Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

AKTUALISASI LANJUT USIA MELALUI KARANG WERDHA ISMOYO DI KELURAHAN BANJAREJO KECAMATAN TAMAN KOTA MADIUN Suraya, Gatot; Rahman, Nuril Endi
Focus : Jurnal Pekerjaan Sosial Vol 6, No 2 (2023): Focus: Jurnal Pekerjaan Sosial Desember 2023
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/focus.v6i2.52101

Abstract

Meningkatnya populasi orang lanjut usia memerlukan upaya pengelolaan serius baik dari pemerintah melalui perlindungan sosial dan dari masyarakat melalui perawatan keluarga. Terjadinya kasus penelantaran lansia merupakan wujud perubahan nilai-nilai di masyarakat, sehingga memerlukan perlindungan dari negara. Panti karang werdha Ismoyo merupakan salah satu karang werdha yang memberikan pelayanan kepada para lansia di Kota Madiun. Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan wujud aktualisasi lansia melalui karang werdha Ismoyo. Metode penelitian menggunakan kualitatif deskriptif, pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian ini ialah aktualisasi lansia di karang werdha Ismoyo ialah pemenuhan kebutuhan mulai dari kebutuhan fisiologis, rasa aman, penghargaan diri, hubungan sosial, dan aktualisasi diri. Para lansia memaknai hidupnya sebagai lansia yang berharga, produktif, dan memiliki keberfungsian sosial melalui serangkaian aktivitas yang ada di karang werdha Ismoyo. The increasing population of elderly people requires serious management efforts both from the government through social protection and the community through family care. The occurrence of cases of elderly neglect is a manifestation of changing values in society, so it requires protection from the state. Panti karang werdha Ismoyo is one of the karang werdha that serves the elderly in Madiun City. The purpose of this study is to describe the form of actualization of the elderly through Ismoyo’s karang weird. The research method uses qualitative descriptives, data collection using in-depth interview techniques, observation, and documentation studies. The result of this study is the actualization of the elderly in Ismoyo retirement homes is the fulfillment of needs ranging from physiological needs, security, self-esteem, social relationships, and self-actualization. The elderly interpret their lives as valuable, productive, and socially functioning elderly through a series of activities at Ismoyo retirement home.
MODAL SOSIAL DAN KEWIRALEMBAGAAN DALAM PROGRAM HUTAN SOSIAL OLEH PT PAITON ENERGI Rahman, Nuril Endi; Ibrahim, Malik; Saputri, Ferra Wulan
EMPATI: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Vol 13, No 2 (2024): Empati Edisi Desember 2024
Publisher : Social Welfare Study Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/empati.v13i2.43937

