Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Peristiwa Minggir: Aksi Sepihak Barisan Tani Indonesia di Desa Sendangmulyo, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman Tahun 1957-1965 Ashshiddiq, Ahmad Abdul Wahid; Aman
Patra Widya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya. Vol. 24 No. 1 (2023)
Publisher : Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52829/pw.372

Abstract

Pada tahun 1957 terjadi aksi sepihak yang dilakukan oleh Barisan Tani Indonesia di Desa Sendangmulyo. Aksi ini dinamakan Peristiwa Minggir dan menjadi pemberitaan nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang, kronologi, dan penyelesaian dalam Peristiwa Minggir. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah kritis yang terdiri dari empat tahap, yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan aksi sepihak yang dilakukan Barisan Tani Indonesia (BTI) berawal dari kesenjangan ekonomi dan polarisasi politik yang terjadi di Desa Sendangmulyo. Para buruh tani bersama BTI melakukan aksi tidak menyetorkan hasil panennya kepada tuan tanah sebagai bentuk aksi mengambil kembali tanah yang menurut mereka sudah menjadi hak buruh tani. Peristiwa Minggir kemudian diselesaikan melalui jalur hukum di tahun 1965 dengan keputusan hak milik tanah dikembalikan kepada pemilik Letter C.
Leveraging Local Islamic Heritage for History Learning: An Experiential Learning Perspective in Seberang Kota Jambi Fajhira, Shaza; Aman
Solo International Collaboration and Publication of Social Sciences and Humanities Vol. 3 No. 03 (2025): Main Thema: Integration of Universal Values in the Dynamics of Social Sciences
Publisher : Walidem Institute and Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61455/sicopus.v3i03.353

Abstract

Objective: The purpose of this study is to explore the use of local Islamic historical heritage in Seberang Kota Jambi as a historical learning medium with an experiential learning theory approach developed by David Kolb. Theoretical Framework: David Kolb's theory of experiential learning, emphasizes the learning cycle through direct experience, reflection, conceptualization, and active experimentation. Literature Review: This study may include studies of experiential learning theory, the importance of culturally context-based learning, as well as previous studies on the use of local cultural heritage in education. Method: The method applied is a qualitative descriptive approach with participatory observation techniques and in-depth interviews conducted at the As'ad Islamic Boarding School, involving teachers, students, and community leaders. Results: The results of the study show that the integration of historical artifacts such as ancient manuscripts, the Yellow Book, the tomb of scholars, and the old mosque building in the learning process creates a concrete and meaningful learning experience, while increasing student engagement, historical understanding, and cultural and spiritual awareness. Implications: these findings emphasize the importance of preserving local cultural heritage as part of the development of contextual learning methods that are relevant to students' lives. The novelty: of this study lies in the concrete integration between the historical heritage of local Islam and the theory of experiential learning in the context of pesantren education, which has not been raised much in previous studies.
FROM LOOT TO RESISTANCE: THE STRATEGIC ROLE OF COLONIAL WEAPONS IN THE DYNAMICS OF THE BATTLE OF THE NATIONAL INDEPENDENCE REVOLUTION 1945-1949: Dari Rampasan ke Perlawanan: Peran Strategis Senjata Penjajah dalam Dinamika Peperangan Revolusi Kemerdekaan Nasional 1945-1949 Hidayati, Bunga; Aman
SOSIOEDUKASI Vol 14 No 1 (2025): SOSIOEDUKASI : JURNAL ILMIAH ILMU PENDIDIKAN DAN SOSIAL
Publisher : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universaitas PGRI Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36526/sosioedukasi.v14i1.5406

