Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBIJALAR (Ipomoea batatas L.) SPESIFIK LOKASI MENGATASI CEKAMAN ABIOTIK DI DATARAN TINGGI PAPUA Alberth Soplanit; Siska Tirajoh
Jurnal Riset Kajian Teknologi dan Lingkungan Vol. 2 No. 1 (2019): Jurnal Riset Kajian Teknologi dan Lingkungan
Publisher : LPPM Universitas Samawa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Komoditas ubijalar (Ipomoea batatas L.) di dataran tinggi Papua memiliki peluang yang cukup besar untuk dikembangkan namun diperlukan dukungan inovasi teknologi budidaya yang sesuai kondisi iklim setempat. Pentingnya ubijalar bagi masyarakat lokal selain sebagai sumber pangan, pakan ternak tapi juga sebagai makanan yang disediakan pada acara-acara ritual adat, karena itu, ketersediaan ubijalar menjadi begitu penting manakala ke depan kebutuhan terhadap komoditi ini semakin meningkat. Faktor pembatas yang paling dominan adalah iklim seperti cahaya yang terbatas, durasi penyinaran yang singkat dan suhu yang relatif rendah sehingga menyebabkan rendahnya hasil fotosintesis. Kendala tersebut dapat diatasi dengan upaya perbaikan teknologi budidaya yakni pemilihan varietas yang tepat dan penggunaan ajir yang sesuai dengan cara merambatkan sulur tanaman guna meningkatkan efisiensi penggunaan energi radiasi matahari yang terbatas. Karena itu perlu digunakan varietas yang memiliki kemampuan yang tinggi untuk mengintersep radiasi matahari. Selain itu penggunaan sudut kemiringan ajir yang lebih vertikal untuk meningkatkan sudut daun supaya cahaya yang dintersep dapat didistribusikan secara merata ke seluruh daun tanaman sehingga proses fotosintesis dapat ditingkatkan. Tersedianya teknologi budidaya ubijalar spesifik lokasi yang dapat mengatasi kondisi iklim setempat diharapkan dapat meningkatkan produktivitas ubijalar di dataran tinggi Papua.
Utilization of Foxtail Millet (Setaria italica) from Papua as an Alternative Feedstuff to Substitute Corn Siska Tirajoh
WARTAZOA, Indonesian Bulletin of Animal and Veterinary Sciences Vol 25, No 3 (2015): SEPTEMBER 2015
Publisher : Indonesian Center for Animal Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.05 KB) | DOI: 10.14334/wartazoa.v25i3.1156

Abstract

Papua foxtail millet (Setaria italica) is a plant which has been used as a source of carbohydrate, but it has not been used optimally. High demand in consuming corn as a poultry feeds provides an opportunity for Papua foxtail millet to be used as a substitute for corn in feed. Evaluation of nutritive values and antinutrient shows that Papua foxtail millet potential to be used as feed stuff. Studies on cultivation technology, evaluation of the nutritive values and antinutrient and its benefits as an alternative feed are relatively limited. The results shows that the Papua foxtail millet contains dry matter (88.37%), ash (0.86%), protein (12.07%), fat (2.76%), crude fiber (1.93%), metabolizable energy (3,139 kcal/kg) and anti-nutritional factors (3.07% of phytate and 0.01% of tannins). Several studies reported that the use of Papua foxtail millet at various levels (25-100%) in feed, can substitute corn and give a positive response on consumption, daily weight gain, feed conversion, carcass composition and percentages and egg production. It can be concluded that the Papua foxtail millet can be used as a corn substitution in poultry feed.   
PENERAPAN INOVASI TEKNOLOGI PADI SAWAH DI WILAYAH PERBATASAN KOTA JAYAPURA PAPUA Fans Palobo; Siska Tirajoh
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 22, No 1 (2019): Maret 2019
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v22n1.2019.p121-131

