Mawantu, Inggit Musdinar Sayekti Sihing Yang
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

SISTEM SUBGROUND PASSIVE COOLING PADA GEREJA DI CIBUNUT, KUNINGAN, JAWA BARAT Mawantu, Inggit Musdinar Sayekti Sihing Yang; Kurniasih, Sri
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 5 No 2 (2021): Jurnal Arsitektur ARCADE Juli 2021
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: Subground passive cooling is a passive cooling technique that is carried out by flowing cold air in the ground into the room. The Pasio Christi Church in Cibunut, Kuningan, West Java was founded in 1965. Then the church implemented a passive cooling subground system through renovations carried out on May 11, 2018. This passive cooling system is usually carried out in areas with subtropical to cold climates, however Cibunut who has a tropical climate tries to implement this system. In fact, there is concern if the system is implemented in the tropics, such as humidity entering the system, causing fungal problems that can have an impact on health. . Therefore this research describes the application of the subground passive cooling system in tropical climates with the following steps: (i) data collection in the form of literature studies, (ii) identification of the subground passive cooling system of Cibunut Church, (iii) elaboration of theory regarding subground passive cooling, (iv) analysis of the application of subground passive cooling of the Cibunut church with the results of theoretical elaboration. This research is expected to be able to contribute in science, especially regarding the application of subground passive cooling systems in tropical climates.Abstrak: Subground passive cooling merupakan teknik pendinginan pasif yang dilakukan dengan mengalirkan udara dingin dalam tanah ke dalam ruangan. Gereja Pasio Christi di Cibunut, Kuningan, Jawa Barat didirikan sejak 1965. Lalu gereja ini menerapkan sistem subground passive cooling melalui renovasi yang dilakukan pada 11 Mei 2018. Sistem pendinginan pasif ini biasanya dilakukan pada wilayah dengan iklim subtropis hingga iklim dingin, namun demikian Cibunut yang beriklim tropis mencoba untuk menerapkan sistem ini. Padahal ada kekawatiran jika sistem ini diterapkan di wilayah tropis, seperti kelembaban yang masuk dalam sistem sehingga muncul permasalahan jamur yang dapat berdampak pada kesehatan. Oleh karena itu pada penelitian ini mendiskripsikan mengenai penerapan sistem subground passive cooling pada wilayah beriklim tropis dengan langkah-langkah sebagai berikut : (i) pengumpulan data dalam bentuk studi literatur, (ii) identifikasi sistem subground passive cooling Gereja Cibunut, (iii) elaborasi teori mengenai subground passive cooling, (iv) analisis penerapan subground passive cooling gereja Cibunut dengan hasil elaborasi teori. Dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih dalam keilmuan terutama mengenai penerapan sistem subground passive cooling pada wilayah beriklim tropis.
EFEK ALIRAN UDARA DENGAN TINGKAT KEBISINGAN PADA RUANG TIDUR RUMAH TINGGAL TIPE KECIL Mawantu, Inggit Musdinar Sayekti Sihing Yang
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 7 No 1 (2023): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2023
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: Acoustic comfort become consideration on building planning. Calmness is needed for sleep. The quality of sleep also affects the body's immunity, especially now that we are in a pandemic. Adequate quality sleep will increase productivity. Acoustic comfort needs to be obtained in the bedroom to get a good quality of sleep. The main concern of this study is bedroom of a residential house. Not only acoustic comfort, natural ventilation is also highly encouraged for its application in residential. The air movement helps reduce indoor temperature and improve indoor air quality. This research was conducted to determine the effect of air flow and the noise level in the bedroom. The evaluation indicators are air velocity, indoor temperature, and noise level. The variable is determined by taking measurements when the window is open and when the window is closed. The results of data processing show that the noise level in the bedroom measured with the window open is higher than when the window is closed. This shows that there is an effect of air flow as a medium for sound, and affected the noise level. However, from the research object, it was obtained that the noise level data was still below the tolerance threshold. And it can be concluded that the room still supports its function for resting.Abstrak: Kenyamanan akustik merupakan bagian yang penting untuk diterapkan dalam perencanaan bangunan. Ketenangan dibutuhkan untuk tidur yang berkualitas. Kualitas tidur juga berpengaruh pada imunitas tubuh terutama saat ini kita berada pada masa pandemi. Kualitas tidur yang cukup juga akan membantu produktifitas seseorang. Kenyamanan akustik perlu didapatkan pada ruang tidur untuk mendapatkan kualitas tidur yang baik. Kenyamanan akustik pada rumah tinggal, yakni ruang tidur menjadi perhatian utama pada penelitian ini. Selain kenyamanan akustik, ventilasi alami juga sangat didorong penerapannya pada rumah tinggal. Pergerakan udara dalam ruang membantu menurunkan suhu dan meningkatkan kualitas udara dalam ruang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana efek aliran udara dengan tingkat kebisingan pada ruang tidur. Indikator evaluasi yang diambil adalah kecepatan udara, temperatur ruang dalam, dan tingkat kebisingan. Variabel ditentukan dengan melakukan pengukuran saat jendela terbuka dan saat jendela tertutup. Hasil dari pengolahan data menunjukkan bahwa tingkat kebisingan pada ruang tidur yang diukud dengan kondisi jendela terbuka lebih tinggi daripada dengan kondisi jendela tertutup. Hal ini menunjukkan bahwa ada efek aliran udara sebagai media perantara bunyi sehingga berpengaruh pada tingkat kebisingan. Namun dari obyek yang diteliti diperoleh data level kebisingan masih berada dalam dibawah ambang batas toleransi. Dan dapat disimpulkan bahwa ruangan tersebut masih mendukung fungsinya untuk berisitirahat.
TAMAN DALAM SEBAGAI SISTEM PENGHAWAAN ALAMI PADA HUNIAN (Inneryard As A Natural Ventilation System In Residences (Case Study: House In Cipayung) Mawantu, Inggit Musdinar Sayekti Sihing Yang; Iskandaria, Harfa; Pakpahan, Catherine Angelique
Tesa Arsitektur Vol 23, No 1: Juni 2025
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v23i1.13720

Abstract

Pandemi telah berlalu, namun demikian upaya penyehatan rumah terus dilakukan. Rumah dituntut untuk lebih siap jika terjadi kemungkinan pandemi di masa mendatang. Salah satunya adalah kebutuhan akan penghawaan alami dan pencahayaan alami. Strategi pencahayaan dan penghawaan diwujudkan untuk memenuhi persyaratan rumah sehat. Terlebih jika rumah tinggal juga mengalami perubahan dari bentuk awal karena tuntutan kebutuhan ruang dari penghuni. Sehingga hanya menyisakan satu sisi bangunan yang berhubungan dengan ruang luar. Permasalahan ini dicoba diselesaikan melalui penambahan inneryard. Penelitian ini mendiskripsikan kondisi sebelum dan sesudah penambahan inner yard pada rumah tinggal di Cipayung. Penelitian ini mengambil data in-situ dengan berpedoman pada standart rumah yang nyaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inneryard belum memenuhi persyaratan standart sepenuhnya. Nilai intensitas cahaya dan temperatur udara terpenuhi. Namun kelembaban relatif dan kecepatan udara belum terpenuhi. Secara rasio luas ruangan dan luas bukaan telah dipenuhi, namun laju pertukaran udara sangat dipengaruhi oleh kecepatan udara yang masuk ke dalam ruangan. Tetap memerlukan konfigurasi bukaan yang tepat, yang mampu memicu pergerakan udara dalam ruang.