Salima, Siti
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Gambaran Faktor Risiko Kanker Endometrium di RSUP Dr. Hasan Sadikin pada Tahun 2020 – 2022 Erfiandi, Febia; Balqis, Shalma Alaika Aurel; Salima, Siti; Mantilidewi, Kemala Isnainiasih; Kurniadi, Andi; Wibowo, Viko Duvadilan
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 6 Nomor 3 November 2023
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/obgynia.v6i3.578

Abstract

Tujuan: Mengetahui faktor risiko pasien kanker endometrium di RSUP Dr. Hasan Sadikin pada Tahun 2020 – 2022.Metode: Penelitian metode deskriptif dengan menggunakan data sekunder. Kriteria inklusi yaitu pasien dengan diagnosis utama kanker endometrium.Hasil: Mayoritas pasien kanker endometrium berusia 50 – 59 tahun (34,8%), multipara (40,9%), Indeks Masa Tubuh ≥25 kg/m2 (33,2%), usia menarche ≥12 tahun (68,8%), tidak memiliki riwayat infertilitas (49,0%), belum menopause (36,4%), tidak memiliki riwayat terapi hormon (74,1%), pasien tidak memiliki riwayat kanker/lynsch syndrome (71,7%), tidak memiliki riwayat keluarga dengan lynch syndrome (75,7%), tidak menggunakan kontrasepsi (42,5%), dan tidak memiliki riwayat hipertensi (72,9%).Kesimpulan: Pasien kanker endometrium di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung periode tahun 2020 – 2022 ditemukan paling banyak pada rentang usia 50 – 59 tahun, status paritas yaitu multi para (≥2 kelahiran hidup), indeks massa tubuh ≥25 (obesitas), belum menopause, usia menarche ≥12 tahun, tidak memiliki riwayat terapi hormon, tidak terdapat riwayat infertilitas, pasien tanpa riwayat kanker, tidak memiliki riwayat keluarga dengan kanker, tidak menggunakan kontrasepsi, dan tidak memiliki riwayat hipertensi.Overview of Endometrial Cancer Risk Factors at RSUP Dr. Hasan Sadikin in 2020 - 2022AbstractObjective: Indentifying the risk factor of endometrial cancer patients at RSUP Dr. Hasan Sadikin in 2020 - 2022.Method: This research used descriptive method by collecting secondary data. The inclusion criteria was patients with primary diagnosis of endometrial cancerResults: In this research, the majority of endometrial cancer patients were aged 50 - 59 years (34,8%), multiparous (40,9%), with body mass index ≥25 kg/m² (33,2%), menarche age of ≥12 years (68,8%), no history of infertility (49,0%), not menopausal yet (36,4%), no history of hormone therapy (74,1%), no patient history of cancer/Lynch syndrome (71,7%), no family history of lynch syndrome (75,7%), no history of contraceptive use (42,55), and no history of hypertension (72,9%).Conclusion: In 2020 - 2022, endometrial cancer patient in Dr. Hasan Sadikin Central General Hospital Bandung were mostly foung in the aged range 50 - 59 years, multiparous, obesity, not menopausal yet, menarche age of ≥12 years, no history of hormone therapy, no patient and family history of cancer, no history of contraceptive use and hypertension.Key words: Endometrial cancer, risk factor, descriptive study
HALP and SII: Innovative Biomarkers for Diagnosing Ovarian Cancer in Both Epithelial and Non-Epithelial Subtypes Ridwan, Steven; Mantilidewi, Kemala Isnainiasih; A.W., Gatot Nyarumenteng; Kurniadi, Andi; Suardi, Dodi; Salima, Siti; Rauf, Syahrul; Hidayat, Yudi Mulyana
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 8 Nomor 2 July 2025
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/obgynia.v8i2.882

