Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Potensi ekstrak daun pare (momordica charantia l.) sebagai alternatif meningkatkan kualitas hidup penderita Hepatitis B Rahmatullah, Widia; Sari, Ana Dewi Lukita
MEDIA ILMU KESEHATAN Vol 10 No 1 (2021): Media Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30989/mik.v10i1.526

Abstract

Background: Hepatitis is a desease that can be transmitted through blood transfussion. Treatment for this infectious desease can be done with antibotics or chemotherapy. The use of other herbal can also minimize the negative impact of using chemical products. The research needs to be used as hepatitis drugs. According to previous research it was stated that pare (Momordica charantia L.) leaves showed hepatoprotective ability. Objective: to determine the potential of bitter melon leaf extract (Momordica charantia L.) in treating hepatitis B. Methods: This study is used completely randomized design with three treatments. Each of the six replications was treated as follows, normal control, positif control (giving parasetamol dosis 750 mg/kg BB rats. Giving extract pare leaves (dosis 100 mg/kg BB rats). Results: The results of the one-way ANOVA test (Oneway Anova) SGOT and SGPT showed that there was a very significant effect between the treatment of bitter melon leaf extract on the levels of SGOT in rats with a significance value of 0.000. Conclusion: The observation parameters are measurement of leaves SGOT and SGPT. The results showed that pare leaf extract has the potential as a hepatoprotector. It isi hoped that this research can provide information add insight into science to utilize plants as herbal medicine.
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PEMBUATAN COVERALL MEDIS DAN GOWN PADA MASA PANDEMI COVID-19 Rohman, Hendra; Sari, Ana Dewi Lukita
ADIMAS Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 6, No 1 (2022): Maret
Publisher : Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24269/adi.v6i1.3419

Abstract

Terpuruknya kegiatan ekonomi dirasakan pengusaha, karyawan dan wirausaha. Salah satunya adalah pabrik garmen di wilayah Bantul yang gulung tikar sehingga banyak karyawan pabrik di PHK secara sepihak. Program pengabdian masyarakat diberikan untuk menggerakan roda ekonomi masyarakat terutama bagi perempuan. Melihat kondisi tersebut kami tergerak untuk melatih sebagian karyawan garmen tersebut agar tetap berkarya memproduksi Alat Pelindung Diri (APD) seperti coverall medis dan gown baik dari bahan spunbond, parasut waterproof, taslan, dan microphorus. Pada awal pandemi COVID-19 antara kebutuhan APD dengan jumlah produksi tidak seimbang. Sehingga pemesanan APD yang masuk sangat banyak, permintaan dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi bahkan sampai Papua. Kegiatan ini mampu memproduksi 5000 gown maupun coverall dalam 1 bulan. Kelompok kami berjumlah 10 penjahit yang beralamat di Randubelang, Semail dan Bangunjiwo Bantul. Pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan metode pelatihan pembuatan APD, pembagian kerja dan membangun jaringan market. Pada proses pelatihan meliputi cara pembuatan desain APD, cara menjahit yang benar sesuai syarat sebagai alat pelindung diri, proses pengemasan dan pengiriman paket yang efektif dan murah. Hasil yang dirasakan oleh para penjahit adalah adanya pemasukan finansial yang lebih banyak dibandingkan saat mereka bekerja di pabrik. Banyak waktu untuk mengurus keluarga karena produksi dikerjakaan di rumah masing-masing, dan peluang resiko tertular virus COVID-19 lebih kecil. Diharapkan tetap berkarya dan produktif pada masa pandemi covid-19. Situasi ini dibutuhkan kerjasama yang terkoordinasi baik antar masyarakat dan pemerintah, sehingga UMKM tetap bertahan demi kelangsungan produksi. Perlu kemampuan beradaptasi dengan cepat, tepat dan benar untuk bertahan hidup baik terutama dari segi ekonomi.
Geographic Information Systen (GIS) Mapping of Toddler Cases Stunting Cases in Bantul Regency in 2022: Pemetaan Sistem Informasi Geografis (Sig) Kasus Balita Stunting Di Wilayah Kabupaten Bantul Tahun 2022 Sari, Ana Dewi Lukita; Rohman, Hendra; Salsabila, Amalia
Procedia of Engineering and Life Science Vol. 7 (2025): Prosiding Seminar Nasional dan Rakernas PORMIKI X
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21070/pels.v7i0.2212

