Abbas, Endah Hamidah
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

UJI TOKSISITAS SUBKRONIS EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus) GALUR DDY Kristiana, Ris; Nugraha, Rhea Veda; Irawati, Devi; Koswara, Teja; Abbas, Endah Hamidah; Dewi, Oki Meilani; Ireka, Yuke
Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 8 No 3 (2025): Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Daun salam (Syzygium polyanthum) adalah sejenis tanaman di Indonesia yang dipergunakan sebagai bahan obat tradisional untuk mengobati berbagai jenis penyakit. Salah satu prasyarat suatu tanaman dapat dikembangkan menjadi suatu obat, yaitu dengan dilakukan uji toksisitas subkronis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui toksisitas subkronis daun salam terhadap mencit (Mus musculus) jantan galur DDY. Metode penelitian bersifat eksperimental menggunakan 24 mencit yang diberi ekstrak etanol daun salam selama 28 hari yang dibagi menjadi 4 kelompok dengan variasi dosis 250 mg/kgBB, 500 mg/kgBB, 1000 mg/kgBB, dan kelompok kontrol. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu kematian mencit, perubahan perilaku, perubahan berat badan, dan berat organ relatif pada organ ginjal, hepar, paru-paru, jantung, limpa, dan testis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun salam tidak menimbulkan efek toksik berupa kematian, perubahan berat badan, dan perbedaan berat organ relatif paru, jantung, limpa dan testis. Namun, pemberian ekstrak etanol daun salam menimbulkan pengaruh terhadap organ ginjal dan hepar berupa penurunan berat organ relatif. Ginjal dan hepar merupakan organ tubuh sasaran zat toksik. Hepar terpapar zat toksik yang dibawa oleh vena porta lalu mendetoksifikasi zat-zat toksik yang masuk ke dalam tubuh. Selanjutnya ginjal terpapar racun karena berkaitan dengan kerjanya yang membuang berbagai toksik dan zat asing lainnya dari tubuh. Kata kunci: berat organ relatif, daun salam, toksisitas subkronis DOI : 10.35990/mk.v8n3.p309-318
GAMBARAN PASIEN KARSINOMA HEPATOSELULER BERDASARKAN USIA, JENIS KELAMIN, MANIFESTASI KLINIS, FAKTOR RISIKO, DAN STADIUM Abbas, Endah Hamidah; Fiddiyanti, Ilma; Agustina, Ashria Tiara; Kristiana, Ris
Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan (Edisi PIT FK Unjani)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Karsinoma hepatoseluler merupakan keganasan berasal dari sel hepatosit. Kanker ini menjadi penyebab kematian terbanyak ke-3 di seluruh dunia akibat kanker pada tahun 2020. Pasien karsinoma hepatoseluler banyak terdiagnosa pada stadium akhir dimana prognosis buruk. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pasien karsinoma hepatoseluler di Rumah Sakit UmumPusat Dr. Hasan SadikinBandung periode 2018-2020.Penelitian inimenggunakan metode deskriptif dengan sampel dari data rekam medis pasien terdiagnosa karsinoma hepatoseluler dari bagian Rekam Medis RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung periode 2018-2020 dengan teknik pengambilan totalsampling. Hasil penelitian didapatkan 156 pasien terdiagnosa karsinoma hepatoseluler dengan 69 pasien memenuhi kriteria inklusi. Faktor risiko terbanyak adalah sirosis hati dengan 27 pasien (39,1%). Kelompok usia 56-65 tahun merupakan kelompok dengan diagnosa terbanyak dengan 21 pasien (30,4%). Laki-laki lebih banyak ditemukan dibanding wanita dengan perbandingan 3:1. Manifestasi klinis terbanyak ditemukan adalah nyeri abdomen dan letargia masing-masing sebanyak 20 pasien (29,0%). Stadium D menurut Barcelona Clinic Liver Cancer (BCLC) merupakan stadium terbanyak ditemukan dengan 26 pasien (37,7%). Dapat disimpulkanbahwa sirosis hepatis merupakan faktor risiko terbanyak karsinoma hepatoseluler. Banyak diderita pada usia tua, jenis kelamin laki-laki, dan manifestasi klinis terbanyak nyeri abdomendan letargia dengan stadium terbanyak menurut BCLC adalah stadium D. Pada sirosis hati, terjadi aktivasi sel stelata hati menyebabkan proliferasi sel hepatosit terus-menerus yang menjadi faktor risiko terbanyak penelitian ini. Karsinoma hepatoseluler banyak terjadi pada laki-laki disebabkan reseptor androgen berikatan EZH2 memiliki efek hambatan gen p-53. Kata kunci : Barcelona Clinic Liver Cancer (BCLC), hepatosit, karsinoma hepatoseluler DOI : 10.35990/mk.v7n0.p37-47
GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL MENCIT (Mus musculus) GALUR DDY PADA UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) Kristiana, Ris; Fathya, Nurul Aida; Abbas, Endah Hamidah; Juliastuti, Henny; Linasari, Desy; Rachmawati, Rika
Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 7 No 1 (2024): Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penggunaan obat-obatan yang berasal dari bahan alam, tetap dibutuhkan suatu uji untuk mengetahui tingkat keamanannya. Tingkat keamanan zat tertentu dapat diamati dari efek toksik yang ditimbulkan pada berbagai organ, salah satunya pada ginjal yang berperan penting dalam sistem ekskresi melalui uji praklinik. Daun salam (Syzygium polyanthum) merupakan salah satu tanaman obat yang sering digunakan oleh masyarakat Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya perubahan histopatologi ginjal mencit jantan dan betina pada pemberian akut ekstrak etanol daun salam (EEDS). Penelitian ini merupakan penelitian observasional mengenai histopatologi ginjal mencit (Mus musculus) putih jantan dan betina galur DDY. Sediaan berjumlah 48 buah, yang terbagi menjadi empat kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif (K), kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak etanol daun salam dosis 1250 mg/kgBB (P1), dosis 2500 mg/kgBB (P2), dan dosis 5000 mg/kgBB (P3). Sampel organ ginjal dibuat preparat histopatologi dengan metode pewarnaan HE, lalu dilakukan pemeriksaan histopatologi. Gambaran histopatologi yang diamati berupa inflamasi, degenerasi lemak, dan nekrosis pada ginjal serta data dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun salam dosis 1250 mg/kgBB, 2500 mg/kgBB, dan 5000 mg/kgBB pada mencit jantan dan betina tidak mengakibatkan perubahan bermakna terhadap gambaran histopatologi ginjal. Efek toksik dapat timbul apabila suatu zat telah mencapai organ target dengan konsentrasi cukup tinggi dan waktu yang cukup untuk menimbulkan efek tersebut. Walaupun menunjukkan tidak adanya toksisitas, namun tetap dibutuhkan uji klinis lebih lanjut untuk mengkonfirmasi keamanan daun salam sebagai fitofarmaka. Kata kunci: daun salam, histopatologi ginjal, uji toksisitas akut DOI : 10.35990/mk.v7n1.p34-44