Penelitian ini mempunyai tujuan menganalisis urgensi seruan teologi pembebasan terhadap Doktrin Tritunggal yang dicap sebagai buah paganisme selama masa pandemi di Indonesia, sehingga dianggap perlu ditiadakan dari keKristenan. Pendekatannya adalah kualitatif deskriptif dengan analisa literatur dan teknik pengumpulan data melalui berbagai sumber seperti buku-buku, jurnal-jurnal, dan berbagai dokumen yang mempunyai keterkaitan dengan objek penelitian. Hasilnya, pertama, terdapat suatu metamorfosis Sabelianisme yang coba menekankan ke-Esaan Allah (Oneness of God) dan mengabaikan serta menolak pluralitas-Nya. Kedua, tidak terdapat relevansi dan urgensi seruan teologi pembebasan terhadap Doktrin Tritunggal pada masa lalu, masa kini, maupun pada masa yang akan datang. Kesimpulannya, Doktrin Tritunggal bukanlah buah paganisme, tetapi justru adalah konsep yang berasal dari Alkitab yang merupakan firman Allah yang hidup, Doktrin Tritunggal bukan sekedar merupakan dasar teologis penting dalam konsep keselamatan Kristen, tetapi juga merupakan dasar pemahaman yang benar akan siapa dan seperti apakah Allah yang Esa itu. Tanpa doktrin Tritunggal, Alkitab sebagai Kitab Suci pasti kehilangan kredibilitas dan relevansinya. Dengan kata lain, relevansi dan urgensi seruan teologi pembebasan terhadap Doktrin Tritunggal pada masa lalu, masa kini, maupun pada masa yang akan datang tidaklah terbukti.