2012 sesuai dengan perintah dalam Al-Qur’an (Q.S. [2]: 233), (Q.S. Lukman [31]: 14), (Q.S. Al-Ahqaaf [46]: 15). Meskipun tidak secara eksplisit disebutkan tentang ASI Eksklusif dalam Al-Qur’an, namun perintah kepada ibu untuk menyusukan bayinya sampai 2 tahun merupakan landasan moril, kekuatan spiritual dan nyata untuk dapat meningkatkan peran dakwah dalam Islam dalam membantu peningkatan pemberian ASI eksklusif5. Provinsi Aceh juga telah mengatur praktik pemberian ASI dalam Peraturan Daerah (Qanun), yaitu Qanun Aceh No. 04 Tahun 20106 tentang Kesehatan (Lembaran Daerah Aceh Tahun 2011 No.01).Namun pada kenyataannya praktik pemberian ASI Eksklusif sering mengalami kegagalan karena berbagai alasan. Pertama, karena terlalu cepat memberikan makanan tambahan dan kedua karena tingginya keinginan ibu untuk memberikan susu formula. Selain itu, rendahnya pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dan rendahnya dukungan untuk Inisiasi Menyusu Dini (IMD) juga berkontribusi terhadap rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif. Parktek pemberian ASI Eksklusif tersebut dianggap gagal karena masih di bawah target kementerian kesehatan yaitu 80%7. Di provinsi Aceh cakupan ASI Eksklusif masih sangat rendah. Pada tahun 2015, cakupan ASI Eksklusif di Aceh baru mencapai 48.1% [8].Rendahnya praktek pemberian ASI Eksklusif tersebut ditenggarai mempengaruhi peningkatan status gizi bayi dan balita. Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, berat badan menurut umur (BB/U) secara nasional, prevalensi berat-kurang pada tahun 2013 adalah 19.6%, terdiri dari 5.7% gizi buruk dan 13.9% gizi kurang. Dari 34 provinsi di Indonesia terdapat 18 provinsi dengan angka prevalensi gizi buruk dan kurang di atas angka nasional yaitu berkisar antara 21.2% sampai 33.1% dan salah satunya adalah provinsi Aceh yang menduduki urutan ke 7 di antara 18 Provinsi di Indonesia dengan prevalensi gizi  kurang sebesar 25 [8].Data profil kesehatan provinsi Aceh tahun 2013 dari 214.760 balita yang ditimbang berat badannya sebanyak 65.3% balita dengan gizi baik. Sedangkan Banda Aceh menunjukkan dari 14.436 balita, balita dengan gizi baik atau berat badan naik (5.8%), balita dengan gizi kurang atau bawah garis merah (BGM) atau yang mengalami gizi buruk (0.02%) [7].Pada tahun 2016 Gubernur Aceh, Zaini Abdullah telah menetapkan Peraturan Gubernur (Pergub) Aceh No. 49 tentang Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif pada tanggal 11 Agustus 2016. Dalam Pergub yang diundangkan tanggal 12 Agustus 2016 itu mewajibkan pemerintah Aceh dan kabupaten-kota di Aceh untuk memberikan cuti hamil dan cuti melahirkan untuk PNS dan PPPK atau tenaga honorer/kontrak, baik perempuan juga suami. Selanjutnya dalam pergub tersebut mengatur bahwa bagi pegawai perempuan yang hamil mendapat 20 hari cuti hamil sebelum waktu melahirkan, dan 6 bulan untuk cuti melahirkan guna pemberian ASI Ekslusif. Cuti juga diperoleh suami untuk mendampingi istri yaitu selama 7 hari sebelum melahirkan, dan 7 hari sesudah melahirkan [9].Penguatan regulasi untuk mendukung praktik pemberian ASI Eksklusif terus ditetapkan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, dengan harapan cakupan pemberian ASI Ekslusif terus meningkat. Hal tersebut tentunya dalam upaya meningkatkan status gizi bayi dan balita agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, serta menjadi investasi dan generasi bangsa yang cerdas dan produkstif.
PERBEDAAN STATUS GIZI PADA BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DAN MP-ASI DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA JANTHO KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2017 Phossy Vionica Ramadhana; Asnawi Abdullah; Basri Aramico
Jukema (Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh) Vol 5, No 1 (2019): Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh (JUKEMA)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37598/jukema.v5i1.702

