p-Index From 2020 - 2025
1.037
P-Index
This Author published in this journals
All Journal JPS
Mansyur, Munawir
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

STRATIFIKASI SOSIAL TERHADAP PRAKTEK TAURAKA (MAHAR) PERKAWINAN PADA MASYARAKAT BUTON Mansyur, Munawir
Jurnal Pendidikan Sejarah Vol. 8 No. 2 (2022): Jurnal Pendidikan Sejarah Terbitan Bulan November 2022
Publisher : Jurnal Pendidikan Sejarah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana Latar Belakang Munculnya Stratifikasi Sosial Terhadap Praktek Tauraka (Mahar) Perkawinan Pada Masyarakat Buton, (2) Stratifikasi Penentuan Jumlah Mahar Di Buton. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui Bagaimana Latar Belakang Munculnya Stratifikasi Sosial Terhadap Praktek Tauraka (Mahar) Perkawinan Pada Masyarakat Buton, (2) Dan Untuk Mengetahui Stratifikasi Penentuan Jumlah Mahar Di Buton. Penelitian ini merupakan jenis penelitiaan kualitatif dengan desain etnografi. Penelitian berlangsung selama tiga bulan. Pengumpulan data lapangan dilakukan pada dua Kelurahan Kota Baubau. Subjek penelitian ini adalah tokoh adat,tokoh masyarakat dan budayawan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan (1) Awal pembagian stratifikasi masyarakat Buthuuni mulai diadakan kesepakatan bersama oleh para pembesar kesultanan Buthuuni pada masa Sultan Dayanu Ikhsanuddin yang di selaraskan dengan undang-undang kesultanan yaitu martabat tujuh dan sifat dua puluh. (2) Meskipun demikian, bentuk-bentuk pelaksanaan tauraka pada masyarakat Buton mengalami perkembangan dan berbeda-beda pendapat menurut pegangan para tokoh adat, tetapi tidak merubah makna adat
PERAN DAN FUNGSI PERANGKAT / PEJABAT KESULTANAN BUTON PADA ABAD KE-20 Mansyur, Munawir
Jurnal Pendidikan Sejarah Vol. 9 No. 1 (2023): Jurnal Pendidikan Sejarah Terbitan Bulan Mei 2023
Publisher : Jurnal Pendidikan Sejarah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masalah dalam penelitian ini adalah : 1) latar belakang adanya pejabat kesultanan buton pada abad ke-20; 2) bagaimana peran dan fungsi pejabat kesultanan buton pada abad ke-20; Tujuan penelitian ini adalah: 1)untuk menjelaskan latar belakang adanya pejabat kesultanan buton pada abad k-20; 2) untuk mengetahui peran dan fungsi pejabat kesultanan buton pada abad ke-20; Peneltian ini menggunakan metode sejarah dengan pendekatan analisis deskiptif kualitatif. Dari Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa 1) Latar belakang adanya pejabat kesultanan buton pada abad ke-20 yaitu Deskripsi tentang wilayah kekuasaan Buton dalam konstruksi kolonial secara jelas baru dapat diketahui dalam abad ke-19 yakni mencakupi pulau Muna, yang dimana Muna adalah Pangsane atau Pancano yang diberikan oleh orang Ternate dan orang Buton menyebutnya sebagai daerah Pancana. Perangkat atau pejabat kesultanan buton yang dimaksudkan yaitu Pembagian kelompok di majelis yang diatur dalam UU yang disebut Tutura ini adalah sebagai berikut: Eksekutif = Sara Pangka; Legislatif = Sara Gau; Yudikatif = Sara Bitara. Ada 114 anggota majelis Sara buton yang terdiri dari 3 fraksi; Fraksi rakyat = Beranggotakan 30 menteri/bonto ditambah 2 menteri besar yang juga mewakili pemukiman-pemukiman di wilayah Buton; Fraksi pemerintahan = Pangka, Bobato, lakina Kadie yang mewakili pemerintahan.;Fraksi Agama = Diwakili oleh pejabat lingkungan sarakidina/sarana hukumu yang berkonsentrasi di masjid agung kesultanan Buton. Wilayah Kesultanan meliputi pulau Buton secara keseluruhan, pulau Muna bagian selatan, kepulauan Tukang Besi, pula Wawonii dan Jazirah Tenggara daratan pulau Sulawesi. Undang-undang "Murtabat Tujuh Kesultanan Buton" ditetapkan sejak tahun 1610 di masa pemerintahan Sultan Dayanu Iksanuddin (1579- 1631). Undang-undang tersebut mengenal tiga tingkatan pemerintahan.2) Dalam sejarah kesultanan Buton dari zaman Sultan dayanu ikhsanuddin (La Elangi) sampai dengan zaman pemerintahan Sultan Falihi bahwa dijelaskan perangkat atau pejabat kesultanan buton sampai dengan pada abad ke-20 yaitu mempunyai peran dan fungsi sebagai berikut :1) Sultan; 2) Pasopitumatana; 3) Siolimbona; 4) Sarana Hukumu dan beberapa pejabat penting yang ada di dalam sistem pemerintahan kesultanan Buton. Dari kesemua perangkat atau pejabat kesultanan buton dari zaman La Elangi sampai dengan Sultan Falihi tentunya masih mempunyai peran dan fungsi yang sama sampai sekarang ini.
