Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

DOMINASI LELAKI TERHADAP PEREMPUAN DALAM KEPEMIMPINAN HMPS PENDIDIKAN SOSIOLOGI UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR Pada Agustang, Andi Tenri; Rasyid, Rusman; Rasyid, A Ramli; Adiwisastra Pasca Agustang, Andi Yosi; Nur, Hasruddin
Phinisi Integration Review Volume 7 Nomor 2 Tahun 2024
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pir.v7i2.63317

Abstract

Penelitian ini bertujuan menganalisis (1) kekuasaan lelaki yang mendominasi perempuan dalam memimpin HMPS Pendidikan Sosiologi (2) resistensi perempuan dominasi kekuasaan lelaki dalam HMPS Pendidikan Sosiologi beserta implikasi dari resistensinya. Guna mencapai tujuan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian geneologi Foucaultdian. Pengumpulan data melalui observasi partisipatif strategi non-intervensi, wawancara non-struktur dan dokumentasi. Data-data kemudian dianalisis melalui teknik reduksi data, penyajian data, interpretasi dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) kekuasaan lelaki mendominasi perempuan dalam memimpin HMPS Pendidikan Sosiologi dengan menempatkan perempuan hanya pada posisi bendahara umum dan bidang media dan informasi, serta bidang kewirausahaan, hal tersebut disebabkan oleh faktor intervensi lelaki alumni HMPS Pendidikan Sosiologi periode 2011-2012 sebagai senior menseminasikan wacana perempuan adalah “mahluk emosial”, perempuan tidak akurat dalam mengambil suatu keputusan” sehingga “kurang baik dijadikan sebagai pemimpin” (2) Resistensi yang dilakukan perempuan terhadap dominasi tersebut dengan cara membentuk bidang pemberdayaan perempuan, merumuskan pendidikan politik sebagai modal pengetahuan, dan membangun relasi kepada senior perempuan alumni HMPS Pendidikan Sosiologi sebagai modal sosial sehingga berimplikasi terhadap periode 2023-2024 perempuan dapat mencalonkan diri dan menjadi pemimpin HMPS Pendidikan Sosiologi.This study aims to analyze (1) the power of men who dominate women in the leadership of HMPS Education Sociology. (2) the resistance of women to the domination of men's power in HMSP Education Sociology as well as the implications of its resistance. To achieve that goal, this study uses the Foucaultdian genealogy approach. Data is collected through participatory observations of non-intervention strategies, non-structural interviews, and documentation. The data is then analyzed through data reduction techniques, data presentation, interpretation, and conclusion drawings. The results of this study show that (1) male power dominates women in the leadership of HMPS Education Sociology by placing women only in positions of public treasury and the field of media and information, as well as in the area of entrepreneurship. This is due to the intervention factor of male alumni. HMSP Education sociology period 2011-2012 as senior nominating the discourse of women is “emotional inclusion," women are inaccurate in making a decision, so “less well made as a leader." (2) Resistance done by women against such domination by forming the fields of empowerment of women, formulating political education as the capital of knowledge, and building relationships with senior female alumni of HMPS Education Sociology as the social capital, thus implying that for the period 2023-2024, women can nominate themselves and become the general chair of HMPS Educational Sociology.
Kinetika Pengeringan Cabai dengan Perlakuan Blansing Suhu Rendah-Waktu Lama Irfan, Andi Muhammad; Lestari, Nunik; Arimansyah, Arimansyah; Rasyid, A Ramli
AGRITEKNO: Jurnal Teknologi Pertanian Vol 10 No 1 (2021): AGRITEKNO: Jurnal Teknologi Pertanian
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jagritekno.2021.10.1.24

Abstract

This study was aimed to determine the drying kinetics of chilies that have been pretreated with low temperature long time (LTLT) blanching. Drying chilies with LTLT blanching pretreatment at 60, 70, and 80 oC for 20 minutes was assigned as treatment in this research. Drying chillies with high temperature short time (HTST) blanching pretreatment, without blanching pretreatment in the dryer, and without blanching pretreatment in direct sunlight were also studied as the comparison. The results showed that chilies treated with blanching pretreatment, both LTLT and HTST, have a faster drying rate and achieve the target moisture content faster than chilies that were not blanched. The color of dried chilies that were dried in a dryer was also better than dried chilies that were dried in the sun. Of all the blanching treatments, chilies with LTLT blanching pretreatment at 80 oC for 20 minutes had the fastest drying rate, a drying time of 34 hours, and the attractive dried chilli color. The evaluation results also showed that the Page model was the most suitable model to describe the drying characteristics of chilies with LTLT pretreatment blanching, with R2 ranging from 0.9913-0.9935, X2 ranging from 0.0005-0.0009, and RSME ranging from 0.0221-0.0293. Keywords: Chili; blanching; color; drying; mathematical model ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinetika pengeringan cabai yang diberi perlakuan awal low temperature long time (LTLT) blanching atau blansing pada suhu rendah dalam waktu yang relatif lama. Perlakuan pada penelitian ini yaitu pengeringan cabai dengan blansing metode LTLT pada suhu 60o, 70o, dan 80oC selama 20 menit. Sebagai pembanding, dilakukan juga pengeringan dengan perlakuan awal metode high temperature short time (HTST) blanching, pengeringan cabai tanpa perlakuan awal blansing di dalam alat pengering, serta pengeringan cabai tanpa perlakuan awal blansing di bawah sinar matahari secara langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cabai dengan perlakuan awal blansing, baik blansing metode LTLT maupun HTST, memiliki laju pengeringan yang lebih tinggi sehingga lebih cepat mencapai kadar air target dibandingkan dengan cabai tanpa perlakuan blansing. Warna cabai kering yang dihasilkan pada alat pengering juga lebih baik dari cabai kering yang dikeringkan langsung di bawah sinar matahari. Dari seluruh perlakuan yang melibatkan proses blansing, cabai dengan blansing metode LTLT pada suhu 80oC selama 20 menit merupakan perlakuan dengan laju pengeringan tercepat, dengan waktu pengeringan selama 34 jam, dan warna produk cabai kering yang menarik. Hasil evaluasi juga menunjukkan bahwa model Page adalah model yang paling sesuai untuk menggambarkan karakteristik pengeringan cabai dengan perlakuan awal blansing metode LTLT, dengan R2 berkisar antara 0.9913-0.9935, X2 berkisar antara 0.0005-0.0009, dan RSME berkisar antara 0.0221-0.0293. Kata kunci: Blansing; cabai; model matematika; pengeringan; warna