Krisis pangan yang dialami masyarakat Kalimantan Barat (Kalbar) tiga tahun terakhir semakin memperburuk ketergantungan pada pangan impor. Hal ini tidak hanya berdampak pada ketahanan pangan, tetapi juga pada pelestarian budaya lokal yang terkait erat dengan keanekaragaman pangan. Seminar dan Forum Group Discussion (FGD) yang diadakan pada 20 Januari 2025, mengundang partisipasi berbagai pemangku kepentingan lokal, termasuk Komunitas Rotan Kapuas (Restorasi Sungai dan Hutan Kapuas) Kalbar, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XII, Dosen Antropologi Sosial Universitas Tanjungpura, serta beberapa komunitas lokal di Kalbar, untuk secara kolaboratif mencari solusi terhadap permasalahan ini. Dalam FGD tersebut, peserta mengemukakan beragam pandangan mengenai signifikansi pemberdayaan masyarakat dalam mengenali dan memanfaatkan pangan lokal sebagai pilar utama ketahanan pangan, serta upaya untuk melestarikan identitas budaya. Selain itu, mereka menekankan pentingnya peningkatan pemahaman generasi muda tentang nilai pangan lokal, serta penerapan kebijakan yang mendukung keberlanjutan produksi pangan lokal. Temuan dari FGD menunjukkan bahwa pendidikan dan penguatan kebijakan berbasis sumber daya lokal dapat mengurangi ketergantungan pada pangan impor dan meningkatkan ketahanan pangan dan ketahanan budaya di dalam masyarakat. Sehingga, peningkatan sistem pangan lokal tidak hanya berfungsi sebagai obat untuk mengatasi krisis pangan, tetapi juga sebagai upaya untuk melestarikan warisan budaya yang merupakan identitas masyarakat Kalbar.