OMBO : FUNGSI SOSIAL PADA TRADISI MASYARAKAT SIOMPU BARAT Mansyur, Munawir; Muskur, La Ode Muhammad
Jurnal Pendidikan Sejarah Vol. 10 No. 1 (2024): Jurnal Pendidikan Sejarah Terbitan Bulan Mei 2024
Publisher : Jurnal Pendidikan Sejarah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah : 1) Apa yang melatarbelakangi munculnya tradisi ombo pada masyarakat Siompu Barat; 2) Bagaimanakah tata cara pelaksanaan tradisi ombo pada masyarakat Siompu Barat; 3) Manfaat apa saja yang diperoleh oleh gadis yang telah melakukan tradisi ombo (pingitan). Tujuan penelitian adalah 1) Untuk mengetahui latar belakang munculnya tradisi ombo pada masyarakat Siompu Barat; 2) Untuk mengetahui tata cara pelaksanaan tradisi ombo pada masyarakat Siompu Barat; 3) Untuk mengetahui manfaat yang diperoleh oleh gadis yang telah melakukan tradisi ombo (pingitan). Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatfi. Hasil penelitian ini adalah 1) Latar belakang munculnya tradisi ombo Tradisi ombo ini, berawal dari cerita yang diyakini masyarakat setempat yaitu pada zaman dahulu, ada sepasang suami istri beserta anak perempuannya yang hanyut di perairan Siompu. Kemudian melakukan batata (membuat nazar). “Jika kita selamat dari musibah ini maka kita akan membuat acara pounde-umde (memanjakan) bagi si anak gadis ”. setelah selamat sebelum pelaksanaan acara si gadis harus do ombo’e kadei selama beberapa hari agar pada saat pelaksaan si gadis akan cantik.kegiatan ini dilaksanakan berulang-ulang dan menjadi sebuah tradisi; 2) Tata cara pelaksanaan: tahap persiapan yaitu metau’a (musyawarah) untuk berapa peserta yang mengikuti, waktu, dan tempat pelaksanaan tradisi ombo. Tahap pelaksanaan: pengukuhan peserta, malono tangia (malam isak tangis), pirambi ganda, mandi wajib, kafoluku (masuk kamar), pemberian nasehat, pibura, baliana yimpo (perubaha posisi tidur),pemakaian baju adat Buton, kalempagi (melewati pintu).Tahap penutup: kafosambu (pemberian uang), penjemputan keluarga.; 3) Manfaat yang diperoleh gadis yaitu pembelajaran etika/moral : terdapat peraturan yang tidak tertulis seperti bagaimana cara merawat diri, pengaturan makanan dan minum dengan porsi ditentukan, serta posisi tidur yang benar. Berikutnya, Perawatan fisik : peserta atau gadis yang mengikuti tradisi ombo (pingitan) diatur jadwal dan porsi makannya. Manfaat selanjutnya Psikis : diberikan beberapa bimbingan pranikah bagi para gadis remaja oleh bhisa dalam mematangkan jiwa mencapai tujuan pernikahan atau kehidupan berumah tangga
TARI CUNGKA : PERSPEKTIF MASYARAKAT BURANGASI KECAMATAN LAPANDEWA (STUDI KAJIAN SOSIOLOGYS HYSTORICAL) Mansyur, Munawir
Jurnal Pendidikan Sejarah Vol. 10 No. 2 (2024): Jurnal Pendidikan Sejarah Terbitan Bulan November 2024
Publisher : Jurnal Pendidikan Sejarah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The problems in this research are: 1) What is the background to the emergence of the Cungka dance in Burangasi, Lapandewa District, South Buton Regency; 2) What values ​​are contained in the story regarding the background of the Cungka dance; 3) How does the Cungka dance move among the Burangasi community, Lapandewa District, South Buton Regency; 4) What values ​​are contained in the Cungka dance in Burangasi, Lapandewa District, South Buton Regency. The aims of this research are: 1) to find out the background to the emergence of the Cungka dance in Burangasi, Lapandewa District, South Buton Regency; 2) to find out the values ​​contained in the story regarding the background of the Cungka dance; 3) to find out the Cungka dance movements of the Burangasi community, Lapandewa District, South Buton Regency. 4) to find out the values ​​attached to the cungka dance. The research used in this research is descriptive qualitative with a historical approach. The data sources in this research are primary data sources and secondary data sources. Data collection techniques are interviews, observation and document study. The results of the research obtained are 1) The background to the emergence of the Cungka Dance from a husband and wife who bought 1 of their 7 children whose body parts were planted in the garden and grew into food in the form of heads becoming coconuts, teeth becoming corn, fingers and toes becoming cassava, blood becoming santa (tubers), and other body parts becoming hopa, peanuts, pumpkins and so on. 2) The value contained in the Cungka dance story is the value of obedience which the child (Wa Sariati) was willing to slaughter for the sake of the survival of her family. 3) the cungka dance moves turning right and left and swinging the arms and changing patterns like the letter (V) accompanied by the waironi song. 4) The value contained in the Cungka dance is the value of the beauty of every movement danced