Penggunaan obat-obatan yang berasal dari bahan alam, tetap dibutuhkan suatu uji untuk mengetahui tingkat keamanannya. Tingkat keamanan zat tertentu dapat diamati dari efek toksik yang ditimbulkan pada berbagai organ, salah satunya pada ginjal yang berperan penting dalam sistem ekskresi melalui uji praklinik. Daun salam (Syzygium polyanthum) merupakan salah satu tanaman obat yang sering digunakan oleh masyarakat Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya perubahan histopatologi ginjal mencit jantan dan betina pada pemberian akut ekstrak etanol daun salam (EEDS). Penelitian ini merupakan penelitian observasional mengenai histopatologi ginjal mencit (Mus musculus) putih jantan dan betina galur DDY. Sediaan berjumlah 48 buah, yang terbagi menjadi empat kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif (K), kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak etanol daun salam dosis 1250 mg/kgBB (P1), dosis 2500 mg/kgBB (P2), dan dosis 5000 mg/kgBB (P3). Sampel organ ginjal dibuat preparat histopatologi dengan metode pewarnaan HE, lalu dilakukan pemeriksaan histopatologi. Gambaran histopatologi yang diamati berupa inflamasi, degenerasi lemak, dan nekrosis pada ginjal serta data dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun salam dosis 1250 mg/kgBB, 2500 mg/kgBB, dan 5000 mg/kgBB pada mencit jantan dan betina tidak mengakibatkan perubahan bermakna terhadap gambaran histopatologi ginjal. Efek toksik dapat timbul apabila suatu zat telah mencapai organ target dengan konsentrasi cukup tinggi dan waktu yang cukup untuk menimbulkan efek tersebut. Walaupun menunjukkan tidak adanya toksisitas, namun tetap dibutuhkan uji klinis lebih lanjut untuk mengkonfirmasi keamanan daun salam sebagai fitofarmaka. Kata kunci: daun salam, histopatologi ginjal, uji toksisitas akut DOI : 10.35990/mk.v7n1.p34-44