Abstract

Latar Belakang: Gizi masyarakat mempengaruhi kecerdasan dan kesejahteraan, akan tetapi banyak bayi yang mengalami rawan gizi karena pemberian MPASI (makanan pendamping ASI) yang terlalu dini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan status gizi pada bayi yang diberi ASI eksklusif dan MP-ASI dini di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Jantho Kabupaten Aceh Besar tahun 2017. Metode: Penelitian ini dilakukan dngan metode deskriptif analitik dengan desain case control. Populasi dalam penelitian ini adalah adalah semua bayi usia 7-12 bulan berstatus gizi baik dan kurang di wilayah kerja Puskesmas Jantho. Pengambilan sampel menggunakan rumus studi kasus kontrol sehingga diperoleh sebanyak 58 bayi dengan status gizi baik dan 58 bayi dengan status gizi kurang. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi bayi kurang yang diberikan MP-ASI sebesar 75.9% lebih besar dibandingkan dengan status gizi bayi baik sebesar 41.4%. Sedangkan pada status gizi bayi kurang yang diberikan ASI eksklusif hanya sebesar 24.1% namun pada bayi dengan status gizi bayi baik diperoleh 58.6%. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa, ada perbedaan status gizi bayi yang diberi ASI eksklusif dan MP-ASI dini, ada hubungan antara status gizi dengan pemberian ASI eksklusif ibu, pemberian MP-ASI dini, tingkat pendidikan, pendapatan orang tua, paritas, jarak kelahiran, pelayanan kesehatan, sanitasi lingkungan, personal hygiene, perawatan payudara, produksi ASI, lingkungan sosial dan Inisiasi Menyusu Dini. Ketika dilakukan analisis lebih lanjut berdasarkan analisis multivariat paritas merupakan faktor yang paling dominan terhadap status gizi bayi. Kesimpulan: Peneliti dapat memberikan kesimpulan bahwa bayi yang mengalami gizi kurang lebih banyak pada bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif. Dimana faktor yang paling dominan disebabkan oleh paritas.
HUBUNGAN ASUPAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, MENSTRUASI DAN ANEMIA DENGAN STATUS GIZI PADA SISWI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) SIMPANG KIRI KOTA SUBULUSSALAM Basri Aramico; Nihan Wati Siketang
Sel Jurnal Penelitian Kesehatan Vol 4 No 1 (2017): SEL Jurnal Penelitian Kesehatan
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.428 KB) | DOI: 10.22435/sel.v4i1.1444

Abstract

Persepsi yang salah tentang berat badan pada remaja masih menjadi suatu masalah dalam masyarakat. Pola makan erat hubungannya dengan berat badan, status gizi dan satus kesehatan. Status gizi yang optimal akan membentuk remaja sehat dan produktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan gizi, aktivitas fisik, menstruasi, dan anemia dengan status gizi pada siswi MAN Simpang Kiri Subulussalam. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional yang dilakukan tanggal 27 Juni s.d 19 Juli 2016. Penentuan sampel penelitian menggunakan teknik total populasi, yaitu jumlah sampel sama dengan jumlah keseluruhan populasi yaitu 59 orang. Uji statistik yang digunakan yaitu Chi Square Test. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan dan pemeriksaan hemoglobin. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar siswi MAN Simpang Kiri Subulussalam berstatus gizi normal (69,5%), memiliki asupan gizi kurang (61%), melakukan aktifitas fisik ringan (62,7%), memiliki siklus menstruasi normal (62,7%), dan mengalami anemia (55,9%). Hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara aktifitas fisik (p-value 0,03) dan siklus menstruasi (p-value 0,012) dengan status gizi. Sedangkan asupan gizi dan anemia tidak berhubungan secara signifikan dengan status gizi. Edukasi tentang asupan gizi yang baik dapat dilakukan oleh pihak sekolah untuk mendukung kesehatan, kreatifitas dan produktivitas remaja. The wrong perception of weight in adolescents is still a problem in society. Diet is closely related to weight, nutritional status and health status. Optimal nutrition status will form healthy and productive adolescents. This study aims to determine the relationship of nutritional intake, physical activity, menstruation, and anemia with nutritional status in adolescents of MAN Simpang Kiri Subulussalam. This research was analytical descriptive with cross sectional design conducted on 27 June - July 19, 2016. Sample determination using total population with sample size 59 people. The statistical test used was Chi Square Test. Data collection was done by interview, weight weighing, height measurement and hemoglobin examination. The results showed that most of the students of Simpang Kiri Subulussalam were normal nutritional status (69.5%), had less nutrition intake (61%), light physical activity (62.7%), had normal menstrual cycle (62.7%) ,and anemia (55.9%). Statistical test results that there was a significant relationship between physical activity (p-value 0.03) and menstrual cycle (p-value 0.012) with nutritional status. While the nutritional intake and anemia did not correlate significantly with nutritional status. Education on good nutrition can be done by the school to support youth's health, creativity and productivity
Analisis determinan stunting pada baduta di Wilayah Kerja Puskesmas tahun 2016 Basri Aramico; Zamratul Husna
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 4 NOMOR 3, SEPTEMBER 2016
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.205 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2016.4(3).154-160