Abstract

Application of Rice Paddy Technology Innovation in Border Area of City Jayapura Papua. Build agriculture in border areas with high biophysical and social diversity, appropriate, well-balanced, and well -programmed approaches are required. The biophysical diversity of the border area is actually a great potential if it is utilized in an objective and optimal manner. Agricultural development of border areas should be locally specific with an emphasis on biophysical-technical and socio-economic suitability. Development of agricultural commodities in border areas should be projected on activities and businesses that are capable of providing economically efficient economic benefits, not polluting the environment, and culturally acceptable to society. Ecological constraints can be overcome by the application of technological innovations that have been produced by IAARD in a proper target. The purpose of the assessment was to know the feasibility of introduction of technology in the border area of Murakami District, Jayapura City. Introdiced innovations were on-farm and off-farm approaches with treatment system “Jajar Legowo”, “Tegel” and “Tabela Paralon”. Land area for each treatment was 1 ha. Methods of data collection were with direct observation, interviews, and tiles and the type of data collected included agronomic parameters. The data were analyzed using quantitative descriptive analysis. The results of the study showed that the generative component of growth was significant yet when the generative phase was not significant. “Jajar Legowo” system farm income was relatively higher compared to “Tegel” and “Tabela” system, which showed the value of RC, BC and MBCR. The MBCR introduces value “Jajar Legowo” to “Tegel” was 9.43 and “Jajar Legowo” to “Tabela was 3.47.Keywords: paddy rice, technology innovation, border areaABSTRAKMembangun pertanian di kawasan perbatasan yang memiliki keragaman biofisik dan sosial yang tinggi, diperlukan pendekatan yang tepat, berimbang, dan terprogram (appropriate, well-balanced, and well-programmed). Keragaman biofisik kawasan perbatasan sesungguhnya merupakan potensi yang besar bila dimanfaatkan secara terarah dan optimal. Pembangunan pertanian kawasan perbatasan hendaknya bersifat lokal spesifik dengan mengutamakan kesesuaian teknis-biofisik dan sosial-ekonomi. Pengembangan komoditas pertanian di wilayah perbatasan hendaknya diproyeksikan pada kegiatan dan usaha yang mampu memberikan keuntungan ekonomi secara teknis efisien, tidak mencemari lingkungan, dan secara kultural dapat diterima masyarakat.  Kendala ekologi dapat diatasi dengan penerapan inovasi teknologi yang telah banyak dihasilkan Badan Litbang Pertanian secara tepat sasaran. Tujuan pengkajian untuk mengetahui kelayakan introduksi teknologi di wilayah perbatasan Distrik Muaratami Kota Jayapura. Inovasi yang diintroduksikan adalah on-farm dan off-farm dengan perlakuan Sistem Tanam Jajar Legowo, Tegel, dan Tabela Paralon. Luas lahan untuk setiap perlakuan masing-masing 1 ha.  Metode pengumpulan data dengan pengamatan langsung, wawancara, dan ubinan. Jenis data yang dikumpulkan meliputi parameter agronomis. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan komponen pertumbuhan generatif signifikan namun pada saat generatif tidak signifikan. Pendapatan usahatani sistem Jajar Legowo relatif lebih tinggi, dibandingkan sistem Tegel dan sistem Tabela, yang ditunjukan nilai RC, BC dan MBCR. Nilai MBCR introduksi Jajar Legowo terhadap Tegel 9,43 dan introduksi Jajar Legowo terhadap Tabela 3,47.Kata kunci: padi sawah, inovasi teknologi, wilayah perbatasan
SIKLUS ESTRUS DAN PROFIL HORMON REPRODUKSI INDUK SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN SILANGAN SIMMENTAL-PERANAKAN ONGOLE Batseba M.W. Tiro; Siska Tirajoh; Petrus A. Beding; Endang Baliarti
Agros Journal of Agriculture Science Vol 22, No 2 (2020): edisi Juli
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (152.306 KB) | DOI: 10.37159/jpa.v22i2.1119

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi siklus estrus dan profil hormon estrogen dan progesteron induk sapi Peranakan Ongole (PO) dan sapi silangan Simmental-Peranakan Ongole (SimPO). Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan termasuk masa prakondisi selama 2 bulan. Menggunakan 5 ekor induk sapi PO dan 5 ekor induk sapi SimPO. Pemberian pakan hijauan dan pakan penguat diberikan secara optimum, begitu pula dengan penyediaan air minum untuk mempertahankan skor kondisi tubuh antara 3,0-3,5. Induk sapi diikuti siklus birahinya sampai 3 siklus, gejala birahi dilihat dengan pengamatan visual yaitu dengan munculnya gejala-gejala birahi. Pengambilan plasma darah dilakukan pada hari ke 18 sampai 21 (hari ke 0 siklus berikutnya) dilanjutkan setiap 6 hari sampai hari ke 18. Analisis konsentrasi hormone progesteron dan estrogen menggunakan ELISA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat variasi panjang siklus estrus antara individu baik pada induk sapi PO maupun sapi SimPO, namun rataan panjangnya siklus estrus berada pada kisaran normal yakni sapi PO 19,92 ± 1,13 hari dan sapi SimPO 18,60 ± 1,34 hari. Kadar hormon progesteron pada hari menjelang estrus berada pada konsentrasi tinggi dan menurun pada saat estrus baik pada induk sapi PO maupun sapi SimPO. Sedangkan hormon estrogen pada induk sapi PO terjadi peningkatan pada hari ke 18 – 20 dalam siklus estrus, pada sapi SimPO pada hari ke 18 dan puncaknya pada hari ke 21
PERTUMBUHAN TANAMAN LAMTORO (Leucaena leucocephala cv. Tarramba) MENDUKUNG PENYEDIAAN PAKAN DI KAWASAN PENGEMBANGAN SAPI POTONG Batseba M.W. Tiro; Siska Tirajoh; Usman Usman; Petrus A. Beding; Fransiskus Palobo
Agros Journal of Agriculture Science Vol 23, No 1 (2021): Edsi Januari
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v23i1.1281