Abstract

Objective: To evaluate the diagnostic utility of PHAL (Platelet, Hemoglobin, Albumin, and Lymphocyte), SII (Systemic Immune Inflammation Index), and SIRI (Systemic Inflammatory Response Index) for both epithelial and non-epithelial ovarian cancer.Methods: A cross-sectional study of 156 patients with ovarian masses was conducted using preoperative laboratory data to calculate PHAL, SII, and SIRI scores. Histopathology confirmed diagnoses. Population I included all ovarian cancer types and benign tumors, while Population II included only non-epithelial ovarian cancer and benign tumors. Statistical analysis using SPSS 25.0, involved ROC curve and validity testing to assess diagnostic performance.Result: SII showed the best performance in the overall population (AUC 0.738; sensitivity 71.25%; specificity 72.37%; accuracy 71.79%; LR+ 2.58; LR– 0.40). In the subgroup of non-epithelial ovarian cancer versus benign tumors, PHAL had the highest diagnostic accuracy (AUC 0.819; sensitivity 81.81%; specificity 73.68%; accuracy 75.51%; LR+ 3.11; LR– 0.25).Conclusion: PHAL and SII are effective, accessible, and low-cost biomarkers that can support ovarian cancer diagnosis through routine blood tests.PHAL dan SII: Biomarker Inovatif untuk Diagnosis Kanker Ovarium Subtipe Epitel dan Non-Epitel Abstrak Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi nilai diagnostik dari PHAL (Platelet, Haemoglobin, Albumin, dan Limfosit), SII (Systemic Immune Inflammation Index), dan SIRI (Systemic Inflammatory Response Index) pada kanker ovarium epitelial dan non-epitelial. Metode: Penelitian dengan metode potong lintang ini melibatkan 156 pasien dengan massa ovarium. Data laboratorium pra-operatif digunakan untuk menghitung skor PHAL, SII, dan SIRI. Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan histopatologi. Populasi I mencakup semua jenis kanker ovarium dan tumor jinak, sedangkan Populasi II hanya mencakup kanker ovarium non-epitelial dan tumor jinak. Analisis statistik dilakukan menggunakan SPSS 25.0, termasuk analisis kurva ROC dan uji validitas untuk menilai kinerja diagnostik. Hasil: Hasil penelitian menyimpulkan bahwa SII memiliki performa terbaik pada seluruh populasi (AUC 0,738; sensitivitas 71,25%; spesifisitas 72,37%; akurasi 71,79%; LR+ 2,58; LR– 0,40). Pada subkelompok kanker ovarium non-epitelial dibandingkan dengan tumor jinak, PHAL menunjukkan akurasi diagnostik tertinggi (AUC 0,819; sensitivitas 81,81%; spesifisitas 73,68%; akurasi 75,51%; LR+ 3,11; LR– 0,25). Kesimpulan: PHAL dan SII merupakan biomarker yang efektif, mudah diakses, dan berbiaya rendah yang dapat mendukung diagnosis kanker ovarium melalui pemeriksaan darah rutin. Kata kunci: Kanker ovarium, Skor PHAL (Platelet-Hemoglobin-Albumin-Limfosit), Systemic Immune-Inflammation Index, Systemic Inflammatory Response Index
Comparison of Chondroitin Sulfate-E Expression in Benign and Malignant Epithelial Type Ovarian Tumors Mantilidewi, Kemala Isnainiasih; A.W., Gatot Nyarumenteng; Kurniadi, Andi; Suardi, Dodi; Harsono, Ali Budi; Salima, Siti; A, Aditiyono; Hapsari, Kartika; Yantisetiasti, Anglita
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 8 Nomor 2 July 2025
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/obgynia.v8i2.861

