Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Evaluasi Kinerja Breakwater Terhadap Gelombang di Pantai Tanjung Medang Kecamatan Rangsang Kabupaten Kepulauan Meranti: Evaluation of Breakwater Performance Against Waves At Tanjung Medang Beach, Rangsang District, Meranti Islands Regency Azima, Fauzan; Harmiyati; Agus, Firdaus; Zaenal Muttaqin, Muchammad
JURNAL SAINTIS Vol. 23 No. 01 (2023)
Publisher : UIR Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25299/saintis.2023.vol23(01).25225

Abstract

[IN] Pantai Tanjung Medang di Kabupaten Kepulauan Meranti mengalami abrasi dan kerusakan akibat gelombang besar, mengancam pemukiman dan pelabuhan. Untuk mengatasinya, dibangun pemecah ombak (breakwater). Namun, seiring waktu dan kenaikan muka air laut, kinerja breakwater dinilai tidak lagi maksimal, terutama saat pasang besar. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kinerja breakwater eksisting dengan menganalisis karakteristik gelombang. Metode yang digunakan adalah hindcasting gelombang berdasarkan data angin 10 tahun dari BMKG Tanjung Balai Karimun untuk mendapatkan tinggi, periode, dan transformasi gelombang. Analisis dilanjutkan dengan penentuan elevasi muka air laut menggunakan metode Admiralty, serta analisis run-up dan overtopping gelombang. Hasil analisis menunjukkan bahwa gelombang dominan berasal dari arah timur laut dengan ketinggian di atas 1 m, menjadikannya gelombang destruktif. Pada kondisi muka air tertinggi (HHWL), breakwater setinggi 3 m mengalami overtopping dari berbagai arah (nilai run-up tertinggi 2,25 m dari utara), sehingga tidak sepenuhnya aman meskipun masih efektif memecah gelombang. Sementara itu, breakwater setinggi 1,6 m sudah tidak efektif dalam mereduksi energi gelombang yang datang. [EN] Tanjung Medang Beach in Meranti Islands Regency has experienced abrasion and damage from large waves, threatening settlements and the local port. A breakwater was built to mitigate this issue. However, over time, due to changing natural conditions and rising sea levels, its performance is considered suboptimal, especially during high tides. This study evaluates the existing breakwater's performance by analyzing wave characteristics. The method involves wave hindcasting based on 10 years of wind data from BMKG Tanjung Balai Karimun to determine wave height, period, and transformation. The analysis is supplemented by determining the sea level elevation using the Admiralty method, followed by a run-up and overtopping analysis. The results indicate that the dominant waves come from the northeast with heights exceeding 1 m, classifying them as destructive waves. At the highest water level (HHWL), the 3 m high breakwater experiences overtopping from various directions (with the highest run-up value of 2.25 m from the north), rendering it not entirely safe, although it remains effective at breaking incoming waves. Meanwhile, the 1.6 m high breakwater is no longer effective in reducing wave energy.
Evaluasi Neraca Air Pada Irigasi Kuok II: Water Balance Evaluation In Kuok II Irrigation Aferta, M Ferdi; Agus, Firdaus; Adriati, Yolly; Harmiyati
JURNAL SAINTIS Vol. 23 No. 01 (2023)
Publisher : UIR Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25299/saintis.2023.vol23(01).25231