Abstract

Geographic information system GIS is technology based on computers to collect, analyze, and serve data and information from an object that is connected and located on the ground. A toddler with stunted is shorter than his or her age, less than the -2 standard of the World Health Organization’s WHO growth curve. A condition caused by lack of nutritional intake in a toddler during the first 1000 days of life. This study aimed to map the cases of a stunted toddler in the Bantul district with Quantum of GIS and analyze the influencing factors based on specific nutritional interventions. Varieties of qualitative research with planned case studies. The subjects sample were nutrition officers of the Bantul Public Health Office while the subjects sample were three stunted toddlers in the Kapanewon district of Bantul. Data collection for toddlers with stunted was using ePPBGM electronic Nutrition Report Based on Sleep Record. In 2022, there were 3,001 cases of developmental delay in toddlers. The three higher-ranked cases in Kapanewon are Kapanewon Imogiri 492, Dlingo 258, and Piyungan 228. Risk factors of stunting in toddlers through specific nutritional interventions. The conclusion: 1. We can see that the higher toddler case mappings of the three Kapanewons have clearer visuals compared with the other Kapanewons. 2. The analysis of incidents Stunted a toddler from the higher three kapanewons through specific nutritional interventions where available in Imogiri Kapanewon, the mom does not want to do IMD, give exclusive breastfeeding, pregnant with KeK anemia, Pregnant women with anemia and parenting patterns are still high compared with Dlingo and Piyungan Kapanewon. Suggestion: Stunting is a complex problem as of specific nutritional interventions and sensitive nutritional interventions are needed.
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN PNEUMONIA KOMUNITAS DI PUSKESMAS MERGANGSAN KOTA YOGYAKARTA Sari, Ana Dewi Lukita; Rohman, Hendra; Wimasa, Yoga Adi
Prosiding Seminar Informasi Kesehatan Nasional 2023 : SIKesNas 2023
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Duta Bangsa Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47701/sikenas.vi.2826

Abstract

Pneumonia komunitas adalah peradangan akut parenkim paru pada masyarakat disebabkan mikroorganisme, bukan disebabkan mycobacterium tuberkulosis. Pneumonia penyebab terbesar kematian balita di dunia, tahun 2019 jumlah kematian balita sebanyak 740.180 karena pneumonia. Faktor risiko meliputi malnutrisi, kepadatan penduduk, dan lingkungan. Sistem Informasi Geografis merupakan komputer berbasis sistem memberikan informasi digital dan analisis terhadap objek serta fenomena karakteristik pada lokasi geografis. Tujuan penelitiannya mengetahui proses pengumpulan data balita pneumonia di Puskesmas Mergangsan, trend peta persebaran balita pneumonia tahun 2021 dan menganalisis faktor risikonya berdasarkan curah hujan dan kepadatan penduduk. Jenis penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Instrumen penelitian menggunakan aplikasi quantum GIS 3.16. Sumber data kesehatan balita pneumonia dari poli MTBS kemudian diolah menggunakan SIMPUS. Trend peta persebaran balita pneumonia di Puskesmas Mergangsan tahun 2021 sebanyak 75 dimana laki 38 (50,6%) dan perempuan 37 (49,3%). Tiga dusun tertinggi, yaitu Dipowinatan (13,3%), Prawirotaman (12%) dan Timuran (10,6%) dengan usia < I tahun 24 (32%) dan 1-5 tahun 51 (68%). Luas kapanewon Mergangsan 2,31 km2, jumlah penduduk 32.162, dan kepadatan penduduk 13.923/km2. Penemuan kasus balita pneumonia setiap bulan tidak dipengaruhi faktor curah hujan. Kesimpulannya: Kapanewon Mergangsan mempunyai kasus pneumonia tertinggi dan termasuk wilayah dengan kepadatan tinggi melebihi rata-rata kepadatan penduduk Kota Yogyakarta (11.579/km2).
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PEMBUATAN COVERALL MEDIS DAN GOWN PADA MASA PANDEMI COVID-19 Rohman, Hendra; Sari, Ana Dewi Lukita
ADIMAS Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 6 No 1 (2022): Maret
Publisher : Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24269/adi.v6i1.3419

