Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Dualisme Pemerintahan Desa Dinas dan Desa Pakraman di Kelurahan Peguyangan Triadi, I Komang Arya; Anggawirya, Anak Agung Bagus Bayu; Narayana, Kadek Putra Santika Narayana; Adiartha, Made Arya; Suparsa, Tjokorda Gede Dalem
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 11 No. 2 (2023): UNDAGI : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/undagi.11.2.8787.332-336

Abstract

The village governance system in Bali is divided into two forms, namely Desa Dinas and Desa Pakraman. Desa Pakraman, as a traditional village with its leadership, has a strong influence on its residents, while Desa Dinas is limited to administrative matters. This causes an overlap in the leadership and authority of both Desa Dinas and Desa Pakraman. Peguyangan Sub-district is one that adopts this governance system, with two systems from Peguyangan Sub-district and Peguyangan Traditional Village. The governing subjects of Desa Dinas and Desa Pakraman are the same, which is the community of Peguyangan Sub-district, leading to an overlapping of governance in Peguyangan Sub-district. This research employs a qualitative method. The overlapping of Desa Dinas and Desa Pakraman governance is manifested in 1) the existence of the PKK overlapping with Banjar Istri, and 2) the use of traditional banjar apparatus for Desa Dinas activities.
Implementasi Tema Arsitektur NeoVernacular Pada Pusat Kerajinan Tenun Di Desa Pejeng Kangin: bahasa indonesia Ardika, I Gede; Prabawa, Made Suryanatha; Sugihantara, I Ketut; Anggawirya, Anak Agung Bagus Bayu
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 12 No. 1 (2024)
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/undagi.12.1.9781.147-154

Abstract

In Bali, proposing is a traditional craft that has been practiced for a long time. Weaving is now more than just a side job or a way to fill time, but has also developed into a creative industry. The process of intertwining warp and weft threads is known as monten. The weft threads are attached to the warp threads and attached to the loom, and the warp threads which, when connected, will produce a motif. This research uses three Literary Study research methods. The method for analyzing data systematically uses a summarized version of existing data, such as books, journals, or articles, in the classroom. Direct interviews with related parties in the Balinese endek woven fabric industry were used as a data collection method. Precedent Study, Surveying observers regarding architectural approaches for planning and designing a weaving craft center in Pejeng Kangin village and indirectly searching for other objects outside Bali via the internet are the methods used to collect data. The planning and design of the Weaving Craft Center in Pejeng Kangin Village, Bali has objectives that include helping tourism development and providing new innovations in the field of woven fabric centers, as well as providing learning about fabric processing. The weaving craft center in Pejeng Kangin village can have a positive impact on the community in the surrounding Pejeng Kangin village and help develop tourism, especially in Pejeng Kangin village.
Perencanaan Pura Pesimpangan Kahyangan Jagat Luhur Puncak Bukit Puun Sari, Putri Ayu Devy Permata; Anggawirya, Anak Agung Bagus Bayu; Nurwarsih, Ni Wayan
Jurnal Pengabdian Masyarakat Bangsa Vol. 2 No. 9 (2024): November
Publisher : Amirul Bangun Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59837/jpmba.v2i9.1621

Abstract

Pura Puncak Puun merupakan salah satu pura kahyangan jagat yang terletak di Desa Soka Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. Pura ini berada dipuncak bukit, untuk menuju lokasi perjalanan melalui hutan yang tidak bisa diakses kendaraan bermotor, sehingga perlu berjalan kaki kurang lebih menempuh waktu 2 jam perjalanan. Dikarennakan perjalanan yang lumayan jauh dan akses yang sulit, Masyarakat ingin membuat pura pesimpangan yang berada ditengah-tengah antara Pura Batu Lumbung dan Pura Puncak Puun. Lokasi yang ditentukan oleh krama desa cukup mudah diakses dan terdapat pohon bering yang disucikan yang biasa digunakan sebagai patokan dalam pembangunan Pura Pesimpangan Puncak Bukit Puun. Berdasarkan kondisi yang dialami Bendesa Adat Soka meminta bantuan Tim PkM Universitas Warmadewa untuk dibuatkan gambar perancangan Pura Pesimpangan Pura Puncak Bukit Puun. Tim PkM merespon kondisi yang disampaikan oleh Bendesa Adat Soka, dengan melakukan penjajakan awal untuk melihat kondisi site yang rencananya dijadikan lokasi Pura Pesimpangan Puncak Bukit Puun. Berdasarkan hasil penjajakan awal yang dilakukan Tim PkM, Pura Pesimpangan Puncak Bukit Puun membutuhkan Masterplan yang berisikan data dokumentasi kondisi eksisting kawasan yang dijadikan lokasi rencana pembangunan, data topografi site dan gambar perencanaan Pura Pesimpangan Puncak Bukit Puun baik itu gambar 2D maupun 3D. Pengabdian ini terlaksana atas kerjasama pihak Desa Soka Penebel Tabanan, Ikatan Arsitek Indonesia Cabang Bali dan Juga Universitas Warmadewa. Diharap kedepannya Tim PkM Universitas Warmadewa dapat membantu terselenggaranya Pembangunan Pura Pesimpangan Puncak Bukit Puun sesuai dengan yang akan direncanakan pada tahap ini.