Abstract

ABSTRACTBackgrounds: Stunting remains a problem that still needs to be considered by the government, because children with stunting decreased of intelligence (IQ) than children who are not stunting. Optimal growth can only be achieved by the intake of nutritious food and a healthy environment. In 2013, the prevalence of stunting in Aceh amounted to 37.2% consisted of 18% very short and 19.2% short. Based on the results of monitoring nutritional status report from Public Health Office in Pidie Jaya, the prevalence of stunting increased in the last two years. That percentage increased from 14.8% in 2014 and become 17% in 2015.Objectives: This study aims to determine of stunting of BADUTA in Puskesmas Ulim, Pidie Jaya district in the year of 2016.Methods: This research design is descriptive analytic by cross-sectional. The population in this study is all mothers who have BADUTA in Puskesmas Ulim in total of 75 respondents. The sampling method used is cluster sampling with total samples taken by 20% of the entire population from every six villagers from 30 villages. The primary data obtained directly by measuring the length of the child's body and through questionnaires by interview. The statistical test used is Chi-Square Test.Results: The study showed that 66.7% children experienced stunting, 70.7% children has less nutrition, 85.3% children does not received exclusive breastfeeding, 8.0% children with low birth weight babies, and 80.0% having infectious diseases.  From the statistical analysis it can be concluded that there is a relationship between nutrient intake (p-value= 0.000), breastfeeding (p-value= 0.000), and infectious diseases (p-value= 0.029) with stunting. However, there is no relation between low birth weight (LBW) (p-value= 0.079) with stunting for BADUTA.Conclusions: There is significant correlation between nutrition, exclusive breastfeeding, infection disease with stunting of BADUTA meanwhile there is no significant correlation between LBW babies with stunting in Puskesmas Ulim at Pidie Jaya district.Keywords: stunting, nutrient intake, exclusive breastfeeding, LBW, and infectious diseases   ABSTRAKLatar belakang: Stunting masih menjadi masalah yang harus diperhatikan pemerintah, dikarenakan anak penderita stunting mangalami penurunan intelligence quotient (IQ) dibandingkan dengan anak yang tidak stunting. Pertumbuhan yang optimal hanya dapat dicapai dengan asupan makanan yang bergizi serta lingkungan yang sehat. Tahun 2013 prevalensi stunting di Aceh sebesar 37,2 % terdiri dari 18,0% sangat pendek dan 19,2 % pendek. Berdasarkan hasil laporan pemantau status gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya prevalensi stunting mengakami peningkatan dakam dua tahun terakhir. Persentase peningkatan tersebut pada tahun 2014 sebesar 14,8%, meningkat menjadi 17%  pada tahun 2015.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis determinan stunting pada baduta di wilayah kerja Puskesmas Ulim Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2016. Metode: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki baduta di wilayah kerja Puskesmas Ulim sebanyak 75 responden, dengan metode sampling yang dipilih adalah cluster sampling, sampel yang akan diambil sebesar 20% dari seluruh populasi, dengan teknik gugus adalah dengan mengambil 6 desa dari 30 desa. Data primer diperoleh langsung melalui pengukuran panjang badan anak dan melalui kuesioner dengan cara wawancara. Uji statistik yang digunakan yaitu uji chi-square test.Hasil: penelitian menunjukkan bahwa sebanyak (66,7%) anak mengalami stunting, asupan gizi yang kurang (70,7%), yang tidak memberikan ASI eksklusif (85,3%), yang bayi berat lahir rendah (8,0%), dan yang ada penyakit infeksi (80,0%). Dari analisa statistik dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara asupan gizi (p=0,000), pemberian ASI (p=0,000), penyakit infeksi (p=0,029), dan tidak ada hubungan berat bayi lahir rendah (p=0,079) dengan stunting pada baduta. Kesimpulan: Ada hubungan yang bermakna antara asupan gizi, pemberian ASI Ekslusif, penyakit Infeksi dengan stunting pada baduta, dan tidak ada hubungan yang bermakna antara bayi berat lahir rendah dengan stunting pada baduta di Wilayah Kerja Puskesmas Ulim Kabupaten Pidie Jaya. KATA KUNCI: stunting, asupan gizi, ASI eksklusif, BBLR, penyakit infeksi 
Hubungan sosial ekonomi, pola asuh, pola makan dengan stunting pada siswa sekolah dasar di Kecamatan Lut Tawar, Kabupaten Aceh Tengah Basri Aramico; Toto Sudargo; Joko Susilo
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 1, NOMOR 3, SEPTEMBER 2013
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (140.956 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2013.1(3).121-130