Abstract

Abstract. The social forest programme is one of the important pillars of development that contributes to reducing land tenure inequality and alleviating poverty, which refers to the principles of the green economy. This study aims to describe the management of social forest programmes that utilise social capital by KTH Ranu Makmur and Alam Subur, and describe the extent of the institutional factors applied by KTH Ranu Makmur and Alam Subur in managing social forests. The research method used qualitative case study method. Data collection techniques used participatory observation, in-depth interviews, FGDs and document studies. Data analysis was conducted inductively with the stages of data reduction, data organisation, memoing and coding, data categorisation and empirical generalisation. The results showed that in its implementation, KTH Ranu Makmur and Alam Subur, which had previously existed, utilised social capital as a group strength in managing forest land for agriculture. The institutional factor is also a reinforcement for the group, with the social orientation that makes the group more resilient. The utilisation of social capital by Ranu Makmur and Alam Subur groups makes it easier for the group to deal with various problems such as difficulties in agricultural raw materials, with the network owned by the group, the members of KTH can provide information related to access to agricultural raw materials such as fertilisers and coffee plant seeds. Social capital owned by KTH is also reflected in agricultural activities, such as during the planting period where group members help each other to reduce costs. The social forest programme, especially for Ranu Makmur and Alam Subur, has contributed to poverty alleviation and forest conservation. Keywords: Social forest; social capital; entrepreneurship. Abstrak. Program hutan sosial merupakan salah satu pilar penting pembangunan yang berkontribusi untuk mengurangi ketimpangan penguasaan lahan dan mengentaskan kemiskinan, yang mengacu pada prinsip ekonomi hijau. Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan pengelolaan program hutan sosial yang memanfaatkan modal sosial oleh KTH Ranu Makmur dan Alam Subur, dan menggambarkan sejauhmana faktor kewiralembagaan yang diterapkan oleh KTH Ranu Makmur dan Alam Subur dalam mengelola hutan sosial. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif jenis studi kasus. Teknik pengumpulan data penelitian menggunakan teknik observasi partisipatif, wawancara mendalam, FGD, dan studi dokumen. Analisis data penelitian dilakukan secara induktif dengan tahapan reduksi data, pengorganisasian data, pembacaan memoing dan koding, kategorisasi data dan generalisasi empiris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pelaksanaannya KTH Ranu Makmur dan Alam Subur yang sebelumnya telah eksis, kemudian memanfaatkan modal sosial sebagai kekuatan kelompok dalam mengelola lahan hutan untuk pertanian. Faktor kewiralembagaan juga menjadi penguat bagi kelompok, dengan adanya orientasi sosial sehingga menjadikan kelompok lebih memiliki resiliensi. Pemanfaatan modal sosial oleh KTH Ranu Makmur dan Alam Subur memudahkan kelompok dalam menghadapi berbagai persosalan seperti kesulitan bahan baku pertanian, dengan adanya jaringan yang dimiliki oleh kelompok maka antar anggota KTH dapat saling memberikan informasi terkait akses bahan baku pertanian seperti pupuk dan benih tanaman kopi. Modal sosial yang dimiliki oleh KTH juga tergambar dalam aktivitas pertanian, seperti pada saat masa tanam di mana antar anggota kelompok saling membantu sehingga dapat menekan biaya. Program hutan sosial khususnya bagi KTH Ranu Makmur dan Alam Subur, telah berkontribusi dalam pengentasan kemiskinan dan menjaga kelestarian hutan. Kata Kunci: Hutan sosial; modal sosial; kewiralembagaan.
Upaya Muhammadiyah Menggali Potensi Pemulung TPST Piyungan Melalui Pemberdayaan Masyarakat Farid, Muhammad Rifa'at Adiakarti; Priyono Putra, Verryanto Eko; Adriyani, Lies Wuryanita; Rahman, Nuril Endi
Journal of Community Development and Disaster Management Vol 6 No 2 (2024): Journal of Community Development and Disaster Management
Publisher : Institut Agama Islam Sunan Giri Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37680/jcd.v6i2.6566

Abstract

This research discusses Muhammadiyah's efforts regarding the scavenger empowerment program at the Piyungan TPST. The objectives of this research are (1) To find out the problems faced by the Community Empowerment Council (MPM) in carrying out community empowerment programs at Piyungan TPST. (2) Knowing the impact of the community empowerment program carried out by MPM at Piyungan TPST. This research uses descriptive qualitative methods. The results of the research show (1) The problems faced by MPM originate from the surrounding community who do not know the empowerment program in detail. (2) The impact that occurs in the community is to unite in one community which was previously scattered into several groups of collectors and better understand their own potential through empowerment activities
PERAN PANITIA PENGAWAS PEMILU KECAMATAN BESUKI SITUBONDO DALAM MEMINIMALISIR POLITIK UANG PADA PEMILU 2024 Rahman, Nuril Endi; Mukhlisin, Latutik; Pramudita, Diaz Azis
Jurnal Keadilan Pemilu Vol. 5 No. 1 (2024): Jurnal Keadilan Pemilu
Publisher : Bawaslu Provinsi Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55108/jkp.v5i1.410

Abstract

 This study aims to portray the role of the Panwascam Besuki District, which has duties and functions as an electoral supervisory as stipulated in UU No. 7 Tahun 2017 concerning Elections where one of its duties is to prevent the practice of money politics in the sub-district area. The research method uses descriptive qualitative, data collection by observation, in-depth interviews, and documentation. Data analysis was carried out inductively. The result of the study shows that Panwascam Besuki plays a role as an educator for the community by conducting socialization about participatory supervision and the latent dangers of money politics practices to various elements of society. The role of Panwascam as Electoral Supervisory is very central, especially in the sub-district area. The practice of money politics is a latent danger that is difficult to identify and act on. The existing legal instruments are good enough but are still not strong enough to crack down on money politics behavior that has certain patterns and is camouflaged. Panwascam Besuki’s role has been optimal in providing political education for the community, regarding the dangers of money politics through massive outreach activities.
Strategi Advokasi Muhammadiyah Terhadap Jaya Musik Difabel Pasca Penataan Malioboro Farid, Muhammad Rifa’at Adiakarti; Qoniah, Qoniah; Rahman, Nuril Endi
Jurnal Intervensi Sosial dan Pembangunan Vol 6, No 1 (2025): SOCIAL INCLUSION
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/jisp.v6i1.20655

