Abstrak: Keberhasilan program imunisasi sangat bergantung pada pengelolaan vaksin yang efektif, mulai dari penyimpanan, distribusi, hingga manajemen stok. Effective Vaccine Management (EVM) merupakan alat bantu yang dikembangkan oleh WHO dan UNICEF untuk menilai dan meningkatkan kualitas rantai pasok vaksin. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memperkuat kapasitas petugas puskesmas dalam penggunaan tools EVM di Kabupaten Banjarnegara. Kegiatan terbagi dalam tiga tahap, yakni tahap persiapan pada Desember 2024, tahap pelaksanaan pelatihan dan tahap evaluasi pada Januari 2025 yang melibatkan pengelola program imunisasi dari 35 puskesmas sebanyak 35 orang dan Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara sebanyak 4 orang. Kegiatan pelatihan mencakup pemberian materi sembilan kriteria EVM, diskusi, praktik langsung, serta evaluasi melalui pre-test dan post-test. Hasil menunjukkan adanya peningkatan rata-rata skor pengetahuan peserta dari 80,2 menjadi 90,4. Diskusi juga mengungkapkan berbagai permasalahan lapangan seperti minimnya alat pemantau suhu, tidak adanya SOP darurat vaksin, serta keterbatasan fasilitas distribusi dan perawatan peralatan. Pelatihan ini memberikan dampak positif terhadap peningkatan pemahaman peserta serta menghasilkan kesepakatan tindak lanjut berupa penyebaran tools EVM ke seluruh puskesmas dan monitoring tahunan oleh Dinas Kesehatan. Kegiatan ini menunjukkan pentingnya pelatihan terstruktur dalam mendukung kualitas layanan imunisasi.Abstract: The success of immunization programs highly depends on effective vaccine management, encompassing proper storage, distribution, and stock control. Effective Vaccine Management (EVM) is a tool developed by WHO and UNICEF to assess and enhance the quality of vaccine supply chains. This community service project aimed to strengthen the capacity of primary health center (puskesmas) personnel in using EVM tools in Banjarnegara Regency. The activity is divided into three phases: a preparation phase in December 2024, the training implementation phase, and the evaluation phase in January 2025, involving 35 immunization program officers from 35 puskesmas and 4 person from Banjarnegara District Health Office. The training included presentations on nine EVM assessment criteria, discussions, hands-on practice, and evaluation through pre- and post-tests. Results showed an improvement in participants’ knowledge, with average scores increasing from 80.2 to 90.4. Discussions revealed several challenges in the field, such as limited temperature monitoring devices, lack of emergency SOPs, and inadequate facilities for vaccine distribution and cold chain equipment maintenance. The activity had a positive impact on participants’ understanding and resulted in follow-up plans, including the distribution of EVM tools to all puskesmas and annual monitoring by the District Health Office. This initiative highlights the importance of structured training in supporting immunization service quality.