Putri, Widaninggar Rahma
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Daun Pepaya (Carica Papaya L) Terhadap Bakteri Salmonella Typhi Penyebab Demam Tifoid Yanduke, Pradita Putri; Putri, Widaninggar Rahma; Anggraeni, Rosmita
Malahayati Nursing Journal Vol 7, No 9 (2025): Volume 7 Nomor 9 (2025)
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v7i9.22134

Abstract

ABSTRACT Typhoid fever is a disease caused by consuming food or beverages contaminated with Salmonella typhi bacteria. Antibiotics are the main treatment. However, this can lead to resistance due to inappropriate use of antibiotics. Currently, the level of Salmonella typhi resistance is reported to be quite high, both in the Asia-Pacific region and in Indonesia. Therefore, effective natural antibacterial alternatives are needed. One natural ingredient with such potential is papaya leaves (Carica papaya L), which contain active compounds such as alkaloids, flavonoids, saponins, triterpenoids, and tannins. This study aims to determine the effectiveness of 96% ethanol extract of papaya leaves in inhibiting the growth of Salmonella typhi at varying concentrations of 50%, 70%, and 90%. This experimental study used the disk diffusion method (Kirby-Bauer) with extracts obtained through maceration with 96% ethanol. The antibacterial test was conducted on Salmonella typhi bacteria with five repetitions at each extract concentration of 50%, 70%, 90%, chloramphenicol (+), and distilled water (-) with five repetitions. Data analysis was performed using the Shapiro-Wilk, Kruskal-Wallis, and Mann-Whitney tests. The results obtained showed that the concentrations of 50%, 70%, and 90% had average values of 7.4 mm, 12 mm, and 15 mm, respectively. The Kruskal-Wallis test indicated a significant difference between groups (p=0.001), the Mann-Whitney test showed a significant difference between the 90% concentration and the 50% and 70% concentrations (p<0.05). Papaya leaf ethanol extract has antibacterial activity against Salmonella typhi, with effectiveness increasing with increasing concentration. The 90% concentration showed the highest inhibitory activity and was classified as strong antibacterial activity. Papaya leaves have the potential as a natural antibacterial alternative in efforts to address antibiotic resistance. Keywords: Salmonella Typhi, Papaya Leaf, Carica Papaya L, Papaya Leaf Extract, Antibacterial  ABSTRAK Demam tifoid merupakan penyakit yang terjadi dikarenakan kontaminasi bakteri Salmonella typhi yang berada di dalam makanan atau minuman. Pemberian antibiotik merupakan pengobatan utama. Namun, hal ini dapat menyebabkan resistensi akibat penggunaan antibiotik yang tidak tepat. Tingkat resistensi Salmonella typhi dilaporkan cukup tinggi, baik dikawasan Asia-Pasifik maupun di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan alternatif antibakteri alami yang efektif. Salah satu bahan alami yang memiliki potensi tersebut adalah daun pepaya (Carica papaya L) yang di dalamnya terdapat beberapa kandungan senyawa aktif seperti sapnin, flavonoid, alkaloid, triterpenoid, dan tanin. Tujuan ditulisnya penelitian ini untuk menjelaskan efektivitas yang dihasilkan oleh ekstrak etanol 96% daun papaya dalam menghambat pertumbuhan Salmonella typhi dengan variasi konsentrasi 50%, 70%, dan 90%. Penelitian eksperimental ini menggunakan metode difusi cakram (Kirby-Bauer) menggunakan ekstrak yang diperoleh melalui metode maserasi dengan etanol 96%. Uji antibakteri dilakukan terhadap bakteri Salmonella typhi dengan lima kali pengulangan pada masing-masing konsentrasi ekstrak 50%, 70%, 90%, kloramfenikol (+) dan aquades (-) dengan lima kali pengulangan. Analisis data dilakukan dengan uji Shapiro-Wilk, Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa konsentrasi 50%, 70%, dan 90% dengan rata-rata 7,4 mm, 12 mm, 15 mm. Uji Kruskal-Wallis menunjukkan adanya perbedaan signifikan antar kelompok (p=0,001), dan uji Mann-Whitney menunjukkan perbedaan signifikan antara konsentrasi 90% dengan 50% dan 70% (p<0,05). Ekstrak etanol daun pepaya memiliki aktivitas antibakteri terhadap Salmonella typhi, dengan efektivitas yang meningkat seiring bertambahnya konsentrasi. Konsentrasi 90% menunjukkan daya hambat paling tinggi dan tergolong aktivitas antibakteri kuat. Daun pepaya berpotensi sebagai alternatif antibakteri alami dalam upaya mengatasi resistensi antibiotik. Kata Kunci: Salmonella Typhi, Daun Pepaya, Carica Papaya L, Ekstrak Daun Pepaya, Antibakteri
GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN DEMAM TIFOID METODE WIDAL DAN IgM ANTI Salmonella typhi DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING Daifa, Khulikal Insanu Daifa; Anggraeni, Rosmita; Putri, Widaninggar Rahma
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 2 (2025): AGUSTUS 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i2.48253