Abstract

 This study discusses the advocacy strategy of the Muhammadiyah Regional Leadership Social Service Council of Special Region of Yogyakarta regarding the problems facing Jaya Musik Malioboro. The background to the formation of this research is because DIY in 2024 has proclaimed itself as a Disability-Friendly Province.  Malioboro was also proposed as part of the Yogyakarta Philosophical Axis, because it was necessary to reorganize the Malioboro area. It turns out that efforts to organize street vendors in Malioboro have created problems for disabled musicians. This research uses a qualitative method descriptive. The results of the study show that the advocacy strategy of the Social Service Council using informal or implied communication methods to influence key decision-making elites to prioritize the principle of inclusivism is still ongoing.Keywords: Muhammadiyah, Malioboro, Advocacy Stategy, Disabilities
PENGARUH PENGASUHAN LUAR PANTI TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER DAN KEMANDIRIAN ANAK Mursidin, Arip; Rahman, Nuril Endi
EMPATI: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Vol 14, No 1 (2025): Empati Edisi Juni 2025
Publisher : Social Welfare Study Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/empati.v14i1.47655

Abstract

Abstract. This study aims to examine the influence of non-institutional (community-based) foster care on character building and the development of children's independence, conducted at LKSA YAPSEM Lamongan. LKSA YAPSEM Lamongan is an institution that provides child care services using a non-institutional foster care model. This research employs a qualitative descriptive method, presenting detailed representations of how non-institutional care affects children's character development and independence. Data collection methods include gathering information through structured and unstructured interviews, observation, documentation, and note-taking. The research informants consist of caregivers in each foster area and the foster parents or families. Primary data collection techniques used in this study are observation, interviews, and document studies. The results indicate that non-institutional foster care significantly influences the development of children's character and independence, particularly in emotional, social, and educational aspects. Family-based care emphasizes a more personal, flexible, and family-oriented approach, which is often difficult to achieve in institutional care settings. The development of children under the care of LKSA YAPSEM Lamongan reflects key aspects such as character building, independence, challenges and solutions, well-being, and the sustainability of programs implemented by LKSA caregivers, all aimed at fostering better character and independence in children. Keyword: Care for children, character, independence, family based models. Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengasuhan luar panti terhadap pembentukan karakter dan kemandirian anak yang dilakukan di LKSA YAPSEM Lamongan. LKSA YAPSEM Lamongan adalah sebuah lembaga yang memberikan pengasuhan anak dengan model pelayanan luar panti. Metode penelitian dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif yang menyajikan data representasi detail dari sebuah keadaan pengaruh pengasuhan luar panti terhadap pembentukan karakter dan kemandirian anak. Adapun langkah-langkah pengumpulan data yaitu pengumpulan informasi melalui observasi dan wawancara terstruktur serta tidak terstruktur, dokumentasi serta mencatat informasi. Informan penelitian terdiri dari pendamping di setiap daerah dampingan anak luar panti dan orang tua/ keluarga asuh, Teknik pengumpulan data yang digunakan teknik primer yaitu observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Hasil penelitian ini memberikan pengaruh pengasuhan luar panti terhadap pembentukan karakter dan kemandirian anak, khususnya pada aspek emosional, sosial, dan pendidikan. Pengasuhan berbasis keluarga lebih menekankan pendekatan yang personal, fleksibel, dan berbasis keluarga, yang sulit diperoleh dalam pola pengasuhan dalam panti. Perkembangan anak di LKSA YAPSEM Lamongan memiliki aspek dari pembentukan karakter, kemandirian, tantangan dan solusi, kesejahteraan serta keberlanjutan program yang dilakukan oleh pendamping LKSA dengan tujuan pembentukan karakter dan kemandirian anak yang lebih baik. Kata Kunci: Pengasuhan anak, karakter, kemandirian, model luar panti.
Pemanfaatan Potensi Budaya Seni Bela Diri Pencak Silat Sebagai Daya Tarik Soft Power Pariwisata di Kota Madiun Istighfarin, Awit; Rahman, Nuril Endi; Hamzah, Nairo Rizka Nur
Jurnal Penelitian IPTEKS Vol. 10 No. 1 (2025): JURNAL PENELITIAN IPTEKS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/penelitianipteks.v10i1.2606