Abstract

ABSTRACTBackground: High prevalence of stunted children that indicates nutrition problem in Indonesia is a chronic problem associated with poverty, low education, and lack of service and environmental health. The low birth weight infant will have an impact on growth disorders in children.      Objectives: To identify association between social economic aspect of the family, rearing pattern, eating pattern and stunting in elementary school children in Lut Tawar Subditrict Central Aceh Regency.Methods: The study were analytic observational with cross sectional design and qualitative method. Data were obtained through observation and interview using questionnaire. Samples were 378 children from 11 elementary school in Lut Tawar Subdistrict Central Aceh Regency. Samples were selected by proportional random sampling. Analysis used chi-square at confi dence interval 95%. Number of samples were 378 children.Results: There were association between maternal education and nutritional status (p<0.001) OR=4.06; father education and nutritional status (p<0.001) OR=3.37; number of underfi ves with nutritional status (p=0.007) OR=2.71; income of parent and nutritional status (p<0.001) OR=7.8; rearing pattern and nutritional status (p<0.001)) OR=8.07; eating pattern and nutritional status (p<0.001) OR=6.01. There were dominant association between rearing pattern and nutritional status with OR 8, between eating patern,income of parent and nutritional status with OR of 6.01 There were no association between acces and utilization of health service and nutritional status (p=0,78) OR=0,93.Conclusions: There were signifi cant association between rearing pattern, eating pattern, and nutritional status.KEYWORDS: stunting, rearing pattern, eating patternABSTRAKLatar belakang: Tingginya prevalensi anak pendek yang menunjukkan masalah gizi di Indonesia merupakan masalah kronis yang berkaitan dengan kemiskinan, rendahnya pendidikan, dan kurang memadainya pelayanan dan kesehatan lingkungan.Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara aspek sosial ekonomi keluarga, pola asuh, pola makan, dan stunting pada anak sekolah dasar DI Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah.Metode: Penelitian observasional analitik menggunakan rancangan cross sectional dan metode kuantitatif, jumlah sampel 378 anak, yaitu siswa sekolah dasar kelas I-III pada 11 sekolah dasar. Sampel diambil berdasarkan proportional random sampling, pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner, pengolahan dan analisis data menggunakan program komputer yaitu analisis univariat, bivariat, dan multivariat.Hasil: Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan status gizi (p=0,39) OR=1,22, tidak ada hubungan antara umur dengan status gizi (p=0,25) OR=0,73, tidak ada hubungan antara akses pelayanan kesehatan dengan status gizi (p=0,78) OR=0,93. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan status gizi (p<0,001) OR=4,06, ada hubungan antara pendidikan ayah dengan status gizi (p<0,001) OR=3,37, ada hubungan antara jumlah balita dalam keluatga dengan status gizi (p=0,007) OR=2,71. Ada hubungan antara pendapatan orang tua dan status gizi (p<0,001) OR=7,8. Ada hubungan antara pola asuh dengan status gizi (p<0,001) ) OR=8,07, ada hubungan antara pola makan dengan status gizi (p<0,001) OR=6,01.Kesimpulan: Ada hubungan yang signifi kan antara pola asuh, penghasilan orang tua, pendidikan orang tua, dan pola makan dengan status gizi. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin, umur dan akses pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan status gizi.KATA KUNCI: stunting, pola asuh, pola makan
HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENGGAMAT KECAMATAN KLUET TENGAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2022 Deva Santika; Basri Aramico; Farrah Fahdhienie
Jurnal Sains Riset Vol 12, No 3 (2022): November 2022
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Jabal Ghafur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47647/jsr.v12i3.866