Abstract

[IN] Daerah irigasi kuok II memiliki luas sawah sekitar 200 hektar, sumber air irigasinya di supplay dari sungai irigasi kuok II. Permasalahan ketersediaan air didaerah irigasi ini berdasarkan pra penelitian dilapangan terindikasi kekurangan ketersediaan air, dimana lahan yang dapat diairi hanya 50% pada saat musim kemarau hal ini disebabkan menyusut nya debit air disungai irigasi Kuok II..Perhitungan neraca air ini digunakan untuk mengevaluasi ketersediaan air serta menentukan kondisi suatu daerah mengalami defisit atau surplus. Analisa dilakukan dari data sekunder yaitu analisa hidrologi hujan rata-rata daerah. Setelah itu dilakukan perhitungan analisa evapotranspirasi menggunakan pendekatan penman, dan Metode Thornwhaite & Mather. Daerah Irigasi (D,I) Kuok II terdiri dari 215,71 hektar sawah potensial, dengan perkiraan kebutuhan air sebanyak 244,59 l/hari, Kebutuhan air irigasi di hitung selama masa persiapan lahan dimana Nilai IR tertingggi terjadi pada bulan Maret periode II yaitu, 470,71 l/det/ha, kebutuhan air irigasi paling sedekit terjadi pada bulan Januari periode 1 yaitu, 12,65l /det/ha, Sedangkan ketersediaaan debit air pada irigasi Kuok II berdasarkan perhitungan Run Off, mampu memenuhi kebutuhan dengan total ketersediaan sebesar 851,94 l/dt, Besarnya perbedaan antara kebutuhan air di sawah dengan ketersediaan air disumber irigasi 381,23 l/dt. Dari hasil analisa perhitungan kebutuhan dan ketersediaan air irigasi didapatkan hasil bahwa ketersediaan air pada Daerah Irigasi Kuok II mampu mencukupi kebutuhan air untuk persawahan. Hal ini didasarkan pada besar nya nilai Run Off pada periode 2010-2020, perkiraan kebutuhan air 244,59 l/hari dan ketersediaan debit air pada irigasi Kuok II berdasarkan perhitungan RUN Off sebesar 851,94 l/hari. [EN] The Kuok II Irrigation Area, covering approximately 200 hectares of rice fields, depends on water from the Kuok II irrigation river. Preliminary field observations indicated limited water availability, particularly during the dry season, when only about half of the land could be irrigated due to reduced river discharge. To assess this condition, a water balance analysis was conducted using secondary hydrological data, including rainfall analysis, evapotranspiration estimation with the Penman approach, and the Thornthwaite & Mather method. These methods are widely used in irrigation studies to determine crop water demand and evaluate the balance between supply and requirement. The Kuok II Irrigation Area (D.I) has a potential of 215.71 hectares of rice fields with an estimated daily water requirement of 244.59 liters. The analysis shows that irrigation needs vary throughout the year at 470.71 l/sec/ha during land preparation, while the lowest occurs in January (Period I) at only 12.65 l/sec/ha. Runoff analysis based on data from 2010–2020 indicated that the available water discharge in the Kuok II irrigation river reaches 851.94 l/sec, which exceeds the irrigation demand by 381.23 l/sec. These results suggest that despite seasonal fluctuations, the overall availability of irrigation water is sufficient to meet the needs in the Kuok II area. In conclusion, the integration of rainfall data, evapotranspiration estimation, and water balance calculations demonstrates that water resources in the Kuok II Irrigation Area are adequate to support sustainable rice cultivation, while emphasizing the need for continuous monitoring to maintain efficient and effective water management.
Evaluasi Waste Konstruksi Pada Proyek di Pekanbaru: Evaluation of Waste Construction Project in Pekanbaru Khairudin Lubis, Azhar; Elizar; Sapitri; Agus, Firdaus
JURNAL SAINTIS Vol. 22 No. 02 (2022)
Publisher : UIR Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25299/saintis.2022.vol22(02).25324

Abstract

[IN] Pembangunan proyek konstruksi di Kota Pekanbaru kerap dihadapkan pada permasalahan waste time (pemborosan waktu) yang berdampak pada keterlambatan pencapaian target waktu pelaksanaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab waste yang mempengaruhi kinerja waktu proyek konstruksi serta menentukan urutan prioritas indikator penyebab tertinggi. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan instrumen kuesioner yang didistribusikan secara purposive sampling kepada responden dari kalangan penyedia jasa dan konsultan supervisi. Data dianalisis menggunakan Software SPSS versi 21 untuk uji validitas, reliabilitas, dan analisis deskriptif. Hasil penelitian mengidentifikasi 7 variabel dan 35 indikator yang valid dan reliabel. Faktor-faktor tersebut meliputi Sumber Daya Manusia, Manajemen, Material dan Bahan, Pelaksanaan Konstruksi, Eksternal, Desain dan Dokumen, serta Waktu Menunggu. Dari analisis ranking, diperoleh 10 indikator utama penyebab waste time. Indikator dengan nilai tertinggi adalah minimnya koordinasi atau komunikasi (62,1%), diikuti oleh kualitas pengontrolan pekerjaan (57,9%), dan kesalahan dalam dokumen kontrak (56,8%). Sebaliknya, indikator dengan pengaruh terendah adalah waktu perencanaan dan jadwal pengiriman material (14,1%). Temuan ini merekomendasikan peningkatan koordinasi dan pengawasan sebagai langkah kritis untuk meminimalisir waste time dalam proyek konstruksi. [EN] Construction projects in Pekanbaru often encounter time-wasting issues, resulting in delays in achieving project completion targets. This study aims to identify the causal factors that affect waste in construction project time performance and to determine the priority ranking of the most significant indicators. A qualitative approach was employed, utilizing a questionnaire instrument distributed via purposive sampling to respondents from contractors and supervision consultants. The collected data were analyzed using SPSS Software version 21 for validity tests, reliability tests, and descriptive analysis. The results identified 7 valid and reliable variables encompassing 35 indicators. These factors include Human Resources, Management, Materials, Construction Execution, External Issues, Design and Documentation, and Waiting Time. The ranking analysis yielded the top 10 primary indicators causing time waste. The highest-ranked indicator was insufficient coordination or communication (62.1%), followed by poor quality of work control (57.9%), and errors in contract documents (56.8%). Conversely, the indicator with the lowest impact was planning time and material delivery scheduling (14.1%). These findings recommend enhancing coordination and oversight as critical steps to minimize time waste in construction projects.
Evaluasi Implementasi Sistem Manajamen Keselamatan Konstruksi (SMKK) Pada Pelaksanaan Proyek Konstruksi Di Pekanbaru Sapitri, Sapitri; Dalilla, Faizan; Agus, Firdaus; Alfajri, Maidi
Teras Jurnal : Jurnal Teknik Sipil Vol. 13 No. 2 (2023): Volume 13 Nomor 2, September 2023
Publisher : UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/tj.v13i2.883

