Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

VISUALISASI “RAMADAN” DALAM KOMIK DAKWAH FACEBOOK THE MUSLIM SHOW TAHUN 2019 Azizi, Muhammad Hildan
INTELEKSIA: Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah Vol 2 No 2 (2021)
Publisher : STID Al-Hadid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (558.374 KB) | DOI: 10.55372/inteleksiajpid.v2i2.112

Abstract

This study aims to expound the depiction of “Ramadan” , referring to the category of signs, according to Pierce, namely icons, indexes, and symbols, in the da’wah comic with the theme of Ramadan published on the Facebook account of the Muslim Show in 2019. The Muslim Show is a comic artist whose works have reached many countries. The da’wah messages in comic semiotic symbols he uses have succeeded in extensively reaching Muslim communities. It uses qualitative approach by analyzing eight comics uploaded from April to May 2019. Visual semiotics is used to be an analytic tool for describing the meanings and signs / symbols used. It indicates that (1) Ramadan is the month that Moslems look forward to with joy. It can also build positive emotion and bury the bad habits. it is necessary to go through this month with a strong faith. There are a lot of physical and psychological challenges throughout daily life and acts of worship; (2) the uses of symbols for items often used by peole today, as well as colors as an indexes, make this comic universally understandable by Facebook viewers/users abroad.
Komunikasi Krisis Internal Integratif Rasulullah Pada Pembagian Ghanimah Hunain Azizi, Muhammad Hildan
INTELEKSIA: Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah Vol 3 No 2 (2022)
Publisher : STID Al-Hadid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55372/inteleksiajpid.v3i2.153

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan komunikasi krisis internal terintegrasi yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW setelah muncul rumor, khususnya di kalangan Ansar tentang pembagian harta rampasan perang Hunain yang dianggap tidak adil/berpihak pada mualaf Mekah. Strategi komunikasi krisis internal terintegrasi tercakup dalam dua lingkup, yaitu hubungan Ansar sebagai anggota dengan Islam dan tahapan heuristik komunikasi krisis internal yang telah dilakukan Nabi kepada Ansar bahkan sejak pertemuan pertama keduanya. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif dan menggunakan teknik analisis berdasarkan kerangka integratif komunikasi krisis internal (ICC) Frandsen dan Johansen. Kajian menemukan bahwa ICC yang dilakukan Nabi tidak lepas dari kenyataan bahwa hubungan Nabi dan kaum Anshar merupakan hubungan perbaiatan berdimensi ideologis dan seperti hubungan nasab yang terus berkembang secara positif berusaha memberikan terbaik antara satu pihak dengan pihak lainnya. Dengan demikian, pada setiap tahapan ICC, Ansar sebagai anggota tidak hanya berperan sebagai pihak yang pasif dalam menerima pesan, tetapi juga aktif mengirimkan pesan. Hingga akhirnya ICC yang diterapkan Nabi mampu membuat Ansar memahami secara logis alasan di balik keputusan Nabi. Studi ini mencoba menawarkan proposisi baru adanya bentuk komunikasi pembuktian loyalitas yang semakin menguat setelah ICC terjadi. Juga di dalam ICC terdapat bentuk komunikasi menjaga tatanan yang ada selama ini.
Politik dan Dakwah dalam Sirah Nabawiyah: Studi Multikasus Kristianto, Aris; Azizi, Muhammad Hildan
INTELEKSIA: Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah Vol 6 No 1 (2024)
Publisher : STID Al-Hadid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55372/inteleksiajpid.v6i1.319

Abstract

Artikel ini membahas hubungan antara politik dan dakwah dengan menganalisis perilaku Nabi Muhammad saw dalam Sirah Nabawiyah. Memahami perbedaan dan hubungan keduanya penting untuk menghindari kerancuan dalam menafsirkan perilaku Nabi Muhammad saw dan memahami batasan peran agama dalam kehidupan sosial dan politik. Kerancuan penafsiran terhadap hal ini berpotensi memunculkan perilaku penyalahgunaan dakwah untuk kepentingan politik atau mengaburkan tujuan utama dakwah. Pendekatan kualitatif deskriptif berjenis multi-kasus berdasarkan kajian pustaka digunakan dalam pembahasan tentang hal ini. Hasil kajian menemukan bahwa politik dan dakwah adalah dua konsep yang berbeda, namun memiliki ruang hubungan yang saling beririsan. Perbedaan mendasar antara politik dan dakwah terletak pada objek perilakunya. Politik adalah pengelolaan kekuasaan, sedangkan dakwah adalah mengelola keimanan/ketakwaan suatu pihak. Dalam beberapa kasus, Nabi Muhammad saw melakukan kegiatan politik murni atau dakwah murni, namun juga terdapat kegiatan yang mengandung unsur politik dan dakwah secara simultan. Hal ini menunjukkan bahwa politik dan dakwah dapat saling terkait dan memperkuat satu sama lain.
Pragmatik dan Hermeneutik sebagai Kerangka Analisis Komunikasi Politik dalam Organisasi Islam Azizi, Muhammad Hildan
Bil Hikmah: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol 3 No 2 (2025)
Publisher : STID Al Hadid Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55372/bilhikmahjkpi.v3i2.71

