Junian, Wahyu Eko
Institut Teknologi Sumatera

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Identification of gold mineralization zones of low sulfidation epithermal systems using geoelectrical and magnetic methods in Ciparay area, Cibaliung Wahyu Eko Junian; Agus Laesanpura; Andri Yadi Paembonan; Muhammad Arief Wicaksono
Journal of Aceh Physics Society Volume 10, Number 3, July 2021
Publisher : PSI-Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jacps.v10i3.18521

Abstract

Abstrak. Cibaliung merupakan daerah pertambangan mineral yang berada di Provinsi Banten. Hal ini, dibuktikan dengan adanya lubang tambang emas di daerah Cikoneng dan Cibitung. Penelitian tentang geofisika penting dilakukan guna menemukan cadangan emas baru di daerah Ciparay yang terletak di Sebelah Tenggara Cikoneng dan Cibitung. Metode geofisika yang digunakan di antaranya magnetik, resistivitas, dan induced polarization (IP). Metode magnetik digunakan sebagai survei pendahuluan untuk menggambarkan keberadaan struktur geologi pengontrol mineralisasi emas. Melalui peta reduce to pole dapat diketahui adanya tanda-tanda keberadaan struktur geologi yang ditunjukkan oleh anomali negatif (-220 hingga -135 nT) di Bagian Barat Daya daerah penelitian. Hasil teknik edge detectors menunjukkan adanya pola struktur dengan arah Northwest (NW) dan North-Northeast (NNE) yang dominan berada di Bagian Barat Daya sebelah Utara daerah penelitian. Metode resistivitas dan IP digunakan sebagai survei detail untuk menentukan keberadaan mineral yang terkandung dalam batuan. Hasilnya menunjukkan bahwa zona potensi mineralisasi ditunjukkan oleh anomali tinggi (resistivitas 50 ohm.m dan chargeability 40 msec). Resistivitas tinggi diduga sebagai respons batuan induk andesitic sedangkan, nilai chargeability tinggi merupakan respons dari hadirnya mineral-mineral bijih seperti emas dan perak. Zona potensi mineralisasi berada pada posisi patok 350-800 dengan arah persebaran mengikuti arah struktur geologi pengontrolnya yaitu NW dan NNE. Abstract. Cibaliung is a mineral mining area located in Banten Province. The area including gold mining in Cikoneng and Cibitung areas. Geophysical research is important to find new gold reserves at the Ciparay area, located in the Southeast of Cikoneng and Cibitung. Geophysical methods used include magnetic, resistivity, and IP. The magnetic method was applied as a preliminary survey to delineate the presence of the geological structure controlling the gold mineralization. Based on the RTP map, signs of the presence of geological structures are shown by anomalies -220 to -135 nT in the Southwestern part of the study area. The results of edge detector techniques show the existence of structural patterns in the direction of NW and NNE which are dominant in the Southwestern North of the study area. The resistivity and IP methods are employed for detailed investigation in order to obtain to determine the presence of minerals contained in rocks. The results show that the mineralized zones are indicated by high resistivity ( 50 ohm.m) and high chargeability ( 40 msec). High resistivity response is caused by andesitic source rock whereas, high chargeability response is related to the presence of ore minerals such as gold and silver. The mineralization prospect zone is indicated at the position of 350-800 and its direction corresponds to the direction of its geological structure namely NW and NNE.Keywords: New gold reserves, Negative magnetic anomalies, High resistivity, High chargeability. 
PEMETAAN KERENTANAN SEISMIK MELALUI ANALISIS MIKROTREMOR HVSR DI WILAYAH KECAMATAN KEMILING DAN SEKITARNYA Ariyanto, Agus; Farduwin, Alhada; Styawan, Yudha; Putri, Intan Andriani; Junian, Wahyu Eko; Prasetyo, Nugroho; Rizki, Reza; Wulandari, Rizki
JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) Vol 10, No 2 (2024)
Publisher : Engineering Faculty Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jge.v10i2.393

Abstract

Wilayah Kemiling yang terletak di Kota Bandar Lampung sering kali mengalami gempa lokal dengan magnitudo kecil. Gempa ini terjadi secara berulang dan dirasakan di daerah Kemiling dan sekitarnya. Hal tersebut dapat menimbulkan kekhawatiran bagi warga dan dapat merusak bangunan. Fokus utama pada studi ini adalah untuk memahami bagaimana karakteristik tanah dan indeks kerentanan seismik di daerah tersebut. Untuk meminimalisir dampak kerusakan akibat gempa, perlu dilakukan mikrozonasi pada wilayah rawan gempa. Parameter mikrozonasi yang digunakan untuk mengetahui karakteristik tanah antara lain amplifikasi (A0), frekuensi natural (f0), indeks kerentanan seismik (Kg), periode dominan (T0), dan kecepatan gelombang geser hingga kedalaman 30 meter (VS30). Sebanyak 65 titik pengukuran mikrotremor telah diukur di Kecamatan Kemiling dan sekitarnya meliputi kota Bandar Lampung, Kecamatan Gedong Tataan, dan Kecamatan Natar. Pada penelitian ini digunakan analisis metode Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR) dan didapatkan bahwa frekuensi natural berkisar antara 0,5-31,47 Hz, periode dominan 0,03-2,0 sekon, amplifikasi 0,76-7,67 kali penguatan, indeks kerentanan seismik 0,05-76,31, dan VS30 49,61-777,80 m/s. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah barat daya hingga utara Kemiling memiliki risiko kerentanan yang lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya dengan tipe tanah berupa tanah lunak. Oleh karena itu, diperlukan tindakan mitigasi yang tepat, termasuk pengembangan rencana mitigasi risiko, pemantauan lanjutan, dan keterlibatan aktif masyarakat dalam perencanaan darurat.
IMPLEMENTASI ALGORITMA GREY WOLF OPTIMIZER (GWO) UNTUK PEMODELAN INVERSI 1D DATA MAGNETOTELLURIK Junian, Wahyu Eko; Adilla, Rifa Prima; Irawati, Selvi Misnia
Jurnal Geosaintek Vol. 11 No. 2 (2025)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j25023659.v11i2.2590