Abstract

Penelitian ini mengkaji peran strategis senjata rampasan dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada periode 1945–1949. Pasca Proklamasi, Indonesia menghadapi keterbatasan logistik militer dan belum memiliki tentara reguler yang terorganisasi secara utuh, sementara pasukan Belanda, yang dibantu Sekutu, mulai melancarkan agresi militer. Dalam kondisi darurat tersebut, senjata rampasan dari tentara Jepang dan Sekutu menjadi sumber utama persenjataan bagi pejuang Republik, termasuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR), laskar rakyat, dan berbagai organisasi pemuda. Studi ini menggunakan pendekatan historis-kualitatif dengan menelusuri dokumen arsip dan literatur akademik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan senjata rampasan disertai dengan strategi perang gerilya yang efektif mampu mengimbangi keunggulan militer Belanda. Di sisi lain, keterbatasan pelatihan dan kendali distribusi senjata juga menimbulkan ekses negatif dalam bentuk kekacauan sipil. Selain mengandalkan rampasan, pejuang juga mengembangkan produksi senjata lokal secara kreatif, seperti di pabrik Demak Ijo dan laboratorium milik Herman Johannes. Dengan pendekatan menyeluruh yang mencakup kekuatan militer, diplomasi, dan mobilisasi rakyat (Gerpolek), perjuangan kemerdekaan Indonesia menunjukkan kemampuan adaptasi luar biasa dalam menghadapi tantangan kolonialisme. Senjata rampasan bukan hanya alat tempur, tetapi simbol resistensi dan kemandirian bangsa.
Legal Reasoning Judges in Determining Marriage Dispensation and Its Implications for Children's Rights in Indonesia Aman; Gugun Gumilar
SMART: Journal of Sharia, Traditon, and Modernity Vol. 5 No. 2 December (2025)
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/kjf38b90

Abstract

Law No. 16/2019 stipulates the minimum age for marriage at 19 years for both men and women, and the Supreme Court Regulation No. 5/2019 on Guidelines for Adjudicating Marriage Dispensation Applications aims to prevent the increase of child marriage in Indonesia. However, in the past three years, cases of marriage dispensation at the Bandung High Religious Court have surged, with 90% of cases from 2020-2022 being granted. This study aims to analyze the judges' legal reasoning in granting marriage dispensation applications and its implications for children's rights in Indonesia. The study employs a qualitative method, combining library research and field research with a statutory and case approach, conducted at the Bandung High Religious Court. The findings indicate that judges' legal reasoning serves as a bridge between written law and the social reality faced by parties in cases. There are three aspects of judges' consideration in granting marriage dispensation applications: fulfillment of formal requirements, pregnancy out of wedlock, and the child's psychological readiness. The implications include an increase in the number of children dropping out of school, high risk of maternal mortality, risk of stunting, economic implications, and an increase in divorce rates
Batavia dalam Rongrongan Kolonialisme Belanda Melalui VOC Abad ke XVII – XIX Sabrina, Dewi Ayu; Utami, Aditya Putri; Aman; Basyari, Asyhar
PERIODE: Jurnal Sejarah dan Pendidikan Sejarah Vol. 5 No. 2 (2023): PERIODE: Jurnal Sejarah dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21009/periode.052.4

Abstract

Writing in this journal aims to find out the history of the arrival of the Dutch until the formation of the city of Batavia. Starting with the arrival of the Dutch in 1595 with a mission to explore the Ocean to Banten, this was the beginning of colonialism in Indonesia. The Dutch founded the VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) on 20 March 1602 in Batavia as an administrative center. All VOC activities were centered in Batavia before being headquartered in Banten. The choice of Batavia or its former name Jayakarta as the administrative center was because the Dutch saw that the port in Batavia was a small port so it would not easily attract the attention of other European nations. Writing articles uses a library research approach, where the preparation of articles uses literary sources and does not go directly to the field. The results of the discussion in this article include, Batavia as the VOC Headquarters, the state of the VOC under Daendels' rule after the dissolution of the VOC, Batavia as a port and trade city. Penulisan jurnal ini bertujuan untuk mengetahui sejarah kedatangan Belanda hingga terbentuknya kota Batavia. Diawali dengan Kedatangan Belanda pada 1595 dengan misi penjelajahan Samudra ke Banten merupakan awal kolonialisme di Indonesia bermula. Belanda mendirikan VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) pada 20 Maret 1602 di Batavia sebagai pusat administrasi. Segala kegiatan VOC dipusatkan di Batavia sebelum dulunya bermarkas di Banten. Pemilihan Batavia atau nama dulunya Jayakarta sebagai pusat administrasi ini karena Belanda melihat pelabuhan yang ada di Batavia merupakan pelabuhan kecil sehingga tidak mudah menarik perhatian bangsa Eropa lainnya. Penulisan artikel menggunakan metode pendekatan penelitian kepustakaan (library research), dimana penyusunan artikel menggunakan sumber literatur dan tidak terjun langsung ke lapangan. Hasil pembahasan dalam artikel ini antara lain, Batavia sebagai Markas Besar VOC, Keadaan VOC di bawah pemerintahan Daendels pasca bubarnya VOC, Batavia sebagai kota pelabuhan dan perdagangan.