Abstract

Kajian pragmatika dan hermeneutika yang kompleks perlu didudukkan dengan tepat agar kerangka keterampilan analisis komunikasi politik pada organisasi keislaman dapat diterapkan secara tepat dan cepat. Studi ini bertujuan mendudukkan kedua perangkat ilmu itu dengan menganalisis kasus pidato Ahok (2017) dan Abdullah bin Ubay (Ekspedisi Musthaliq). Berdasarkan metode kualitatif deskriptif-analitis, penelitian ini mengkaji pendapat ahli linguistik dan ahli komunikasi dalam memaknai teks politik yang didapatkan datanya dari salinan putusan pengadilan di website Mahkamah Agung dan artikel jurnal ilmiah nasional. Temuan menunjukkan bahwa pragmatika efektif mengidentifikasi tindak tutur terselubung seperti kampanye atau provokasi, sementara hermeneutika membantu memahami konteks di balik teks. Namun, kedua pendekatan memiliki kelemahan: analisis fragmen teks (hermeneutika) berisiko mengabaikan keseluruhan pesan, sedangkan pragmatika sering gagal mengaitkan tuturan dengan strategi politik. Studi ini menekankan pentingnya integrasi kedua pendekatan secara interdisipliner dengan teori kekuasaan untuk mengungkap relasi bahasa, konteks, dan agenda politik.
Semiotika Pesan Akhlak dalam Film Pendek Kaya Tanpa Harta Fitriany, Sarah; Azizi, Muhammad Hildan
Jurnal Komunikasi Islam Vol. 11 No. 1 (2021): June
Publisher : Departement of Islami Comuunication and Broadcasting, Faculty of Da'wah and Communication, State Islamic University of Sunan Ampel (UINSA) Surabaya Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5808.054 KB) | DOI: 10.15642/jki.2021.11.1.125-158

Abstract

This study attempts to examine the meaning of the moral message embedded within the signs in the short film Kaya Tanpa Harta. Through the qualitative method and the semiotic approach of Roland Barthes, this study has found that the moral messages contained in this film texts are requiring muslims to be patient when experiencing economic problems and to do halal job even though in the low-wage workforce as well. In addition, the film texts also have conveyed message related to caring for and help one another as well as repent when one makes a mistake. Such moral messages are conveyed through depcition of the characters in a binary opposition with other characters, such as a strong young man who despairs and robs compared to an old mother who is passionate about work and continues to give alms.
Kesantunan Berbahasa Perspektif Islam: Tinjauan Teoritis Azizi, Muhammad Hildan
Bil Hikmah: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol 1 No 1 (2023)
Publisher : STID Al Hadid Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55372/hikmah.v1i01.2

Abstract

Masih terdapat kritik atas ragam prinsip kesantunan berbahasa yang dikaji oleh ilmuwan Barat sehingga ilmuwan Islam mencoba menawarkan alternatif baru prinsip kesantunan berdasarkan Al-Qur'an. Namun ternyata kajian itu masih bersifat uraian saja, belum terdapat kejelasan hubungan-kedudukan antarprinsip kesantunan yang diproposisikan. Juga paradigma yang mendasari prinsip-prinsip itu masih belum terjelaskan. Sehingga standar santun/tidaknya suatu bahasa masih sulit didefinisikan dan diterapkan dalam dakwah atau komunikasi sehari-hari. Penelitian ini bertujuan menjelaskan paradigma yang mendasari teori kesantunan berbahasa perspektif Islam serta menjelaskan kedudukan dan hubungan antarprinsip kesantunan itu agar tidak tumpang tindih. Metode integrative literature review digunakan untuk mengkaji teori-teori kesantunan berbahasa yang telah terpublikasi dan diuji transferabilitas berdasarkan kasus berbeda. Kajian ini menyimpulkan qawlan sadīdā sebagai prinsip kesantunan utama yang berkedudukan sebagai “substansi” isi pesan. Hal ini menunjukkan bahwa teori kesantunan perspektif islam menggunakan paradigma theological, berbeda dengan perspektif Barat yang menekankan paradigma social/conversational. Sedangkan prinsip lain seperti qawlan ma’rūfā, layyinā, maysūrā, karīmā, dan balīghā; merupakan prinsip kesantunan penunjang yang bersifat opsional karena berkedudukan sebagai "kemasan" pesan. Derajat kesantunan dalam prinsip penunjang dapat disesuaikan dengan paradigma yang telah berkembang, sehingga kelebihan pada kesantunan perspektif Barat dapat digunakan pada prinsip yang bersifat kemasan sejauh disesuaikan dengan kondisi pragmatik/sosiolinguistik.   Abstract: There is still criticism of the various politeness principles studied by western scientists so that Islamic scientists try to offer new alternatives to politeness principles based on the Qur'an. However, it turns out that the study is still only descriptive in nature, there is no clarity about the relationship between the proposed politeness principles. Also the paradigm underlying the principles is still not explained. So that the standard of politeness or not in a language is still difficult to define and apply in da'wah or daily communication. This study aims to explain the paradigm that underlies the theory of politeness in an Islamic perspective and explain the position and relationship between the politeness principles so that they do not overlap. The integrative literature review method is used to examine theories of language politeness that have been published and tested for transferability based on different cases. This study concludes that qawlan sadīdā is the main principle of politeness which has a position as the "substance" of the message content. This shows that the Islamic perspective of politeness theory uses a theological paradigm, in contrast to the western perspective which emphasizes the social/conversational paradigm. While other principles such as qawlan ma'rufā, layyinā, maysūrā, karīmā, and balighā; is a supporting politeness principle that is optional because it is positioned as a "packaging" of messages. The degree of politeness in supporting principles can be adapted to the paradigm that has developed, so that the advantages of politeness from a western perspective can be used in packaging principles as long as they are adapted to pragmatic/sociolinguistic conditions. Keywords: Linguistics, Politeness, Language, Islam, Theoretical Review    
Narasi Dakwah dalam Film Pendek 3T (Tafakur, Tadabur, Tasyakur) Karya Jejak Cinema Amelia, Delvira; Azizi, Muhammad Hildan
Bil Hikmah: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol 2 No 1 (2024)
Publisher : STID Al Hadid Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55372/bilhikmahjkpi.v2i1.21

