Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

SOLUSI PANGAN BERKELANJUTAN ATAU ANCAMAN EKOLOGI? MENIMBANG PRAKTIK PERLADANGAN BERPINDAH Dhonanto, Donny; Darma, Surya; Mulyadi, Mulyadi; Imang, Ndan; Fahrunsyah, Fahrunsyah; Nurhasanah, Nurhasanah; Paranoan, Ria Rachel; Salsabila, Ghaisani; Nugroho, Bagus Adi
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol. 12 No. 2 (2025)
Publisher : Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtsl.2025.012.2.8

Abstract

Shifting cultivation is a traditional agricultural practice that has been carried out by Indigenous communities across tropical regions for thousands of years. Although this system is characterized by land rotation and slash-and-burn techniques, it has become a subject of debate in the context of sustainable food security and environmental threats. This study aimed to analyze the controversy surrounding shifting cultivation as a potential solution for sustainable food security, as well as its ecological and socio-economic impacts. The method employed in this research was a Systematic Literature Review (SLR). The findings indicated that shifting cultivation had dualistic impacts. On one hand, it could lead to deforestation and significant carbon emissions, particularly when fallow periods were less than ten years, resulting in the loss of up to 80% of forest carbon stocks. On the other hand, when practiced with long fallow cycles (15–30 years), shifting cultivation could support the regeneration of natural ecosystems and restore up to 50% of forest carbon reserves. Furthermore, shifting cultivation contributed to the food security of Indigenous peoples through crop diversification and the preservation of local ecological knowledge in biodiversity conservation. Shifting cultivation represented an adaptive strategy for Indigenous communities in managing natural resources. As a food production system, it held sustainability potential when aligned with natural cycles and grounded in traditional knowledge. Its environmental impact largely depended on the manner of implementation, damaging when mismanaged, but regenerative when properly applied. Therefore, context-specific and inclusive policies that recognize Indigenous land rights are essential to ensure the positive contribution of shifting cultivation to food security and environmental sustainability.
Evaluasi Kesesuaian Lahan Sawah Potensial Berdasarkan Bentuk Lahan di Kelurahan Makroman, Samarinda Nugroho, Bagus Adi; Setianingsih, Titin Eka; Salsabila, Ghaisani; Mulyadi, Mulyadi; Makhrawie, Makhrawie; Dhonanto, Donny
Jurnal Agroekoteknologi Tropika Lembab Vol 8, No 1 (2025): Agroekoteknologi Tropika Lembab Volume 8 Nomor 1 Agustus 2025
Publisher : Mulawarman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jatl.8.1.2025.19472.36-48

Abstract

ABSTRAK Meningkatnya permintaan produksi padi di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, mendorong perlunya identifikasi wilayah pertanian baru. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan potensial untuk sawah di wilayah Makroman dengan pendekatan berbasis bentuk lahan (landform). Analisis dilakukan berdasarkan karakteristik lahan pada satuan bentuk lahan yang berbeda, meliputi dataran banjir, berlereng, dataran berombak, dan dataran bergelombang. Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan dengan metode pembatas sederhana atau pembatas maksimum untuk dua musim tanam, yaitu November–Februari dan Mei–Agustus. Karakteristik lahan yang dianalisis meliputi iklim, topografi, kelembapan, sifat fisik tanah, dan kesuburan tanah. Hasil menunjukkan bahwa dataran banjir memiliki tingkat kesesuaian tertinggi secara konsisten untuk budidaya padi, didukung oleh kondisi iklim yang menguntungkan dan kemiringan lahan yang datar. Sebaliknya, bentuk lahan berlereng dan dataran bergelombang menunjukkan tingkat kesesuaian yang lebih rendah akibat keterbatasan berupa kemiringan terjal dan drainase yang kurang sesuai. Faktor kesuburan tanah, terutama kandungan karbon organik yang rendah dan pH yang agak masam, menjadi kendala tambahan di sebagian besar satuan bentuk lahan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dataran banjir memiliki potensi tinggi untuk pengembangan sawah, namun diperlukan upaya pengelolaan lereng dan perbaikan sifat tanah di lahan marginal. Temuan ini memberikan masukan penting bagi perencanaan pertanian berkelanjutan di wilayah Makroman. Kata kunci: budidaya padi, evaluasi lahan, geomorfologi, pertanian, tanah.