Abstract

Perkembangan pariwisata Indonesia memiliki potensi besar dalam wisata berbasis komunitas budaya, sejalan dengan Program Pembangunan Nasional. Pariwisata berperan dalam memanfaatkan sumber daya alam dan budaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Seni bela diri tradisional Pencak Silat berpotensi menjadi elemen soft power yang meningkatkan daya tarik wisata budaya, khususnya di Kota Madiun, yang dikenal sebagai 'Kota Pendekar'. Dengan sejarah panjang dan budaya yang erat kaitannya dengan Pencak Silat, serta pengakuan UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda pada 2019, seni bela diri ini memiliki nilai strategis sebagai aset budaya nasional dan internasional. Namun, potensi Pencak Silat di Kota Madiun belum tergarap optimal, karena masih terbatas pada lingkup lokal tanpa kemasan profesional yang menarik bagi wisatawan. Penelitian ini mengkaji potensi pengembangan Pencak Silat sebagai daya tarik wisata budaya melalui pendekatan kualitatif dengan wawancara, observasi partisipatif, dan studi literatur..Penelitian ini memperoleh dua hasil yakni potensi nilai historis dan budaya, potensi komitmen keterlibatan komunitas, potensi wisata budaya seni bela diri pencak silat, potensi penyelenggaran Event dan pertunjukan yang diselenggarakan padepokan, potensi paket wisata edukasi pencak silat paket, potensi infrastuktur dan potensi ekonomi lokal. Dilanjutkan dengan temuan strategi efektif dalam mengembangkan wisata budaya seni bela diri Pencak Silat yakni dengan membangun kesadaran budaya, integrasi dengan pariwisata berkelanjutan, kolaborasi antar sektor, pengembangan media dan konten kreatif, optimalisasi infrastruktur wisata dan pemberdayaan komunitas lokal. Kesimpulannya, seni bela diri Pencak Silat dapat menjadi soft power yang efektif dalam meningkatkan daya tarik pariwisata Kota Madiun jika dikembangkan dengan strategi yang terarah dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan
MODAL SOSIAL DAN KEWIRALEMBAGAAN DALAM PROGRAM HUTAN SOSIAL OLEH PT PAITON ENERGI Rahman, Nuril Endi; Ibrahim, Malik; Saputri, Ferra Wulan
EMPATI: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Vol. 13 No. 2 (2024): Empati Edisi Desember 2024
Publisher : Social Welfare Study Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/empati.v13i2.43937

Abstract

Abstract. The social forest programme is one of the important pillars of development that contributes to reducing land tenure inequality and alleviating poverty, which refers to the principles of the green economy. This study aims to describe the management of social forest programmes that utilise social capital by KTH Ranu Makmur and Alam Subur, and describe the extent of the institutional factors applied by KTH Ranu Makmur and Alam Subur in managing social forests. The research method used qualitative case study method. Data collection techniques used participatory observation, in-depth interviews, FGDs and document studies. Data analysis was conducted inductively with the stages of data reduction, data organisation, memoing and coding, data categorisation and empirical generalisation. The results showed that in its implementation, KTH Ranu Makmur and Alam Subur, which had previously existed, utilised social capital as a group strength in managing forest land for agriculture. The institutional factor is also a reinforcement for the group, with the social orientation that makes the group more resilient. The utilisation of social capital by Ranu Makmur and Alam Subur groups makes it easier for the group to deal with various problems such as difficulties in agricultural raw materials, with the network owned by the group, the members of KTH can provide information related to access to agricultural raw materials such as fertilisers and coffee plant seeds. Social capital owned by KTH is also reflected in agricultural activities, such as during the planting period where group members help each other to reduce costs. The social forest programme, especially for Ranu Makmur and Alam Subur, has contributed to poverty alleviation and forest conservation. Keywords: Social forest; social capital; entrepreneurship. Abstrak. Program hutan sosial merupakan salah satu pilar penting pembangunan yang berkontribusi untuk mengurangi ketimpangan penguasaan lahan dan mengentaskan kemiskinan, yang mengacu pada prinsip ekonomi hijau. Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan pengelolaan program hutan sosial yang memanfaatkan modal sosial oleh KTH Ranu Makmur dan Alam Subur, dan menggambarkan sejauhmana faktor kewiralembagaan yang diterapkan oleh KTH Ranu Makmur dan Alam Subur dalam mengelola hutan sosial. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif jenis studi kasus. Teknik pengumpulan data penelitian menggunakan teknik observasi partisipatif, wawancara mendalam, FGD, dan studi dokumen. Analisis data penelitian dilakukan secara induktif dengan tahapan reduksi data, pengorganisasian data, pembacaan memoing dan koding, kategorisasi data dan generalisasi empiris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pelaksanaannya KTH Ranu Makmur dan Alam Subur yang sebelumnya telah eksis, kemudian memanfaatkan modal sosial sebagai kekuatan kelompok dalam mengelola lahan hutan untuk pertanian. Faktor kewiralembagaan juga menjadi penguat bagi kelompok, dengan adanya orientasi sosial sehingga menjadikan kelompok lebih memiliki resiliensi. Pemanfaatan modal sosial oleh KTH Ranu Makmur dan Alam Subur memudahkan kelompok dalam menghadapi berbagai persosalan seperti kesulitan bahan baku pertanian, dengan adanya jaringan yang dimiliki oleh kelompok maka antar anggota KTH dapat saling memberikan informasi terkait akses bahan baku pertanian seperti pupuk dan benih tanaman kopi. Modal sosial yang dimiliki oleh KTH juga tergambar dalam aktivitas pertanian, seperti pada saat masa tanam di mana antar anggota kelompok saling membantu sehingga dapat menekan biaya. Program hutan sosial khususnya bagi KTH Ranu Makmur dan Alam Subur, telah berkontribusi dalam pengentasan kemiskinan dan menjaga kelestarian hutan. Kata Kunci: Hutan sosial; modal sosial; kewiralembagaan.
Pelatihan Ecoprint Berbasis Pemberdayaan Masyarakat untuk Pengelolaan Limbah Organik Alfiyani, Lina; Mukhlisin, Latutik; Rahman, Nuril Endi; Yulianto, Agus; Setiyadi, Noor Alis; Sarjito, Sarjito; Khuzaimah, Ima Siti; Jery, Jery; Sumini, Sumini; Afifah, Roidah Nur; Arifin, Arifin; Kewa, Kristofora Karolina
Journal Of Human And Education (JAHE) Vol. 4 No. 6 (2024): Journal of Human And Education (JAHE)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jh.v4i6.1796