Abstract

Abstrak Dalam rangka pencegahan kecelakaan kerja pada industri konstruksi, pemerintah telah mengakomodir peraturan No.10 Tahun 2021 tentang Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK). Adanya peraturan ini, kontraktor pelaksana konstruksi diharuskan menerapkan SMKK yang telah dirancang dengan standar yang telah diatur di dalam peraturan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluiasi implementasi dan menilai tingkat penerapan SMKK pada proyek konstruksi di Pekanbaru. Data dikumpulkan dengan teknik observasi dan wawancara, selanjutnya dianalisis dengan metode kuantitatif. Kriteria evaluasi terhadap penerapan SMKK diadopsi berdasarkan peraturan No.10 Tahun 2021. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan SMKK bervariasi pada setiap elemen pada masing-masing proyek yang diteliti. Tingkat persentase penerapan SMKK pada proyek Gedung perkuliahan yaitu sebesar 77,91% pada level implementasi baik, proyek pembangunan mesjid sebesar 89,53% pada level memuaskan, dan proyek rumah sakit dengan tingkat penerapan SMKK hanya sebesar 17,44%, pada level implementasi kurang baik. Kata kunci: Evaluasi, Elemen SMKK, K3, Risiko, SMKK  Abstract To prevent work accidents in the construction industry, the government has accommodated regulation No. 10 of 2021 concerning the Construction Safety Management System (CSMS). In the existence of this regulation, construction implementing contractors are required to apply CSMS, which has been designed with the standards regulated in the regulation. The purpose of this study is to evaluate the implementation and assess the level of application of CSMS, in construction projects in Pekanbaru. Data were collected by observation and interview techniques, and then analyzed by quantitative methods. The evaluation criteria for the application of CSMS are adopted based on regulation No. 10 of 2021. The results showed that the application of CSMS varied in each element of each project studied. The percentage rate of CSMS implementation in lecture building projects is 77.91% at the level of good implementation, mosque construction projects are 89.53% at satisfactory levels, and hospital projects with CSMS implementation rates are only 17.44% at the level of poor implementation. Keywords: Evaluation, Element of CSMS, HSO, Risk, CSMS
PEMANFAATAN AIR HUJAN SEBAGAI AIR BERSIH DI DESA BINUANG KECAMATAN BANGKINANG KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU Mildawati, Roza; Agus, Firdaus; Fitrianti, Fitrianti; Hartati Dewi, Sri; Adriati, Yolly; Annisa, Bismi; Cahyaningsih, Carur; Sarah Alwiyah, Sy; Husnul Hidayah, Elvi; Sandi Triyusman, Ibnu
Martabe : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 8, No 6 (2025): MARTABE : JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jpm.v8i6.2244-2248

Abstract

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai cara pemanfaatan air hujan di Desa Binuang, Kecamatan Bangkinang, Kabupaten Kampar sebagai air bersih untuk kebutuhan Masyarakat sehari hari. Pemanfaatan air hujan dengan cara menampung air hujan dengan bak bak penampung yang diletakan pada tiap tiap talang air dirumah Masyarakat karena desai binuang dikeliling oleh Sungai Kampar dimana setiap hujan  secara otomatis air Sungai keruh dan tidak bisa dimanfaatkan. Karena air hujan juga salah satu air bersih yang belum terkontakminasi bisa dimanfaatkan. Masyarakat desa binuang dan aparatur desa bisa membuat bak bak penampung air hujan untuk dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari hari dengan setelah diberikan informasi melalui penyuluhan bagaimana membuat bak penmpung dan posisi letak bak penampung air hujan serta berapa diameternya dan kedalaman yang sederhana menjadi alternatif jika tidak ada air bersih didesa binuang. Dengan cara ini suplai air bersih dari PDAM maupun dari air tanah dapat dihemat dan kelebihan airnya dapat diresapkan di sumur resapan sehingga dapat membantu pengisian kembali air tanah.