Abstract

Demam tifoid adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica serovar typhi (S. typhi) dan Salmonella enterica serotype enteritidis (S. enteritidis). Secara global, kasus demam tifoid berkisar antara 11 hingga 21 juta dengan kematian 126.000-161.000 per tahun. Di Indonesia, insidensinya sekitar 81 per 100.000 penduduk. Meningkat di wilayah dengan standar hidup dan kebersihan rendah (Verliani et al., 2022). Pada 2017, demam tifoid termasuk 10 besar penyakit terbanyak dengan 1.566 kasus secara nasional dan 5.692 kasus di puskesmas. Di kabupaten Sleman, tercatat 11.343 kasus (Ilmiahet al., 2020). Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan Gambaran hasil pemeriksaan demam tifoid menggunakan metode Widal dan IgM anti-Salmonella typhi (TUBEX) di RS PKU Muhammadiyah Gamping. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional Kelompok penelitian terdiri dari pasien demam tifoid yang diperiksa di RS PKU Muhammadiyah Gamping dari Januari hingga Desember 2024. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Variabel penelitian meliputi hasil pemeriksaan metode Widal dan IgM anti-Salmonella typhi. Temuan menunjukkan bahwa kasus demam tifoid lebih banyak ditemukan pada perempuan, yaitu 74 (61,7%). Usia terbanyak pada kelompok 26-45 tahun (33,3%). Pemeriksaan IgM Salmonella Typhi (TUBEX) merupakan metode yang paling sering digunakan, yaitu sebanyak 114 kasus (95,0%).
PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN TELUR CACING SOIL TRANSMITTED HELMINTHS (STH) MENGGUNAKAN PEWARNAAN BAYAM MERAH PENYIMPANAN 0, 6 DAN 24 JAM Daeng Parany, Nurjana; Putri, Novita Eka; Putri, Widaninggar Rahma
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 3 (2025): SEPTEMBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i3.47075

Abstract

Kecacingan merupakan permasalahan kesehatan masyarakat yang umum ditemukan di daerah tropis akibat infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) terutama cacing nematoda usus yang penularannya terjadi melalui tanah. Diagnosis kecacingan umumnya menggunakan metode natif dengan pewarna eosin. Namun, eosin bersifat toksik sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan. Maka dari itu, dibutuhkan pewarna lain yang alami. Salah satu pewarna alami adalah bayam merah (Amaranthus tricolor L) dengan kandungan antosianin, senyawa pigmen merah yang bersifat antioksidan. Penelitian ini dilaksanakan agar mengetahui kualitas pewarnaan telur cacing STH mempergunakan pewarnaan alternatif bayam merah berdasarkan waktu penyimpanan pewarnaan. Penelitian bersifat eksperimental dengan desain Static Group Comparison. Sampel berupa feses positif telur cacing STH diuji menggunakan 6 kali pengulangan untuk masing-masing waktu penyimpanan 0, 6, dan 24 jam, serta dibandingkan dengan pewarnaan eosin 2%. Data dianalisis mempergunakan uji Kruskal-Wallis dan Mann- U Whitney. Perolehan penelitian memperlihatkan adanya perbedaan signifikan antara pewarnaan bayam merah berdasarkan waktu penyimpanan 0, 6, dan 24 jam dengan nilai (p= 0,000 < 0,05). Namun, tidak ada perbedaan signifikan antara pewarnaan bayam merah 0 jam dan eosin 2% dengan nilai (p=1,000 > 0,05). Disimpulkan bahwa air perasan bayam merah penyimpanan 0 jam mempunyai kualitas yang baik dalam mewarnai telur cacing STH meskipun kualitasnya belum sebaik eosin 2%.