Abstract

Introduksi teknologi budidaya hijauan pakan lamtoro sebagai upaya penyediaan hijauan pakan berkualitas dilakukan pada kebun Kelompok Tani Wiwa Papua Bangkit Mandiri yang merupakan salah satu lokasi pendampingan pengembangan kawasan sapi potong di Kabupaten Keerom. Introduksi tanaman L. leucochepala cv Tarramba dengan menggunakan anakan dalam polybag pada lahan seluas 100 x 70 m. Penanamannya dalam bentuk budidaya lorong dengan jarak tanam 1,5 m dalam baris dan 5 m antar baris. Pada lorong tanaman lamtoro ditanam tanaman sela yakni jagung dan kacang tanah. Penanaman jagung dan kacang tanah sebagai tanama sela diantara tanaman lamtoro dengan sistem tanam tanpa olah tanah (TOT) dengan jarak tanam 40 x 80 cm dan 20 x 40 cm. Parameter pertumbuhan tanaman L. leucochepala cv Tarramba adalah tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah cabang. Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Diperoleh rata-rata tinggi tanaman dan diameter batang L. leucochepala cv Tarramba sampai 4 bulan tanaman di lapangan (186,4-265,4 cm dan 1,25-2,46 cm), sedangkan untuk jumlah cabang 3,10-16,5 cabang. Rataan produktivitas tanaman sela jagung dan kacang tanah mencapai 3,13 t/ha dan 1,05 t/ha.
Pemanfaatan Tepung Daun Indigofera sp. Terhadap Penampilan Produksi Ayam Kampung Unggul Siska Tirajoh
Jurnal Ilmu dan Industri Peternakan Vol 8 No 1 (2022): JUNI
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jiip.v8i1.24546

Abstract

Indigofera sp. merupakan sejenis leguminosa yang berpotensi besar untuk menjadi bahan pakan alternatif sumber protein untuk melengkapi bahan pakan lainnya terhadap peningkatan produksi ayam Kampung Unggul Balitbangtan/KUB. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung daun Indigofera sp. terhadap penampilan pertumbuhan ayam KUB umur 6 minggu sampai 14 minggu. Sebanyak 40 ekor ayam KUB digunakan dalam penelitian ini dan terbagi dalam 2 kelompok perlakuan pakan yaitu P0 : pakan komersil 70% + jagung 30% dan P1 : pakan komersil 65% + jagung 30% + tepung indigofera 5%. Data dikumpulkan dan ditabulasi menggunakan program aplikasi Microsoft Excell dan dianalisis menggunakan uji independent sample t-2 t test. Peubah yang diamati yaitu konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, bobot badan akhir, konversi pakan dan income over feed cost (IOFC). Hasil kajian menunjukkan penambahan tepung daun Indigofera sp. 5% dalam pakan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap rata-rata pertambahan bobot badan sebesar 705,75 g/ekor, bobot badan akhir 1.054 g/ekor, nilai konversi pakan 4,75 dan nilai IOFC sebesar Rp. 57.340,- namun tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi pakan sebesar 3.355 g/ekor. Kesimpulan hasil kajian menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun Indigofera sp. dapat digunakan pada taraf 5% bahkan perlu ditingkatkan untuk ayam periode grower berdasarkan pertimbangan harga pakan untuk mengoptimalkan efisiensi penggunaan pakan.
KAJIAN PENGEMBANGAN USAHA TERNAK BABI DI KABUPATEN JAYAWIJAYA MELALUI PENDEKATAN ANALISIS SWOT Batseba M.W. Tiro; Siska Tirajoh; Petrus A. Beding; Fransiskus Palobo
Agros Journal of Agriculture Science Vol 24, No 2 (2022): edisi Juli
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v24i2.1956

Abstract

Usaha ternak babi di Kabupaten Jayawijaya umumnya masih dilaksanakan secara tradisional dengan sistem pemeliharaan yang masih sederhana. Kajian ini bertujuan untuk membahas kemungkinan pengembangan usaha ternak babi melalui pendekatan analisis SWOT. Penelitian telah dilakukan pada 60 responden peternak babi yang ditetapkan secara purposive random sampling. Pengumpulan data melalui wawancara terstruktur serta pengamatan langsung di lapangan. Analisis data dilakukan secara deskriptif yang dipertajam dengan analisis SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman). Hasil kajian menunjukkan bahwa usaha pengembangan ternak babi di Jayawijaya mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan karena didukung oleh kondisi faktor internal dan eksternal, antara lain pengalaman beternak dan motivasi peternak yang cukup tinggi, sumberdaya lahan dan pakan tersedia, kondisi sosial budaya masyarakat mendukung, ketersediaan teknologi dan kebijakan pemerintah daerah mendukung. Berdasarkan analisis SWOT, maka strategi yang dapat dilakukan untuk pengembangan usaha ternak babi di Kabupaten Jayawijaya antara lain dengan meningkatkan atau mengoptimalkan sumber daya manusia peternak serta optimalisasi sumberdaya alam melalui penyuluhan dan pembimbingan yang intensif mengenai budidaya ternak babi yang baik diikuti demplot dengan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak juga perlu dilakukan melalui kursus keterampilan maupun magang.