Abstract

Terpuruknya kegiatan ekonomi dirasakan pengusaha, karyawan dan wirausaha. Salah satunya adalah pabrik garmen di wilayah Bantul yang gulung tikar sehingga banyak karyawan pabrik di PHK secara sepihak. Program pengabdian masyarakat diberikan untuk menggerakan roda ekonomi masyarakat terutama bagi perempuan. Melihat kondisi tersebut kami tergerak untuk melatih sebagian karyawan garmen tersebut agar tetap berkarya memproduksi Alat Pelindung Diri (APD) seperti coverall medis dan gown baik dari bahan spunbond, parasut waterproof, taslan, dan microphorus. Pada awal pandemi COVID-19 antara kebutuhan APD dengan jumlah produksi tidak seimbang. Sehingga pemesanan APD yang masuk sangat banyak, permintaan dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi bahkan sampai Papua. Kegiatan ini mampu memproduksi 5000 gown maupun coverall dalam 1 bulan. Kelompok kami berjumlah 10 penjahit yang beralamat di Randubelang, Semail dan Bangunjiwo Bantul. Pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan metode pelatihan pembuatan APD, pembagian kerja dan membangun jaringan market. Pada proses pelatihan meliputi cara pembuatan desain APD, cara menjahit yang benar sesuai syarat sebagai alat pelindung diri, proses pengemasan dan pengiriman paket yang efektif dan murah. Hasil yang dirasakan oleh para penjahit adalah adanya pemasukan finansial yang lebih banyak dibandingkan saat mereka bekerja di pabrik. Banyak waktu untuk mengurus keluarga karena produksi dikerjakaan di rumah masing-masing, dan peluang resiko tertular virus COVID-19 lebih kecil. Diharapkan tetap berkarya dan produktif pada masa pandemi covid-19. Situasi ini dibutuhkan kerjasama yang terkoordinasi baik antar masyarakat dan pemerintah, sehingga UMKM tetap bertahan demi kelangsungan produksi. Perlu kemampuan beradaptasi dengan cepat, tepat dan benar untuk bertahan hidup baik terutama dari segi ekonomi.
Basic Life Support (Bhd) Training To Increase The Life Expectancy Of Sudden Cardiac Arrest Victims And Training On The Role Of Erythrocytes In The Respiratory System rahmatullah, widia; Sari, Ana Dewi Lukita; Handyani, Reska
Jurnal Abdimas Saintika Vol 6, No 1 (2024): Mei Jurnal Abdimas Saintika
Publisher : Stikes Syedza Saintika Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30633/jas.v6i1.2531

Abstract

In the United States, around 436.852 adults in 2020 experienced cardiac arrest outside the hospital. Cardiopulmonary resuscitation (CPR) given immediately to someone with cardiac arrest can increase the chances of life expectancy. Cardiovascular disease is the number one cause of death in the world. In Indonesia, there is a shift in diseases from infectious diseases to non-communicable diseases, including heart and blood vessel diseases. According to Riskesdas in 2018, the incidence of heart disease is increasing in Indonesia from year to year, with 15 out of 1000 people or around 2.784.064 individuals in Indonesia suffering from heart disease. Sudden heart attacks can occur anywhere and at any time, can even occur at a young age, and can cause cardiac arrest. The pattern of handling cardiac arrest events in the family shows that the patient's family does not understand the emergency handling of cardiac arrest, where the BHD does not only call the hospital or be taken to the hospital, adjust the position, use ointment and loosen clothes. The target outcome is that students are able to apply the results of BHD training to be applied directly in the community if they find a victim who is unconscious, does not respond to pain stimuli, stops breathing and has no pulse in the carotid artery due to sudden cardiac arrest. Community service plans by providing BHD training to students at Binatama Monjali Vocational School, Sleman Yogyakarta. The training method uses phantom dolls and ambubags for BHD simulation, where students can carry out BHD training independently after receiving training on the correct BHD steps from the instructor.
Analisis Ketepatan Kode Diagnosis Berdasarkan ICD-10 pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Ngampilan Sari, Ana Dewi Lukita; Kurniawan, Agung; Amalia, Desia Hani
Jurnal Kesehatan Saintika Meditory Vol 8, No 2 (2025): November 2025
Publisher : STIKES Syedza Saintika Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30633/jsm.v8i2.3357

Abstract

Rekam Medis Elektronik (RME) antara lain berisikan identitas pasien, pemeriksaan, diagnosa, dan tindakan. Bagian pengelolaan informasi RME terdapat kegiatan pengkodean diagnosis medis dengan pemberian kode klasifikasi klinis berdasarkan klasifikasi international penyakit dan tindakan medis, yaitu menggunakan ICD-10 dan ICD-9. Ketepatan pemberian kode diagnosa medis berpengaruh pada ketepatan pembiayaan, mutu pelayanan dan kepuasan pasien. Hasil studi pendahuluan di Puskesmas Ngampilan masih terdapat 20% RME yang belum tepat kode diagnosanya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui persentase ketepatan kode diagnosa pasien rawat jalan berdasarkan ICD-10, dan menganalisis faktor ketidaktepatan kode diagnosa dari aspek man, machine, dan methode. Jenis penelitian kualitatif dengan rancangan Cross Sectional. Dengan purposive sampling didapatkan sampel subyek meliputi dokter, dokter gigi, bidan dan perawat masing-masing 1 petugas dan sampel obyek sebanyak 95 RME. Instrumen penelitian meliputi observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Hasil penelitian terdapat kode diagnosa tepat (54,17%) dan tidak tepat (45,83%) dimana 40 RME (42,11%) dengan kode tidak disertai karakter empat dan 3 RME (3,12%) dengan kode tidak disertai karakter lima. Kesimpulan penelitian ini adalah cukup tingginya (45,83%) RME yang tidak tepat kode diagnosanya disebabkan salah satunya adalah kegiatan pengodean bukan petugas perekam medis, dan proses pengkodean sudah sesuai SOP dan ICD -10 dan ICD-9 digital.