Abstract

Pelatihan ecoprint berbasis pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk mengelola limbah organik secara efektif di Desa Jerukgulung, meningkatkan kesadaran lingkungan sekaligus mendukung perekonomian lokal. Ecoprint, teknik pencetakan alami yang memanfaatkan daun, bunga, dan bahan organik lainnya, diusung sebagai solusi inovatif untuk memanfaatkan limbah menjadi produk bernilai tambah. Program ini bertujuan untuk memberikan keterampilan kepada masyarakat setempat dalam menciptakan produk ramah lingkungan, seperti kain ecoprint, yang dapat dipasarkan sebagai sumber pendapatan tambahan. Pelatihan ini melibatkan pengenalan proses pengolahan limbah organik menjadi bahan pewarna, teknik pencetakan, serta praktik keberlanjutan dalam pengelolaan limbah. Hasil yang diharapkan dari pelatihan ini meliputi peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat tentang ecoprint, pengurangan limbah organik yang berpotensi mencemari lingkungan, dan penguatan ekonomi desa melalui produk kreatif. Pelatihan ini juga menjadi langkah awal menuju ekosistem pemberdayaan yang lebih luas, di mana keberlanjutan lingkungan dan kemandirian ekonomi dapat berjalan seiring. Diharapkan, pelatihan ini tidak hanya meningkatkan kualitas hidup masyarakat tetapi juga menjadi contoh bagi program serupa di wilayah lain yang menghadapi tantangan serupa.
COMMODIFICATION OF REOG AND WAROK ARTS AS CULTURAL IDENTITY OF PONOROGO REGENCY Dharojah, Rakhma Widya; Rahman, Nuril Endi; Ibrahim, Malik
Nusantara Hasana Journal Vol. 3 No. 8 (2023): Nusantara Hasana Journal, January 2024
Publisher : Yayasan Nusantara Hasana Berdikari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59003/nhj.v3i8.1074

Abstract

The art of reog an warok in Ponorogo Regency is a community culture formed through a long historical process. Amid the onslaught of foreign cultures, reog Ponorogo still exists as an artistic tradition and is in demand by the community. Commodification is an unavoidable phenomenon in the era of globalization, where an object is converted into a selling value. Culture is inseparable from commodification, where economic value is the main attraction in commodification. This research aims to reveal and describe the various strategies of the commodification of reog and work arts in the Ponorogo Regency. The method used is descriptive qualitative. The research data collection used in-depth interview techniques, observation, and documentation studies. The research analysis was conducted inductively, and the data validity technique used source triangulation. The results of this study are, the art of reog Ponorogo has experienced commodification where the Ponorogo Regency government makes reog a symbol of tourism, which aims to present to source of regional income. Commodification and the existence of tradition in the art of reog Ponorogo can go hand in hand, despite the shift in orientation but reog art is still attached as the identity of the people of Ponorogo Regency.