Iswandir, Lorentius
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Nilai Hidup dalam Keringat: Penelitian terhadap Para Pemulung di Sekitar Alun-alun Kota Malang Eric Hariyanto, Benedictus; Iswandir, Lorentius; Badri Dinggit, Patrisius Juwantri
Seri Filsafat Teologi Vol. 34 No. 33 (2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35312/serifilsafat.v34i33.239

Abstract

The purpose of this paper is to explore the meaning of daily life lived by scavengers within the framework of the philosophical ethics of Aku and Liyan according to Armada Riyanto's perspective. This goal is achieved through describing the daily life of waste pickers in Malang city square and finding the meaning of life from the perspective of the daily life of the waste pickers. The process of finding the meaning of life is based on the concept of relational love of Aku and Liyan according to Armada Riyanto. This type of qualitative research uses phenomenological research methodology with observation and interview techniques. The findings of this research are based on the results of the research and the process of philosophical reflection, it can be concluded that life according to scavengers is a love activity between Aku (scavenger) and Liyan (scavenger family members) in daily life. The love activity is carried out continuously. The peak of the love relationship occurs when I give love to Others, even though it does not bring comfort to Me.
Tertawa sebagai anugerah: Memaknai Hidup Personal dan Mewujudkan Gereja yang Gembira Iswandir, Lorentius
Seri Filsafat Teologi Vol. 34 No. 33 (2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35312/serifilsafat.v34i33.251

Abstract

Ada ungkapan: Dunia saat ini tidak baik-baik saja. Perang dan bencana massal ataupun persoalan dan pergulatan hidup personal membawa dampak bagi manusia ke dalam masa yang suram, penuh derita dan kecemasan. Untuk membantu manusia dalam menghadapi situasi ini, Gereja dipanggil seturut perutusannya, untuk mewartakan kabar gembira, Injil (euangelion [yun.]). Pertanyaannya ialah bagaimana Gereja bisa mewujudkan panggilan dan perutusannya dengan menghadirkan wajah yang gembira dan berpengharapan. Tulisan tentang tertawa sebagai anugerah bertujuan untuk memberi paradigma dan kesadaran kembali akan panggilan dan perutusan Gereja. Penulis menggunakan metode kualitatif dari studi Pustaka dengan gabungan metode fenomenologis dan teologi sistematis. Diawali dengan mengambil contoh fenomen pengalaman hidup personal dan dilanjutkan dengan melihat makna tertawa dalam Kitab Suci dan Tradisi dalam hubungannya dengan hakikat perutusan Gereja. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tertawa, senyum dan humor dimungkinkan untuk menjadi tampilan wajah Gereja dalam mewujudkan perutusannya sebagai pewarta kabar gembira
Menjadi Sahabat Sejati Teladan Kemartiran dari Santo Maximiliam Kolbe Iswandir, Lorentius; Isharianto, Rafael
Forum Vol 53 No 2 (2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologia dan Filsafat Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35312/forum.v53i2.684

Abstract

Modern human life is characterized by the centrality of the individual. The negative effect is that human attitudes tend to be individualistic or egoistic, which can erode the solidarity and altruist spirit of people who want to be friends for others. Thus, the challenge to become a true friend is self-sacrifice. This paper aims to show as an example that there are still people who dare to sacrifice for others. From his spirit people can learn and take inspiration. This research intends to answer the question of whether there are still people in this modern world who can be used as examples of true friends. The author uses a historical approach and theological reflection, as well as a qualitative method of literature study. The results of this study show that being a friend is not a gift from birth, but a natural ability that can be cultivated and learned, as well as a supernatural power that can be invoked in commitment and spiritual fervor.
Iman, Belarasa dan Solidaritas : Relevansi Beato Frederic Ozanam bagi Orang Muda Katolik di Era Digital Iswandir, Lorentius; Jimiardi , Timotius; Paulus Daniel, Andreas Christo
Seri Filsafat Teologi Vol. 35 No. 34 (2025)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35312/serifilsafat.v35i34.298

Abstract

Beato Frederic Ozanam (1813-1853) adalah seorang intelektual muda Katolik Perancis yang dikenal sebagai pendiri Serikat Sosial Vincentius (SSV) Di usia yang relatif singkat, ia berhasil mewariskan sebuah spiritualitas iman yang berbela rasa dan diwujudkan dalam solidaritas dengan kaum miskin. Artikel ini hendak menyoroti relevansi figur Ozanam bagi orang muda Katolik di era digital dengan menggunakan pendekatan historis, teologis, dan pastoral. Melalui penelusuran historis, ditampilkan konteks kehidupan Ozanam yang bergulat dengan persoalan sosial abad ke-19. Secara teologis, iman dan cintanya pada Kristus yang menemukan ekspresi nyata dalam pelayanan kepada orang miskin. Sedangkan dari sisi pastoral, pengalaman Ozanam menginspirasi keterlibatan kaum muda Katolik masa kini untuk membangun solidaritas melalui jejaring digital dan pelayanan nyata di tengah masyarakat. Tulisan ini menegaskan bahwa teladan Ozanam tetap relevan dalam mendampingi kaum muda Katolik, termasuk di Indonesia, agar semakin hidup dalam iman, belarasa, dan solidaritas.