Abstract

Diarrhea is an endemic disease in Indonesia and is also a disease that is often accompanied by death and is caused by various factors, one of which is poor environmental sanitation. This study aims to determine the relationship between environmental sanitation and the incidence of diarrhea in children under five in the Menggamat Health Center Work Area, South Aceh Regency in 2022. This research is descriptive analytic with a cross sectional research design. Data were collected using a questionnaire. The population in this study were all mothers of children under five, totaling 227 people. Samples were taken as many as 70 people. Data were analyzed using Chi-Square statistical test. The results showed that the proportion of diarrhea was 58.6%, clean water supply was 61.4%, good feces disposal was 52.9%, infectious diseases were absent 87.1%, preparation and provision of good food was 57.1%. It can be concluded that there is a relationship between the provision of clean water (p value 0.002), feces disposal (p value 0.019), infectious diseases (p value 0.028) and food preparation and provision (p value 0.013) with the incidence of diarrhea in children under five.Keywords: environmental sanitation, diarrhea, toddler
PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN OLEH PESERTA BPJS KESEHATAAN DI PUSKESMAS LIPAT KAJANG KECAMATAN SIMPANG KANAN KABUPATEN ACEH SINGKIL TAHUN 2021 Sri Agustiani; Basri Aramico; Surna Lastri
Jurnal Real Riset Vol 4, No 3 (2022): Oktober 2022
Publisher : Jurnal Real Riset

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to determine the utilization of health services by BPJS Kesehatan participants at the Fold Kajang Health Center in 2022. This study is an analytic study with a cross sectional design. This research was conducted at the Fold Kajang Health Center in 2022. The population of this study was the BPJS Health participants at the Fold Kajang health center totaling 7401 people. The sample in this study were 99 people. Data were analyzed using chi square test. The results of this study indicate that 36.8% who utilize health services, which are not optimally utilize as much as 10.5%. The results of the Chi-Square statistical test obtained the value of = 0.000. The results of the phi coefficient test obtained the value of = 0.072, this indicates that the relationship is strong in the category of weak relationship (0.01-0.25). It can be concluded that there is a relationship between the BPJS Participant factor and the utilization of Health Services at the Fold Kajang Health Center in 2022 (weak relationship). There is a relationship between BPJS health participants and the utilization of health services at the Fold Kajang Health Center. There is no relationship between the role of health workers on the utilization of health services at the Fold Kajang Health Center. There is no relationship between the attitude factors towards the utilization of health services at the Fold Kajang Health Center. There is a relationship between the factors of access to the utilization of health services at the Fold Kajang Health Center and there is a relationship between the knowledge factor on the utilization of health services at the Fold Kajang Health Center.Keywords: Utilization of Health Services, BPJS Health
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Kiri Desa Belegen Mulia Kota Subulussalam Tahun 2021 Risa Juliandara, Basri Aramico, Ramadhaniah
Journal of Health and Medical Science Volume 1 Nomor 1 Januari 2022
Publisher : CV. Pusdikra Mitra Jaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Stunting adalah salah satu masalah kesehatan yang dialami oleh balita di seluruh dunia ini. Pada tahun 2017, sekitar 22,2% atau 150,8 juta anak balita mengalami stinting di dunia. Namun, angka ini sudah menurun jika dibandingkan dengan tahun 2000, yaitu 32,6%. Berdasarkan uraian diatas, di Puskesmas Simpang Kiri Desa Belegen Mulia Kota Subulussalam masih sangat tinggi angka stunting dan masih belum terpecahkan bagaimana cara mencegah atau menurunkan angka stunting di Desa Suka Makmur Kota Subulussalam tersebut, maka dapat disimpulkan ada banyak sekali faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting. Sehingga peneliti tertarik dengan melakukan penelitian tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan Penelitian Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu yang memilki balita 24- 59 bulan dengan jumlah populasi 95 balita. Lokasi penelitian ini dilaksanan di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Kiri Desa Belegen Mulia Kota Subulussalam. Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 1 s/d 7 februari 2022. Teknis pengumpulan data dengan cara pengumpulan data primer. Pengolahan data dilakukan dengan cara editing, coding, trasfering dan tabulating dengan analisis data univariat dan bivariat. Hasil penelitian terdapat umur balita 2 tahun sebanyak 44,2 % dan umur balita 3 tahun sebanyak 55,7%, sedangan kategori stunting sebanyak 57,9 % dan yang normal sebanyak 42,1%, asupan polamakan dengan kategori cukup sebesar 35,8% dan yang tidak cukup sebesar 64,2%, riwayat asi ekskusif yang asi eksklusif sebanyak 37,9% dan yang tidak asi eksklusif sebanyak 62,1%, dan riwayat penyakit infeksi yang pernah sakit sebanyak 58,9% dan yang tidak pernah sakit sebanyak 41,1%. Kesimpulan dari beberapa variabel asi eksklusif, pola makan dan riwayak penyakit infeksi memiliki hubungan dengan kejadian stunting pada balita di wilayah kerja puskesmas simpang kiri desa belegen mulia kota subulussalam tahun 2021. Saran dapat melakukan penyuluhan kesehatan terhadap ibu-ibu tentang bagaimana seseorang harus berperilaku hidup sehat dan supaya terhindar dari gejala anak stunting.