Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Diagnosis dan Manajemen Thyroid Storm dengan Komplikasi Kardiak: Laporan Kasus Kanaya, Ni; Buharman, Borries Foresto
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 8 No. 3 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v8i3.37093

Abstract

Thyroid Storm (TS) merupakan keadaan hipermetabolik akut darurat langka, ditandai dengan kegagalan multipel organ, yang dapat terjadi dengan atau tanpa diagnosis tirotoksikosis sebelumnya. Diagnosis dan penanganan tepat sangatlah penting untuk mencegah morbiditas dan mortalitas. Seorang wanita, 26 tahun, dengan keluhan dada berdebar disertai sesak, demam hilang timbul, berkeringat sepanjang hari, gelisah, mual, dan muntah sejak 2 minggu SMRS yang semakin buruk 3 hari SMRS. Pasien memiliki riwayat hipertensi, namun riwayat hipertiroid tidak diketahui. Pada pemeriksaan fisik, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 146x/menit, pernafasan 30x/menit, suhu 38,9°C, exophthalmos, goiter, ronki basah halus paru bilateral dan tremor. Hasil EKG didapatkan AF RVR dan hasil rontgen toraks menunjukkan kardiomegali. Hasil ekokardiografi menunjukkan LVH dengan EF 47% dan mild moderate regurgitasi mitral. Hasil FT4: 7,77 ng/dL dan TSH: 0,05 mIU/mL. Burch Wartofksy Point Scale pasien sebesar 85. Terapi awal IGD diberikan O2 NC 3 LPM, Paracetamol 1gr IV, Omeprazole 40mg IV, Ondansetron 4mg IV, Digoxin 0,50mg IV, Warfarin tablet 1x2mg, dan Candesartan tablet 1x8mg. Setelah keluar hasil TSH dan FT4, diberikan tambahan PTU loading 600mg, dilanjutkan dengan 4x200mg, Propanolol loading 40mg, dilanjutkan dengan 4x20mg, Dexamethasone 2x5mg IV, dan Furosemide 1x20mg IV. Pasien mengalami TS yang disebabkan oleh untreated hyperthyroidism. Dengan tingginya morbiditas dan mortalitas TS, resusitasi darurat sangat diperlukan, sambil menentukan dan mengobati pemicu yang mendasari. Penatalaksanaan TS meliputi stabilisasi kardiovaskular, pemberian steroid, tionamida, penghambat beta, pengobatan hipertermia dan agitasi. Identifikasi TS yang cepat, manajemen tepat dan adekuat dapat meningkatkan kesintasan pasien dengan komplikasi kardiak.
KORELASI KADAR ASAM URAT DAN KOLESTEROL DENGAN PENURUNAN FUNGSI GINJAL: KAJIAN EPIDEMIOLOGIS DI EMPAT KELURAHAN JAKARTA Martin, Alfianto; Nathanael, Fernando; Kanaya, Ni
Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis Vol. 5 No. 1 (2025): Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmmpk.v5i1.35274

Abstract

Latar Belakang: Fungsi ginjal yang diukur dengan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) sangat penting untuk homeostasis tubuh. Penurunan LFG di bawah 60 mL/min/1.73 m2 selama lebih dari 3 bulan menunjukkan Penyakit Ginjal Kronis (PGK). Asam urat tinggi (hiperurisemia) dan dislipidemia sering dikaitkan dengan penurunan fungsi ginjal, namun peran kausalnya masih diperdebatkan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara kadar asam urat dan kolesterol total dengan fungsi ginjal pada populasi dewasa di Jakarta, dengan mempertimbangkan usia sebagai faktor yang mempengaruhi. Metode: Studi potong lintang ini melibatkan 297 responden dewasa berusia ≥18 tahun dari empat kelurahan di Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan secara non-random consecutive sampling. Data meliputi kadar asam urat, kolesterol total, dan kreatinin, dengan LFG diestimasi menggunakan rumus Modification of Diet in Renal Disease (MDRD). Hasil: Rerata usia responden adalah 46,45 tahun, dengan 75,1% perempuan. Rerata kadar asam urat, kolesterol total, kreatinin, dan LFG berturut-turut adalah 4,00 mg/dL, 195,61 mg/dL, 0,90 mg/dL, dan 88.59 mL/min/1.73 m2. Usia menunjukkan korelasi negatif signifikan dengan LFG (r=−0,427; p<0,01). Asam urat berkorelasi positif signifikan dengan kreatinin (r=0,273; p<0,01) dan negatif signifikan dengan LFG (r=−0,119; p<0,05). Kolesterol total tidak berkorelasi signifikan dengan kreatinin (r=−0,014; p=0,807) tetapi berkorelasi negatif signifikan dengan LFG (r=−0,149; p<0,01). Setelah mengontrol usia, korelasi asam urat dengan LFG menjadi tidak signifikan (r=−0,105; p=0,071), namun hubungannya dengan kreatinin tetap signifikan (r=0,271; p<0,01). Kesimpulan: Kolesterol total tidak menunjukkan korelasi signifikan dengan kreatinin maupun LFG setelah kontrol usia. Kadar asam urat dan kolesterol total berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal, namun hubungan ini sangat dipengaruhi oleh faktor usia. Asam urat menunjukkan hubungan yang lebih konsisten dengan kreatinin dan lebih independen dari usia dibandingkan kolesterol.
PREDIKSI KEKUATAN GENGGAMAN TANGAN BERDASARKAN PROFIL METABOLIK DARAH PADA POPULASI GERIATRI PANTI WERDHA HANA Gunawan, Paskalis Andrew; Nathanael, Fernando; Kanaya, Ni
Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis Vol. 5 No. 1 (2025): Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmmpk.v5i1.35275

Abstract

Latar Belakang: Kekuatan otot merupakan komponen fundamental fungsi fisik lansia, penting untuk mobilitas, keseimbangan, dan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi kesenjangan pengetahuan mengenai peran parameter glukosa darah puasa (GDP), HbA1c, kadar kolesterol total, kadar hemoglobin, dan kadar asam urat sebagai prediktor kekuatan otot pada lansia di Panti Werdha Hana. Metode: Studi observasional analitik dengan desain potong lintang ini melibatkan 55 responden berusia ≥60 tahun. Data diperoleh melalui pengambilan sampel darah vena setelah puasa minimal 8 jam dan pengukuran kekuatan otot menggunakan digital Hand Dynamometer Camry. Interpretasi kelemahan otot mengacu pada ambang batas normal >28 kg untuk laki-laki dan >18 kg untuk perempuan. Analisis data menggunakan kurva ROC dan uji Mann-Whitney, dengan tingkat kemaknaan statistik p<0,05. Hasil: Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden (81,8%) memiliki kekuatan genggaman tangan yang rendah. Analisis ROC memperlihatkan bahwa asam urat (AUC 0,770; p=0,008) dan HbA1c (AUC 0,720; p=0,031) memiliki nilai diagnostik yang signifikan dalam memprediksi kelemahan kekuatan genggaman tangan. GDP, kolesterol total, dan hemoglobin tidak menunjukkan nilai prediktif yang signifikan (p>0,05). Uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa kelompok dengan kekuatan genggaman otot yang lebih baik memiliki kadar HbA1c (mean rank 40,15 vs 25,3; p=0,008) dan asam urat (mean rank 37,9 vs 25,8; p=0,030) yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan kelompok dengan otot lemah. Kesimpulan: Temuan kontraintuitif ini menyarankan adanya mekanisme kompleks atau efek perlindungan tertentu yang perlu diteliti lebih lanjut dalam konteks kekuatan otot pada lansia.