Abstract

Dakwah melalui film mesti diproduksi berdasarkan narasi yang terkonstruksi dengan baik. Alih-alih efektif menyampaikan pesan dakwah, bisa jadi mad'uw hanya akan menikmati cerita namun mengabaikan pesan dakwahnya. Jejak Cinema berhasil memproduksi film berjudul 3T (Tafakur, Tadabur, Tasyakur) yang sarat muatan pesan dakwah dalam konstruksi narasinya. Tak pelak film itu mendapatkan impresi positif dari mad'uw. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan narasi dakwah dalam film itu guna ditarik pelajaran bagi filmmaker dakwah lainnya. Menggunakan konsep narasi dakwah sebagai pisau analisis, film itu dikaji berdasarkan pendekatan kualitatif berjenis deskriptif, serta ditunjang teknik peningkatan ketekunan untuk menguji keabsahan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa narasi dakwah dalam film "3T (Tafakur, Tadabur, Tasyakur)" membawa audiens untuk merefleksikan peran Sabar sebagai tokoh utama muslim miskin yang bertafakur dan bertadabur secara mendalam tentang dampak mencuri. Melalui tafakur dan tadabur yang diperankan oleh Sabar, film itu mengajak audiens untuk mensyukuri nikmat yang dimiliki. Artinya ekspresi rasa syukur merupakan hasil dari perenungan dan pemikiran yang mendalam. Selain itu, narasi dakwah disusun dengan alur maju-mundur guna memperdalam pengalaman tafakur dan tadabur. Pilihan tokoh dan latar disusun secara logis untuk mempertahankan kausalitas alur, memungkinkan audiens terhanyut dalam cerita, sehingga pesan dakwah tetap efektif tersampaikan dan menciptakan kesan positif mad'uw terhadap Islam.
Komunikasi Konsolidasi Organisasi Dakwah di Indonesia saat Merespons Tantangan Politik Azizi, Muhammad Hildan
Bil Hikmah: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol 3 No 1 (2025)
Publisher : STID Al Hadid Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55372/bilhikmahjkpi.v3i1.64

Abstract

Artikel ini bertujuan mengidentifikasi dan menganalisis bentuk komunikasi konsolidasi pada Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah yang bertujuan menjaga eksistensi organisasi ketika menghadapi tantangan politik internal maupun eksternal. Kajian menggunakan metode kualitatif dengan jenis deskriptif, serta melibatkan analisis isi dengan menggunakan pendekatan hermeneutika dalam mengkaji wacana dokumen-dokumen teks komunikasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah saat terjadi infiltrasi dari partai politik dan komunikasi Rais Aam PBNU saat menghadapi dinamika politik internal saat Muktamar NU ke-33. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi konsolidasi politik dilakukan dengan mengedepankan ikatan sosial dan loyalitas anggota melalui komunikasi yang menyeluruh. Teknik konsolidasi yang digunakan meliputi penguatan nilai-nilai dasar organisasi, penggunaan sumber kekuasaan internal, serta penerapan instrumen konsolidasi struktural dan kultural. Kajian ini menyimpulkan bahwa konsolidasi dalam organisasi dakwah tidak hanya berfungsi untuk mengatasi konflik internal, tetapi juga sebagai upaya memperkuat ikatan sosial-politik dalam organisasi. Kajian ini menyarankan pengembangan lebih lanjut mengenai variasi teknik komunikasi konsolidasi yang sesuai dengan jenis masalah organisasi dakwah.