Abstract

Magnetotellurik (MT) merupakan metode geofisika pasif yang memanfaatkan variasi medan elektromagnetik alami untuk memetakan struktur resistivitas bawah permukaan bumi. Metode ini mampu menjangkau kedalaman hingga puluhan kilometer dan sensitif terhadap kontras resistivitas, sehingga banyak digunakan dalam eksplorasi sumber daya alam seperti geotermal, mineral, dan hidrokarbon, serta dalam studi struktur geologi regional. Meskipun demikian, proses inversi data MT merupakan masalah non-linier dan tidak unik, sehingga memerlukan pendekatan optimasi yang andal. Penelitian ini mengimplementasikan algoritma Grey Wolf Optimizer (GWO) dalam pemodelan inversi satu dimensi (1D) data MT untuk mengatasi tantangan tersebut. Evaluasi dilakukan menggunakan data sintetik dan data lapangan. Data sintetik dibangun dari dua model tiga lapisan dengan karakteristik resistivitas berbeda, yang masing-masing ditambahkan noise sebesar 5% untuk mensimulasikan kondisi pengukuran lapangan. Hasilnya menunjukkan bahwa GWO mampu merekonstruksi model dengan tingkat kesalahan 5,82% dan 5,29% masing-masing untuk Model 1 dan Model 2. Penerapan GWO pada data lapangan dari wilayah East Tennant, Australia, menghasilkan model inversi dengan tingkat kesalahan sebesar 5,66% dan menunjukkan kesesuaian yang baik dengan hasil inversi metode probabilistik rj-McMCMT. Temuan ini membuktik
MULTIMETHOD APPROACH TO THE STUDY OF SUBSURFACE IN MERAK BATIN HOT SPRING, NATAR, LAMPUNG Santoso, Nono Agus; Junian, Wahyu Eko; Ramayanti, Fitria; Rizki, Reza; Alawiyah, Susanti
Jurnal Geosaintek Vol. 11 No. 1 (2025)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j25023659.v11i1.3023

Abstract

Merak Batin Natar hot spring is a geothermal manifestation located far (16 km) from the nearest volcanic edifice and thus is of local scientific interest. The driver of this hot spring has never studied in detail, and whether this system links to the distant volcanic body is an open question. The purpose of this study was to obtain a subsurface model of the Natar hot spring. The method used is a combination of magnetic, geoelectric and geochemical methods. Based on the results of the study, it was found that the subsurface model of the Natar hot spring consists of an unaltered and altered zone. This hot spring belongs to the outflow zone, so it is natural to be in the lowlands and far from the volcano.
PEMETAAN KERENTANAN SEISMIK MELALUI ANALISIS MIKROTREMOR HVSR DI WILAYAH KECAMATAN KEMILING DAN SEKITARNYA Ariyanto, Agus; Farduwin, Alhada; Styawan, Yudha; Putri, Intan Andriani; Junian, Wahyu Eko; Prasetyo, Nugroho; Rizki, Reza; Wulandari, Rizki
JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) Vol. 10 No. 2 (2024)
Publisher : Engineering Faculty Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jge.v10i2.393

Abstract

Wilayah Kemiling yang terletak di Kota Bandar Lampung sering kali mengalami gempa lokal dengan magnitudo kecil. Gempa ini terjadi secara berulang dan dirasakan di daerah Kemiling dan sekitarnya. Hal tersebut dapat menimbulkan kekhawatiran bagi warga dan dapat merusak bangunan. Fokus utama pada studi ini adalah untuk memahami bagaimana karakteristik tanah dan indeks kerentanan seismik di daerah tersebut. Untuk meminimalisir dampak kerusakan akibat gempa, perlu dilakukan mikrozonasi pada wilayah rawan gempa. Parameter mikrozonasi yang digunakan untuk mengetahui karakteristik tanah antara lain amplifikasi (A0), frekuensi natural (f0), indeks kerentanan seismik (Kg), periode dominan (T0), dan kecepatan gelombang geser hingga kedalaman 30 meter (VS30). Sebanyak 65 titik pengukuran mikrotremor telah diukur di Kecamatan Kemiling dan sekitarnya meliputi kota Bandar Lampung, Kecamatan Gedong Tataan, dan Kecamatan Natar. Pada penelitian ini digunakan analisis metode Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR) dan didapatkan bahwa frekuensi natural berkisar antara 0,5-31,47 Hz, periode dominan 0,03-2,0 sekon, amplifikasi 0,76-7,67 kali penguatan, indeks kerentanan seismik 0,05-76,31, dan VS30 49,61-777,80 m/s. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah barat daya hingga utara Kemiling memiliki risiko kerentanan yang lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya dengan tipe tanah berupa tanah lunak. Oleh karena itu, diperlukan tindakan mitigasi yang tepat, termasuk pengembangan rencana mitigasi risiko, pemantauan lanjutan, dan keterlibatan aktif masyarakat dalam perencanaan darurat.