Abstract

Objective: Ovarian cancer is the fifth leading cause of cancer-related death in women, due to late diagnosis and limited screening methods. Chondroitin Sulfate-E (CS-E) has shown potential as biomarkers. This study aims to evaluate CS-E expression in epithelial-type benign and malignant ovarian tumors and its potential as a biomarker using QuPath software.Methods: This observational analytic study used a cross-sectional design. Samples were selected based on histopathology of patients with epithelial-type benign and malignant ovarian tumors from surgeries in 2023. Immunohistochemistry using the GD3G7 antibody was performed to detect CS-E expression in tumor tissues preserved in paraffin blocks at Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung. Expression was quantified using QuPath software. Statistical analysis used the Mann-Whitney and t-test. Result: No significant difference in CS-E expression was found between malignant and benign tumors (p = 0.492). Demographic factors (age, BMI, menopausal status, and parity) showed no significant differences between groups. Conclusion: CS-E expression has not yet demonstrated potential as a biomarker to distinguish between benign and malignant ovarian tumors.Perbandingan Ekspresi Chondroitin Sulfate-E pada Tumor Ovarium Jinak dan Ganas Tipe Epitel Abstrak Tujuan: Kanker ovarium merupakan penyebab kematian kelima terbanyak terkait kanker pada wanita yang disebabkan oleh keterlambatan diagnosis dan keterbatasan metode skrining. Chondroitin Sulfate-E (CS-E) menunjukkan potensi sebagai biomarker. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi ekspresi CS-E pada tumor ovarium jinak dan ganas tipe epitelial serta menilai potensinya sebagai biomarker menggunakan perangkat lunak QuPath. Metode: Penelitian analitik observasional ini menggunakan desain potong lintang. Sampel dipilih berdasarkan hasil histopatologi pasien dengan tumor ovarium jinak dan ganas tipe epitelial dari operasi tahun 2023. Pemeriksaan imunohistokimia dengan antibodi GD3G7 dilakukan untuk mendeteksi ekspresi CS-E pada jaringan tumor yang diawetkan dalam blok parafin di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Ekspresi dianalisis secara kuantitatif menggunakan perangkat lunak QuPath. Uji statistik yang digunakan adalah Mann-Whitney dan uji t. Hasil: Tidak ditemukan perbedaan bermakna dalam ekspresi CS-E antara tumor ganas dan jinak (p = 0,492). Faktor demografis (usia, indeks massa tubuh, status menopause, dan paritas) juga tidak menunjukkan perbedaan bermakna antar kelompok.Kesimpulan: Ekspresi CS-E belum menunjukkan potensi sebagai biomarker untuk membedakan antara tumor ovarium jinak dan ganas. Kata kunci: Biomarker, GD3G7, Glikosaminoglikan, Kanker Ovarium, Kondroitin sulfat 
The Relationship between Maternal Characteristics and Neonatal Outcomes of Premature Rupture of Membranes Yulius, Will Hans; Aditiyono, Aditiyono; Pramatirta, Akhmad Yogi; Salima, Siti
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 7 Nomor 3 November 2024
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/obgynia.v7i3.682

Abstract

Introduction: Premature rupture of the membranes occurs when the amniotic membrane bursts before 37 weeks of gestation. Preterm labour is the primary cause of perinatal and neonatal death, with premature membrane rupture accounting for 40% of cases. This study aimed to investigate the relationship between the incidence of premature rupture of membranes (PROM) with maternal characteristics and neonatal outcomes.Method: This study was carried out through medical record analysis in premature rupture of membrane patients at the Regional General Hospital Prof. Dr. Margono Soekarjo for the period July 2022 to March 2023 using descriptive and analytical methods with a cross-sectional study design. Results: Among 139 patients with PROM, the majority of patients are less than 35 years old, multipara, term birth, and education level below junior high school. For neonatal outcomes, both infants with PROM and without PROM, the majority were born with normal weight, first and fifth-minute APGAR without asphyxia, and male. The results found a significant relationship between gestational age, maternal education level, birth weight, and neonatal APGAR scores on the incidence of PROM.Conclusions: premature rupture of membrane significantly impact neonatal outcome including birth weight, first-minute APGAR, and fifth-minute APGAR.Hubungan Karakteristik Maternal dan Luaran Neonatus Kasus Ketuban Pecah DiniAbstrakPendahuluan: Ketuban pecah dini terjadi ketika selaput ketuban pecah sebelum usia kehamilan 37 minggu. Persalinan prematur adalah penyebab utama kematian perinatal dan neonatal dengan ketuban pecah dini mencapai 40% kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kejadian ketuban pecah dini dan karakteristik ibu dan luaran neonatal.Metode: Penelitian ini dilakukan melalui analisis rekam medis pada pasien ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Margono Soekarjo periode Juli 2022 hingga Maret 2023. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode deskriptif dan analitik dengan desain studi cross-sectional.Hasil: Dari 139 pasien ketuban pecah dini, mayoritas pasien berusia kurang dari 35 tahun, multipara, lahir cukup bulan, dan tingkat pendidikan di bawah SMP. Untuk luaran neonatal, baik bayi dengan ketuban pecah dini, maupun tanpa ketuban pecah dini, mayoritas lahir dengan berat badan normal, APGAR menit pertama dan kelima tanpa asfiksia, dan berjenis kelamin laki-laki. Hasil penelitian menemukan adanya hubungan yang signifikan antara usia kehamilan, tingkat pendidikan ibu, berat badan lahir, dan skor APGAR neonatus terhadap kejadian ketuban pecah dini.Kesimpulan: ketuban pecah dini berdampak signifikan terhadap luaran neonatal termasuk berat badan lahir, APGAR menit pertama, dan APGAR menit kelima..Kata kunci: ketuban pecah dini, karakteristik maternal, luaran neonatus, study analitik